Karena tidak ingin menyakiti hati sang mama, Garren terpaksa menikahi gadis pilihan mamanya.
Namun baru 24 jam setelah menikah Garren mengajukan perceraian pada istrinya.
Tapi perceraian mereka ada sedikit kendala dan baru bisa diproses 30 hari kedepan.
Bagaimanakah kisahnya? Apakah mereka akan jadi bercerai atau malah sebaliknya?
Penasaran? Baca yuk! Mungkin bisa menghibur.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode dua tujuh.
Setelah berbicara cukup lama, merekapun akhirnya masuk kedalam kamar. Lita dan Carel menginap di kamar tamu.
Garren sudah meminta keduanya untuk ke kamar atas yang bersebelahan dengan kamar Garren. Namun Lita lebih memilih kamar dibawah.
Menurutnya sama saja, lagipula mereka hanya satu malam disini. Garren hanya mengalah dengan keinginan sang mama.
"Ayo sayang!" Garren menggandeng tangan Septy. Septy pun pamit kepada kedua mertuanya itu.
"Istirahatlah, besok kalian mau bekerja," ucap Lita. Septy pun mengangguk sebagai jawaban.
Lita bahagia melihat putranya sekarang akur dengan istrinya. Terlihat begitu mesra dimatanya.
Setelah Garren dan Septy naik keatas, barulah Lita dan Carel masuk kedalam kamar. Mereka juga ingin istirahat.
Sementara Garren dan Septy sudah berada didalam kamar, Garren memeluk istrinya dari belakang.
"Sayang, bagaimana menurutmu tentang pesta pernikahan?"
"Mmm, aku ikut saja Mas, lagipula tidak ada salahnya kita mengadakan pesta pernikahan. Dan aku rasa itu adalah keinginan terbesar mama."
Garren tersenyum, ternyata istrinya lebih mementingkan perasaan sang mama daripada perasaannya sendiri.
Garren salut dengan kebaikan hati Septy yang mampu membuat sang mama begitu menyayanginya Septy layaknya anak sendiri.
Ya, Lita memperlakukan Septy bukan seperti menantu pada umumnya. Melainkan seperti anak kandungnya sendiri.
Antara Gavesha dan Septy, perlakuan Lita pada keduanya sama. Meskipun Septy baru hadir dalam kehidupan keluarga mereka.
Garren pun membawa istrinya ke tempat tidur, keduanya berbaring dan tidur saling berpelukan.
...****************...
Keesokan harinya, setelah selesai sarapan Garren dan Septy pun berangkat bekerja. Sementara Lita dan Carel pamit pulang.
Mereka keluar beriringan, setelah keluar dari gerbang dua mobil terpisah menuju arah masing-masing.
Untuk menghindari kemacetan, mereka sengaja berangkat lebih awal. Jika tidak! Mereka akan terjebak macet.
Tiba di perusahaan, Garren memarkirkan mobilnya ditempat parkir khusus. Yang tidak bisa karyawan lain menempatinya.
"Sierra!" panggil Septy saat berada di lobby perusahaan. Sierra pun menoleh, ia juga baru datang.
"Nona?" Sierra menunduk hormat, karena ada Garren disamping Septy.
Septy menoleh ke suaminya, sementara Garren cuek-cuek saja. Septy pun tidak jadi untuk mengobrol dengan Sierra walau sebentar.
Ia tahu Sierra pasti tidak enak dengan Garren. Kemudian Septy hanya memberi semangat kepada Sierra agar rajin bekerja.
Sierra pun mengangguk lalu tersenyum. Sierra senang Septy tidak sombong, meskipun Septy adalah istri bos nya.
Saat Garren dan Septy hendak masuk kedalam lift, Tomi berlari menghampiri tuannya agar tidak tertinggal.
"Tumben kamu lambat?" tanya Garren.
Tomi melihat jam tangannya. "Tidak Tuan, saya tidak terlambat. Masih ada waktu 15 menit untuk masuk kerja."
"Hmmm."
Tiba di lantai yang mereka tuju, mereka langsung ke ruangan masing-masing. Septy masuk dan langsung mengunci pintu ruangannya.
Kemudian ia duduk dikursi kerjanya. Ia menoleh kearah letak kamera yang tidak lagi ditutupinya. Kemudian ia tersenyum.
Garren yang memantau Septy juga ikut tersenyum. Seakan-akan Septy tersenyum untuk dirinya.
"Sabar ya joni, nanti kamu pasti akan bertemu dengannya," batin Garren sambil memegang si joni yang tertidur.
Kemudian Garren pun mengerjakan pekerjaan nya yang kemarin yang belum selesai. Didepan ada ponsel yang menampilkan Septy yang juga sedang bekerja.
