Sungguh teganya Hans ayah Tania Kanahaya, demi melunasi hutangnya kepada renternir, dia menjual anaknya sendiri kepada pria yang tak di kenal.
Dibeli dan dinikahi oleh Albert Elvaro Yusuf bukan karena kasihan atau cinta, tapi demi memiliki keturunan, Tania dijadikan mesin pencetak anak tanpa perasaan.
"Saya sudah membelimu dari ayahmu. Saya mengingatkan tugasmu adalah mengandung dan melahirkan anak saya. Kedudukan kamu di mansion bukanlah sebagai Nyonya dan istri saya, tapi kedudukanmu sama dengan pelayan di sini!" ucap tegas Albert.
"Semoga anak bapak tidak pernah hadir di rahim saya!" jawab Tania ketus.
Mampukah Tania menghadapi Bos sekaligus suaminya yang diam-diam dia kagumi? Mampukah Tania menghadapi Marsha istri pertama suaminya? Akankah Albert jatuh cinta dengan Tania?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Ghina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menghadap Albert
Mansion Albert
Satu hari ini hati Tania sudah kacau sekacaunya. Masih belum terima dirinya di jual ayahnya dan di nikahi oleh bos tempat dia bekerja. Namun sekarang berhadapan dengan istri pertama CEOnya, yang jauh berbeda apa yang dia lihat selama ini. Di kantornya yang dia tau Marsha itu tipe istri CEO yang ramah, baik hati selain cantik. Namun yang dia hadapi saat ini sangatlah berbeda 180 derajat, angkuh, sombong dan judes.
Semakin bertambahlah orang yang berperan antagonist di kehidupannya, yang awalnya ibu tiri serta adik tirinya sekarang bertambah istri atau bisa dibilang madunya. Aah rasanya Tania ingin tertawa sekencang-kencangnya dan berteriak kepada Yang Maha Pencipta, apa kesalahannya...hingga masalah datang bertubi-tubi dalam hidupnya. Bolehkah dia bahagia dalam hidupnya? Bolehkah dia memilih alur cerita kehidupannya.
“Jangan coba-coba kamu merebut suami ku, Albert hanya milik ku seorang!” seru Marsha, tatapan wanita itu sangatlah tajam.
“Ingat Nyonya Marsha, saya tidak pernah merebut suami Nyonya. Tapi suami Nyonya lah yang menikahi saya, tanpa saya harus merebut dari Nyonya,” balas Tania dengan santainya.
Marsha berdecak kesal, tak di sangka wanita yang terlihat kampungan itu mampu melawan dirinya.
Tak lama kemudian....
“Permisi Nyonya Marsha, Nona Tania,” sapa Gerry sang asisten Albert.
“Ada apa, Gerry?” tanya Marsha ketus.
“Nona Tania di minta menghadap Tuan Albert sekarang juga, beliau ada di ruang kerja,” ujar Gerry.
Marsha melirik Tania dengan tatapan yang tidak mengenakan. “Ke sana kamu, dan ingat posisi kamu!” ujar Marsha ketus. Tania hanya mendengus kesal, dengan langkah kaki malasnya, wanita itu mengikuti Gerry menuju ruang kerja Albert.
Mau apa lagi ini!
...----------------...
Ruang Kerja
Sebelum masuk ke ruang kerja dan bertemu dengan Albert, berulang kali Tania mengatur napasnya, dan menetralkan debaran jantungnya yang mulai berdegup. Walau bagaimana pun Tania masih ada rasa suka dan kagum dengan Bosnya sendiri.
Gerry mengetuk pintu ruangan dan membuka pintu setelah terdengar jawaban dari Tuannya, Albert.
“Masuk lah, nona Tania,” pinta Gerry.
“Terima kasih Pak Gerry,” balas Tania. Langkah kaki wanita itu semakin berat ketika memasuki ruangan. Jantungnya mulai berdegup cepat, rupanya hati tak bisa di ajak kompromi.
Albert yang duduk di kursi kerjanya menatap Tania dari kejauhan, dan sangat memperhatikan wanita itu. Yang kini sudah berdiri di depan meja kerjanya.
