Di sebuah keluarga kultivator hidup anak bernama Lei Nan, meskipun dirinya dulu di agung-agungkan sebagai seorang jenius, namun terjadi kecelakaan yang membuat lenganya lumpuh, karena hal itu dirinya menjadi bahan cemohan di keluarganya, tapi hal itu berubah ketika dirinya tidak sengaja tersambar petir yang langsung mengubah hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jago, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 10 Menyerap Rumput Petir 1000 tahun
Setelah mendapatkan tanaman herbal berharga tersebut, Lei Nan dan Ming memutuskan untuk segera kembali ke rumah. Mereka merasa bahwa perjalanan mereka belum selesai, dan di sepanjang perjalanan, mereka membahas banyak hal, terutama tentang rencana Lei Nan untuk meningkatkan kekuatannya sebelum pertandingan Bulan Perak yang akan datang.
Lei Nan merasa bahwa keberuntungannya mulai berubah. Dengan tanaman herbal berusia seribu tahun di tangannya, dia yakin bisa mencapai pencerahan dan naik ke tingkat berikutnya dalam kultivasinya. Namun, dia juga sadar bahwa perjalanan ini masih panjang dan penuh tantangan.
Malam itu, setelah sampai di rumah, Lei Nan memutuskan untuk tidak membuang waktu. Dia mempersiapkan dirinya untuk meditasi dengan tanaman herbal tersebut. Di ruangan yang tenang dan redup, dia meletakkan tanaman herbal di depannya dan mulai memfokuskan pikirannya. Perlahan, dia mulai merasakan energi petir yang kuat mengalir dari tanaman ke dalam tubuhnya, membantu mempercepat proses kultivasinya.
“Aku tidak bisa menyia-nyiakan tanaman ini,” batin Lei Nan sambil melihat rumput petir di tangannya.
Dengan hati-hati, Lei Nan meletakkan rumput petir di hadapannya dan mulai menutup matanya, berkonsentrasi penuh. Energi yang berada dalam rumput petir mulai ditarik masuk ke tubuhnya. Energi tersebut sangat besar, hingga tubuhnya penuh keringat dalam sekejap. Tato di tangannya mulai bersinar terang, dan kulit Lei Nan semakin memerah karena energi yang ia serap hampir melebihi batas yang bisa ditampung oleh tubuhnya.
“Aku harus bertahan. Aku tidak ingin menyia-nyiakan herbal ini,” pikir Lei Nan, berusaha keras untuk tetap sadar di tengah derasnya aliran energi.
Boom!
Boom!
Dengan perjuangan keras, akhirnya Lei Nan berhasil mencapai tahap delapan ranah Penyerapan Energi. Energi yang ada sebenarnya masih banyak, tetapi dengan kondisi tubuhnya saat ini, dia tidak bisa menyerap semuanya. Anehnya, saat energi itu akan menghilang, energi tersebut tampak ditarik ke lengannya, tepatnya ke tato yang berada di sana.
“Huf… Aku hanya bisa sampai tahap delapan Penyerapan Energi, tapi dengan armor petir ini, aku mungkin bisa dengan mudah menjadi juara di pertandingan itu,” ucap Lei Nan sambil mengepalkan tangannya.
Di tempat lain, di sebuah ruangan yang luas dan gelap, hanya diterangi lentera di sana-sini, terlihat enam orang berjubah sedang duduk melingkari meja bundar.
“Hei Jin Fai, kudengar anak buahmu mati. Hahaha,” ucap salah satu sosok itu dengan nada mengejek.
“Diam kau, Tian Lao. Apakah kau ingin berkelahi denganku?” balas Jin Fai dengan nada marah.
“Hahaha, ayo, siapa takut? Akan kupotong kepalamu itu,” jawab Tian Lao dengan nada menantang.
“Cukup! Aku tidak ingin mendengar perkelahian kalian,” ucap salah satu sosok berjubah lainnya dengan suara berwibawa.
Seketika, ruangan itu menjadi hening. Wajah Jin Fai dan Tian Lao, yang tersembunyi di balik kerudung jubah mereka, terlihat meneteskan keringat.
“Jian Fai, kau pasti mengerti apa yang terjadi jika sebuah misi gagal,” ucap sosok berjubah yang lain dengan nada mengancam.
“Saya mengerti, Tuan. Saya akan segera menyelesaikan masalah ini,” jawab Jin Fai dengan nada tunduk.
“Baiklah, jangan sampai ada kegagalan lagi. Tuanku sangat membenci kegagalan,” lanjut sosok berjubah itu sambil mengeluarkan aura qi yang menekan.
Dinding ruangan bergetar hebat ketika sosok itu mengeluarkan qinya untuk menekankan kata-katanya.
