Menceritakan kisah seorang gadis malang bernama Anggrek. Gadis yang tak pernah diharapkan kehadirannya oleh siapapun termasuk ibu kandungnya sendiri.
Bahkan, gadis itu tidak mengetahui dimana keberadaan ayah kandungnya karena sang ibu selalu saja mengatakan jika ayahnya telah meninggal dunia. Bukan hanya keluarganya yang hancur, Anggrek harus menerima pahitnya kehidupan setelah masa depannya direnggut paksa oleh karyawan sang paman.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sebuah Kata, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Anggrek masuk kedalam kamarnya tanpa lupa mengunci pintu kamar kamarnya, setelah itu Ia duduk dimeja belajar.
"Orang gila," lirih Anggrek seraya mengelurkan buku-buku dari dalam tasnya.
"Untung tugas hari ini udah selesai." ucapnya seraya memasukan buku untuk hari esoknya.
Selesai menyiapkan peralatan sekolah Anggrek berjalan menuju kasurnya dan mengibaskan kasurnya. Ia naik keatas kasurnya dan bersiap untuk tidur malam.
-------
Anggrek terbangun dari tidurnya ia melirik jam di dinding yang menunjukan pukul 03.00 wib.
Anggrek mengubah posisinya menjadi duduk seraya menampung tangan kemudian mengucapkan, "la ilaha ilallahu wah dahu la syarikala, lahul mulku wa lahul hamdu, wa huwa 'ala kulli syai'in qodir.
"Subhanallah walhamdulillah wala ilaha illallah wallahu akbar, wala haula wala quwwata illa billah, Allahummagfirli"
Anggrek mengusap wajahnya usai membaca doa itu dan berjalan menuju kamar mandi untuk wudhu dan sholat malam.
Anggrek menceritakan semua yang ia rasakan pada sang malam diatas sajadah yang terbentang dan tangan yang menampung serta derai air mata yang jatuh menyentuh pipinya.
Hanya kepada Allah-lah Anggrek dapat mengadu semua masalahnya.
Nikmatnya malam yang Anggrek jalani hingga tiba waktunya adzan subuh berkumandang.
Anggrek langsung saja melaksanakan sholat subuh.
Usai melaksanakan sholat subuh Anggrek bersiap mandi dan melakukan kewajibannya dirumah itu.
Anggrek menyiapkan sarapan untuk keluarga Indra, usai menyiapkan semuanya kini Anggrek berjalan menuju kamar Hafis dan Rahma dimana dua bocah itu sedang bersiap-siap untuk berangkat sekolah.
"Pagi adek," seru Anggrek seraya mencium pipi Hafis.
"Pagi kak," ucap Hafis kembali menciumi Anggrek.
"Sarapan yuk!" ajak Anggrek yang dibalas anggukan oleh Hafis.
Kini Anggrek beralih ke kamar Rahma dimana gadis itu tengah berusaha mengikat rambutnya.
Melihat Rahma kepayahan Anggrek pun membantu mengepang rambut gadis itu.
"Sini kak Anggrek bantu." tawar Anggrek.
"Udah selesai, subhanallah cantiknya." ucap Anggrek membuat Rahma tersipu malu.
"Ih kak Anggrek, aku jadi malu kan." ucapnya membuat Anggrek gemas.
"Yuk sarapan! Nanti telat." ucap Anggrek.
Mereka berjalan menuju ruang makan, di sana sudah ada Indra dan Eka yang menunggu mereka.
"Pagi mama, papa." ucap Rahma.
"Pagi anak mama sayang." seru Eka seraya menciumi kiri kanan pipi Rahma dan Hafis secara bergantian.
Anggrek memilih posisi di depan Eka. Gadis itu mulai memakan roti yang telah ia siapkan tadi dan meneguk habis air yang ia buat untuknya tadi.
"Om, tan! Aku berangkat dulu ya." ucap Anggrek berdiri dan menyalami Indra dan Eka.
"Hati-hati Nggrek." ucap Indra yang dapat didengar oleh Anggrek.
Gadis itu berjalan menuju gerbang kompleknya untuk mencari Angkot yang dapat mengantarkannya ke sekolah.
Anggrek mengocek sakunya, "Untung uang gue masih ada." monolognya ketika mendapatkan uang 10.000 di saku bajunya.
Anggrek melambaikan tanganya kedepan ketika melihat angkot tujuan kesekolahnya.
Angkot itu berhenti dengan cepat Anggrek naik keatasnya. Ia duduk dikursi tiga karena angkot yang Anggrek stop penuh menyisihkan kursi serapnya.
Tak butuh waktu lama gadis itu sampai disekolahnya dan berjalan memasuki gedung itu.
"Pagi kak," sapa Anggrek pada anggota osis yang bertugas pagi ini.
Habib mengangguk, "Pagi," lirihnya yang dibalas senyuman oleh Anggrek.
Kelas Anggrek tak jauh membuat ia cepat sampai disekolah. Anggrek memilih duduk dibagian tengah.
"Bagi adek-adek diharap berkumpul dilapangan!" ucap Fajar wakil osis.