Tania berusaha tampak tenang untuk menatap pria yang baru saja menikahinya, tapi tak kuasa wanita itu tertunduk sesaat, ketika pria itu menatap nya dengan tatapan dingin, serta sorotan mata tajamnya.
“Pak Albert ada apa memanggil saya,” kata Tania memberanikan diri untuk buka suara untuk pertama kali.
“Saya baru teringat jika tadi pagi kita bertemu. Kamu bekerja di perusahaan saya, kan?” tanya Albert.
Tania segera mengangkat wajahnya dan menatap pria tampan itu. “Iya Pak Albert, saya karyawan bapak yang tadi pagi menumpahkan kopi di jas bapak,” jawab Tania.
Pria itu terlihat berdecak kesal, ternyata dia menikahi karyawannya sendiri, sedikit teledor tidak mengecek wanita yang di belinya, malah main langsung menikahinya. Akan tetapi sudah terlanjur terjadi, dia sudah mengeluarkan uang dan menikahinya secara agama.
“Sepertinya bapak menyesal membeli saya, bagaimana kalau saya menelepon ayah saya untuk mengembalikan uangnya, serta membatalkan pernikahannya,” ucap Tania, bisa membaca jika Albert agak kecewa.
“Tidak perlu sudah terlanjur,” balas Albert masih menunjukkan rasa kecewanya.
“Kamu masih perawan kan? Karena saya tidak mau kena penyakit kelamin, jika berhubungan dengan wanita lain selain istri saya Marsha?” tanya Albert, sungguh pertanyaan yang sangat sensitif.
Batin Tania mengeram. “Saya jawab jujur atau tidak jujur, tetap saya tidak bisa membuktikannya sendiri. Tapi yang jelas sampai detik ini saya belum menikah dengan siapa pun, berarti saya masih perawan, karena tabu buat saya jika berhubungan intim di luar nikah. Tapi jika Pak Albert tidak yakin, sebaiknya batalkan, sebelum ayah saya menghabiskan uangnya!” jawab tegas Tania.
“Bagus, saya pegang perkataan kamu,” balas Albert. Sesaat pria itu kembali memindai Tania dari ujung kaki sampai ujung rambut, penampilan yang sangat sederhana, bekerja hanya memakai celana bahan di padu kemeja polos slim fit, pas body. Sedangkan wajah tidak ada yang menarik, bisa dikatakan lebih cantik Marsha, begitu lah penilaian Tania di mata Albert.
“Saya sudah membelimu dari ayah mu. Saya mengingat kan tugasmu, mengandung dan melahirkan anak saya, itu saja. Kedudukan kamu di mansion ini bukan sebagai Nyonya mansion dan istri saya, kedudukanmu sama dengan pelayan di sini,” kata Albert dengan tegas nya.
Ck...gue di anggap pelayan alias babu alisnya maid di sini!...Sabar Tania....geram batin Tania.
Tania sedari tadi masih berdiri tegak di hadapan Albert, sungguh tega sekali pria itu tidak menyuruh nya untuk duduk, padahal kaki wanita itu mulai terasa pegal. Sepertinya Albert tidak sensitif, atau memang seperti itu kalau di anggap pelayan.
“Bapak sangat yakin sekali saya bisa mengandung anak bapak!” celetuk Tania.
Wanita itu memberanikan diri menatap datar wajah tampan Albert.
“Saya tidak pernah meminta untuk menjadi istri Pak Albert, atau menjadi Nyonya mansion. Tapi Bapak meminta saya mengandung dan melahirkan anak bapak, padahal saya di anggap pelayan di sini! Kenapa tidak pilih pelayan di sini saja, tanpa harus mengeluarkan uang banyak!” kata Tania dengan santainya.
“Sepertinya kamu wanita yang banyak bicara,” sahut Albert.
“Tergantung...apa yang di ganteng, Pak!" jawab Tania ketus.
Albert memainkan bolpoint yang ada di tangan, dan masih menatap Tania yang sengaja tidak di suruh duduk olehnya.
“Jangan sesekali kamu mencoba kabur! Ke mana pun kamu pergi akan selalu ada yang mengawasimu. Jangan pernah main-main dengan saya!” kata Albert, penuh penegasan.