“Baik, Tuan…” jawab mereka serentak, merasa tertekan oleh aura kuat itu.
Di tempat lain, lebih tepatnya di kamar Lei Nan, sinar matahari pagi mulai masuk melalui jendela, menandakan bahwa hari baru telah tiba. Lei Nan baru saja menyelesaikan kultivasinya dan merasakan qi-nya sudah stabil.
“Huf… Sekarang qi-ku sudah stabil,” ucap Lei Nan dengan perasaan lega.
Namun, hidungnya segera mencium bau yang sangat menyengat. Sebelum sempat Lei Nan bangun, pintu kamarnya terbuka dengan cepat.
“Tuan! Makanan... nan sudah... huek...” ucap Ming yang langsung muntah setelah mencium bau di kamar Lei Nan.
Lei Nan hanya bisa menggaruk kepalanya, merasa sedikit malu. Dia tahu bahwa bau itu berasal dari tubuhnya, akibat kotoran yang keluar selama proses kultivasi. Kotoran tersebut berasal dari obat-obatan yang dulu dia konsumsi untuk menaikkan tingkat kultivasinya.
Sejak menggunakan teknik Dewa Petir Kehancuran, Lei Nan bisa naik tingkat dengan lebih mudah tanpa membutuhkan obat-obatan. Namun, dia tahu bahwa untuk naik ke ranah inti emas, dia membutuhkan pil yang disebut Pil Langit. Pil tersebut sangat mahal dan sulit ditemukan di pasaran.
“Tuan, makananmu sudah siap. Tapi sebelum itu, segera bersihkan tubuhmu,” ucap Ming sambil menutup hidungnya dan segera pergi dari kamar Lei Nan.
Lei Nan tersenyum melihat kepergian Ming. Dia tahu bahwa perjalanan kultivasi ini masih panjang dan penuh tantangan. Namun, dengan keberuntungan yang mulai berpihak padanya dan dengan kekuatan yang baru saja dia peroleh, Lei Nan merasa lebih yakin untuk menghadapi segala rintangan di depannya.
Lei Nan berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Dia tahu bahwa kebersihan adalah bagian penting dari persiapan dirinya untuk menghadapi hari yang baru dan tantangan yang akan datang. Setelah membersihkan diri, Lei Nan merasa segar dan siap untuk melanjutkan perjalanan kultivasinya.
Lei Nan keluar dari kamar mandi, Dia tahu bahwa dengan kekuatan baru ini, dia memiliki kesempatan besar untuk memenangkan pertandingan Bulan Perak dan mencapai tujuannya yang lebih tinggi dalam dunia kultivasi.
Di kota Bulan Perak, suasana semakin ramai dengan kedatangan para pengunjung dari berbagai tempat. Pertandingan Bulan Perak semakin mendekat, hanya tinggal satu minggu lagi. Kota ini menjadi pusat perhatian bagi banyak kultivator muda yang ingin membuktikan diri mereka.
Pertandingan ini tidak hanya khusus untuk kultivator muda yang berasal dari kota Bulan Perak, tetapi juga terbuka bagi kultivator dari luar kota. Hal ini membuat pertandingan semakin meriah dan kompetitif. Banyak kultivator luar yang datang dengan harapan bisa merebut kuota untuk menjadi murid di Sekte Sembilan Guntur.
Di salah satu penginapan di kota Bulan Perak, terlihat seorang pria tua yang sedang duduk di sana. Dia tidak sendirian, bersama dengannya ada seorang gadis manis yang duduk di dekatnya, bisa di lihat jika gadis itu berusia kurang dari 16 tahun.
“Hua’er, Kakek ingin bertemu teman lama Kakek. Aku ingin kamu tidak membuat masalah,” ucap pria tua itu kepada gadis tersebut.
Gadis itu yang mendengar ucapan kakeknya hanya kesal, dan kemudian berbicara.
“Hmmm, kenapa aku harus mengikuti pertandingan di kota kecil ini?” ucap gadis itu sambil mengembungkan pipinya dengan kesal.
“Hahaha, Hua’er, kamu juga butuh pengalaman. Nanti dirimu akan berpetualang di dunia luar juga seperti kakek,” jawab Kakek gadis itu sambil tertawa kecil.
“Hmm, baiklah Kakek,” jawab gadis itu dengan anggukan kecil, meskipun masih terlihat agak kesal.
Setelah kepergian kakeknya gadis itu merenung di kamar sendirian, dirinya ingat saat bertemu lelaki yang tidak sengaja menabraknya, benar orang yang berjubah yang sebelumnya Lei Nan tabrak adalah gadis ini, kenapa gadis ini lari saat itu sendiri karena malu saat melihat wajah Lei Nan.
"Hmmm, apa pria itu juga akan mengikuti pertandingan?."batin gadis itu merona.