Garren sengaja tidak menutup ponselnya agar bisa melihat Septy. Garren ingin secepatnya menyelesaikan pekerjaannya agar bisa bersama Septy terus.
Sebelum waktu istirahat makan siang, Garren sudah selesai dengan pekerjaannya yang kemarin tertunda.
Kemudian ia mematikan sambungan kamera dari ponselnya dan keluar dari ruangannya menuju ruangan Septy.
Septy segera membuka pintu saat mendengar ketukan pintu dari luar. Garren tersenyum dan langsung mengecup kening istrinya dengan lembut.
"Kenapa di kunci pintunya, sayang?"
"Biar gak ada orang yang tiba-tiba menerobos masuk."
Garren terkekeh mendengar jawaban Septy. Garren melihat jam tangannya menunjukkan jam 11 siang.
Sebentar lagi waktunya untuk istirahat makan siang. Garren mengajak Septy keluar untuk makan.
Septy menggeleng, karena ia ingin bersama Sierra. Sudah berapa hari Septy tidak makan di kantin.
"Sayang, gak baik loh menolak ajakan suami," ucap Garren memelas.
Septy yang tidak tegaan pun mengiyakan ajakan suaminya. Biar bagaimanapun, suaminya lebih utama daripada teman.
Karena suami yang baik adalah teman dalam segala hal. Dari teman tidur hingga yang lainnya.
Keduanya pun keluar bersama dan seperti biasa, mereka selalu menjadi pusat perhatian para karyawan.
Mengapa? Karena mereka tidak menyangka jika bos mereka bisa seromantis itu. Karena yang mereka tahu, jika bos mereka adalah pria dingin dan kaku.
"Kenapa mereka selalu memperhatikan kita," bisik Septy.
"Biarkan saja sayang," balas Garren.
Keduanya masuk kedalam mobil dan segera pergi dari situ. mobil Garren melaju menuju restoran.
Saat tiba di restoran, keduanya disambut ramah oleh pelayan restoran tersebut. Bahkan pelayan mengantar mereka hingga ke meja.
"Terima kasih," ucap Septy. Pelayan itu tersenyum dan mengangguk lalu menjawab.
"Terima kasih kembali, Nona. Silahkan." Pelayan memberikan buku menu.
Garren merasa panas hatinya melihat Septy tersenyum ramah pada pelayan itu. Karena pelayan itu lumayan ganteng. Apalagi pelayan itu terlihat muda.
Septy dan Garren pun memesan makanan, pelayan itu pun mencatat pesanan mereka. Kemudian pelayan meminta mereka untuk menunggu.
"Jangan senyum seperti itu pada pria lain," ucap Garren setelah pelayan itu pergi.
"Mas, senyum itu ibadah loh, bukan maksud menggoda. Lagipula, mana mungkin aku tertarik dengan dia jika sudah ada suamiku yang lebih tampan."
Garren tersenyum lalu mencubit hidung Septy. Rasa cemburunya menguap begitu saja setelah Septy berkata seperti itu.
"Mas, bukankah itu Ethan bersama istrinya?"
Ya Septy melihat Ethan yang baru masuk bersama Novia dan kedua anaknya. Garren pun menoleh kearah pintu masuk.
Ethan yang melihat Garren dan Septy pun segera menghampirinya dan menyapanya. Sementara Novia hanya tertunduk, ia merasa malu atas kejadian kemarin.
Septy bangkit dan langsung menghampiri kedua anak Ethan yang berusia enam tahun dan empat tahun.
Lalu menyapa anak itu dengan ramah, Septy yang pada dasarnya suka anak-anak pun mudah akrab dengan mereka.
"Maaf Tuan Ethan, istri saya memang suka anak-anak," ucap Garren.
"Tidak apa-apa Tuan Garren, sepertinya mereka juga mudah akrab dengan istri Anda," ujar Ethan.
Pesanan merekapun sampai, Ethan pun membawa keluarganya ke meja lain. Sementara Garren dan Septy pun mulai makan.
"Nanti kita bikin yang banyak," ucap Garren.
"Gak, dua lebih baik. Emang aku kucing punya anak banyak anak?"
"Kami keturunan kembar sayang, besar kemungkinannya jika anak kita nanti juga kembar."
"Gak apa-apa kembar, bagus dong, pasti mereka lucu dan menggemaskan seperti Carla dan Carlos."
Garren tersenyum kemudian mengusap bibir Septy yang ada sisa makanan. Septy terdiam dengan perlakuan Garren padanya.
Dan hal itu tidak luput dari pandangan Ethan dan istrinya. Namun Ethan sadar, jika ia juga sudah berkeluarga.
semngat thor..
itu sih yg aq tau dari ceramah nya UAS