Semua murid berhamburan menuju aula sekolah dan mulai berbaris sesuai kelas mereka.
Bel pulang sekolah sudah berbunyi lima belas menit yang lalu. Namun, sekolah itu masih ramai dengan murid yang akan melaksanakan eskul atau les tambahan. Ada juga beberapa siswa yang memang sengaja nongkrong di sekolah sambil menikmati siswa lain yang sedang eskul basket atau kelas yang sedang melakukan olahraga diluar jam pelajaran.
Karena masih baru dan belum tau mau ikut eskul apa jadi Anggrek memilih untuk pulang saja. Walau tadi Murni mengajaknya untuk menyaksikan senior yang sedang latihan basket. Anggrek tidak ingin berlama-lama disekolah jika memang tidak ada hal yang penting disana.
Anggrek berjalan sendiri menyusuri koridor sekolahnya yang memang tampak sepi karena semua siswa lebih memilih berkumpul diaula depan.
Langkah Anggrek terhenti ketika melihat punggung seorang perempuan yang tengah duduk dibangku taman sekolah. Terlihat perempuan itu menangkup wajahnya dengan kedua tangan dan bahu yang bergetar.
Anggrek menghampiri perempuan itu dan duduk disebelahnya. Tidak ada reaksi dari perempuan itu. Anggrek memutar badannya menghadap perempuan yang masih menangkup wajahnya itu.
"Hai, kamu kenapa?" tanya Anggrek pada perempuan itu namun perempuan itu tidak menjawab, ia masih dengan mode nangisnya.
Anggrek bingung sendiri menghadapi perempuan didepannya yang tak kunjung bicara. Ia melihat sekelilingnya yang tampak sepi. Pikiran buruk menyelimuti benak Anggrek.
Anggrek takut perempuan yang ada dihadapannya adalah hantu, atau kunti yang menyerupai manusia.
Bagaimana tidak? Perempuan itu masih menangkup wajahnya dan enggan untuk melihatkan wajahnya.
Anggrek memberanikan diri memegang bahu perempuan itu dan menggerakan tangannya perlahan membelai bahu perempuan itu.
Suara isaknya terdengar mereda dan perempuan itu perlahan melepas tangannya dari wajah lalu menghadap kearah Anggrek yang deg-degan dengan bentuk wajahnya.
Alhamdulillah
Itu kata yang sanggup Anggrek ucapkan dalam hati ketika wajah perempuan itu menghadapnya.
Mata yang sembab, hidung yang memerah dan wajah yang dipenuhi dengan air mata.
Anggrek tersenyum tipis, "Kamu kenapa nangis disini?" tanya Anggrek penasaran.
"Hanya taman ini yang sepi." ucapnya dengan suara parau.
"Kamu kenapa nangis? Ada yang nyakitin kamu?" tanya Anggrek lagi.
"Gak papa kok, gue aja yang terlalu cengeng makanya sedikit-sedikit nangis."ucap perempuan itu.
"Itu hal yang wajar kok, wanita dan air mata itu satu paket kok. Btw, aku Anggrek, kamu?" ucap Anggrek seraya mengulurkan tangannya.
"Aku Difa." perempuan itu membalas uluran tangan Anggrek dan diakhiri dengan senyuman.
"Maaf ya, aku lancang ganggu kamu." ucap Anggrek yang dibalas gelengan oleh Difa.
"Aku senang kok, jadi aku gak sendiri lagi." ucapnya.
Anggrek mengangguk, "Masih sesegukan ya?" tanya Anggrek dibalas anggukan oleh Difa.
Menangis terlalu lama membuat nafasnya tak beraturan membuat ia sesegukan jadinya.
"Aku mau kasih tau kamu cara buat ngilangin rasa sedih, kamu mau tau gak?" ucap Anggrek dibalas anggukan antusias oleh Difa.
"Sekarang pejamkan matamu dan tarik nafas panjang lalu hembuskan pelan-pelan, kemudian letakkan tanganmu didada lalu elus hingga kamu merasakan elusannya."Ucap Anggrek seraya mempraktekannya.
"Panggilah lalu bicaralah pada dirimu sendiri, Hai aku, apa kabarmu diriku? Kamu lagi sedih ya?. Teruslah berdialog dengan dirimu layaknya seorang sahabat baikmu. Lalu pelukkan dirimu sendiri setelah tenang berilah tepukan kecil dipundak seraya mengatakan I love You.
Berikutnya berikan semangat pada dirimu terimakasih diriku, kamu hebat. Sudahi bersedihmu dan bahagialah bersamaku. Ini semua akan berakhir dan kita akan bahagia. Semua akan baik-baik saja diriku. Setelah itu tarik nafas panjang dan lepaskan!" Ucap Anggrek.
1
2
3
4
5
"Buka mata dan tersenyumlah." ucap Anggrek dengan senyum lebar begitupun Difa.
Hahahaha
Mereka tertawa lepas dan itu tidak luput dari pantauan seseorang yang ikut tersenyum melihat mereka.
Yang dilakukan Anggrek dan Difa tadi adalah hipnoterapi guna untuk melepaskan kesedihan agar tidak belarut-larut.