“Baik, saya tidak akan kabur, tapi ada satu hal yang saya pinta Pak Albert_”
“Apa yang kamu minta?” sela Albert.
“Saya ingin tetap bekerja seperti biasa, atau jika saya di pecat oleh Pak Albert. Saya akan mencari pekerjaan di perusahaan lain, hanya itu yang saya pinta. Karena saya tahu diri Pak Albert tidak akan menganggap saya sebagai istri, jadi saya harus mencari nafkah untuk diri saya sendiri!” kata Tania.
“Pak Albert membeli saya, bukan berarti saya menjadi tahanan bapak, atau menjadi BUDAK SE KS bapak!” lanjut kata Tania, kalimat terakhir penuh penegasan.
Albert terdiam seketika, sembari menatap wajah Tania. Memang benar Albert tidak menganggap Tania sebagai istrinya, hanya sebagai wanita yang akan mengandung benihnya saja.
“Apakah kamu bisa menjamin tidak mengumbar masalah pernikahan kita berdua di perusahaan saya, kepada siapapun?”
“Dari mulut saya, saya bisa menjamin menjaga rahasia ini. Tapi entah dengan mulut orang lain, siapa yang tahu tentang pernikahan kita berdua, kecuali yang hadir di hotel tadi,” jawab Tania.
“Baiklah, selama kamu bisa menjaga rahasia tentang pernikahan ini. Saya izin kan kamu bekerja. Tapi di saat rahasia itu terbongkar, maka kamu bersedia menerima konsekuensinya!”
“Oke, saya terima semua konsekuensinya, di ceraikan juga tidak masalah. Lebih cepat lebih baik,” jawab tegas Tania.
Batin pria itu mulai mengeram, setelah berulang kali wanita itu terus menjawab, tanpa memfilter jawabannya. Di kiranya wanita yang di beli itu wanita penurut, ternyata tidak.
Albert mulai beranjak dari duduknya, dan mendekati Tania, pria itu sengaja berdiri tegak di hadapan Tania, hanya berjarak 20cm. Seketika Tania terkesiap dan refleks melangkah mundur. “Tugasmu akan dimulai besok jadi persiapkan diri kamu, dan saya ingat kan kamu jangan pernah jatuh hati dengan saya, dan jangan menggoda saya! Karena saya tahu, banyak wanita di luar sana ingin menjadi simpanan saya. Tapi saya, suami setia dan sangat mencintai istri saya, Marsha. Jadi jangan berharap saya akan menyukaimu!” ucap tegas Albert dengan tatapan yang sangat menusuk hati Tania, seketika bisa mematahkan hati wanita.
GLEK!
Tania berusaha menelan salivanya yang sempat tercekat di tenggorokan, menatap begitu dekat ciptaan Allah yang begitu tampan, di tambah aroma maskulin yang begitu menyeruak sungguh memabukkan para kaum hawa.
“Ingat itu!”
“B-baik Pak Albert,” jawab Tania.
Pria itu melewati Tania begitu saja, dan meninggalkan Tania yang masih berdiri. Seketika wanita itu menjatuhkan dirinya di lantai, kemudian memukul-mukul pahanya yang terasa pegel.
“Perasaan gue jadi kayak wanita bayaran ya. Dibayar lalu di pakai, terus kalau sudah selesai dihempaskan di jalanan. Ha...ha...ha...malang bener nasibmu Tania. Mengagumi pria tampan, rupanya tak sesuai dengan ekspetasinya....ya ampun. Gue punya dosa apa di masa lalu!” gumam Tania sendiri.
“Andaikan ada traktor di depan mata, duh rasanya pengen pinjem buat ngiles tuh cowok sampai gepeng...peng,” masih ngedumel Tania.
Tanpa di sadari Tania, Albert berdiri di hadapan Tania. Melihat sepatu Albert yang sangat kinclong, Tania langsung mendongakkan wajahnya.
Perasaan tadi udah keluar ruangan. Alamat deh....wiss terserah deh...
bersambung.....
"Ooh malangnya nasibmu Tania,kamu cuma di anggap pelayan sama pria yang kamu kagumi," batin Tania.
"Tugasmu hanyalah mengandung, dan melahirkan anak saya, bukan menjadi istri saya sepenuhnya!" seru Albert.