Dewa Petir Kehancuran
Di Benua Bintang Timur, terbentang lima kekaisaran yang megah Wei, Long, Zhu, Qin, dan Xuan. Kelima kekaisaran ini selalu berselisih satu sama lain, terlibat dalam intrik dan pertempuran tiada henti. Dari lima kekaisaran tersebut, kekaisaran Xuan adalah yang terkuat, sementara kekaisaran Qin dianggap yang paling lemah.
Dalam kekaisaran Qin, terdapat sebuah kota bernama Bulan Perak. Kota ini berada di bawah naungan kerajaan Hu, dan di dalamnya terdapat empat keluarga besar yang menguasai seluruh aspek kehidupan di sana, keluarga Lei, Feng, Shu, dan Han. Keempat keluarga ini memiliki kekuasaan dan pengaruh yang besar, mempengaruhi segala hal mulai dari politik hingga ekonomi di kota Bulan Perak.
Di sebuah rumah besar milik keluarga Lei, seorang pemuda duduk di dalam kamarnya yang luas. Pemuda itu bernama Lei Nan, dulunya merupakan salah satu jenius terbesar di kota Bulan Perak sebelum kecelakaan tragis yang membuat kedua lengannya lumpuh. Saat ini, seorang gadis muda bernama Ming sedang menyuapi Lei Nan dengan penuh perhatian dan kesabaran.
"Ming, makanku sudah cukup untuk saat ini. Kau bisa kembali," kata Lei Nan dengan lembut, meskipun senyum di wajahnya terlihat sedikit dipaksakan.
"Tapi, tuan muda, dirimu belum menghabiskan makanannya," ujar Ming dengan cemas, menyodorkan makanan yang masih banyak tersisa.
"Sudahlah Ming, aku juga sudah kenyang," jawab Lei Nan sambil tersenyum, meskipun hatinya terasa berat.
"Baiklah, tuan muda, Ming pamit dulu," ucap gadis muda itu sebelum pergi dari kamar Lei Nan dengan langkah yang ringan namun penuh kekhawatiran.
Setelah gadis itu pergi, wajah Lei Nan berubah lesu saat pandangannya jatuh pada kedua lengannya yang lumpuh. Ia menghela napas panjang, mengingat kejadian satu tahun lalu yang merenggut masa depannya. Andai saja kecelakaan itu tidak terjadi, mungkin saat ini ia akan menjadi jenius nomor satu di kota Bulan Perak.
"Hah... sudahlah, aku juga tidak bisa berbuat apa-apa sekarang," ucap Lei Nan dengan nada putus asa, merasa kesedihan yang mendalam.
Pagi itu, dengan penuh usaha, Lei Nan beranjak dari kasurnya. Meskipun awalnya sulit untuk beraktivitas, sekarang ia mulai terbiasa dengan kondisinya kedua lenganya. Ia belajar melakukan berbagai hal menggunakan kakinya, bahkan untuk membuka pintu. Namun, setiap kali makan, pelayannya yang setia, Ming, selalu siap menemaninya. Ming adalah gadis muda yang polos, dulu ditemukan oleh ibu Lei Nan di jalanan dan diangkat menjadi pelayan keluarga mereka.
Pagi itu, Lei Nan menghabiskan waktu dengan berjalan-jalan di sekitar kediaman keluarga Lei. Banyak pandangan sinis mengarah kepadanya mulai dari pelayan penjaga bahkan keluarganya sendiri, namun Lei Nan mulai terbiasa dengan perlakuan tersebut. Ia berjalan dengan langkah pelan, menikmati udara pagi meskipun hatinya penuh dengan beban.
"Hoho... bukankah ini salah satu jenius di kota Bulan Perak," terdengar suara lelaki yang mencemooh saat melihat kedatangan Lei Nan.
"Lei Wei, apakah ada hal yang kau butuhkan dariku?" tanya Lei Nan dengan tenang, berusaha menahan emosinya.
"Hahaha... tidak, saudara. Aku hanya ingin menyapa salah satu jenius di kota Bulan Perak. Oh, aku lupa, bukankah jenius itu sekarang lumpuh," ucap Lei Wei dengan nada mengejek.
Teman-teman Lei Wei yang berada di sampingnya tertawa mendengar ucapan Lei Wei. Lei Wei telah lama iri pada Lei Nan, dan kecelakaan yang membuat lengannya lumpuh menjadi kesempatan bagi Lei Wei untuk melampiaskan dendamnya.
Mendengar cemoohan itu, Lei Nan hanya diam dan pergi tanpa menanggapi. Meskipun baru berusia 16 tahun, Lei Nan memiliki sikap yang lebih dewasa dibandingkan bocah seumurannya. Ia tahu bahwa menanggapi cemoohan itu hanya akan memperkeruh keadaan.
Melihat dirinya diabaikan, Lei Wei merasa marah. Dengan penuh kemarahan, ia berusaha meninju Lei Nan dari belakang. Namun, saat tinjunya hampir mengenai Lei Nan, muncul sosok pria yang menahan pukulan itu.
"Lei Kang, apa maksudmu mengganggu urusanku?" ucap Lei Wei dengan marah saat tinjunya ditahan oleh pria di depannya.
"Lei Wei, apakah dirimu tidak malu melakukan hal tercela seperti ini?" ucap pria bernama Lei Kang itu dengan tegas.
"Hahaha, hei Lei Kang, apakah dirimu akan melindungi sampah ini?" ucap Lei Wei dengan pandangan sinis ke arah Lei Nan.
"Cukup Lei Wei. Jika bukan karena kakak Lei Nan, dulu mungkin dirimu sudah ditendang dari keluarga ini," ucap Lei Kang dengan marah.
"Sudahlah, biarkan saja saudara Kang," ucap Lei Nan mencoba menengahi perselisihan.
"Tapi, saudara..." ucapan Lei Kang terhenti saat Lei Nan menggelengkan kepalanya, memberi isyarat agar tidak memperpanjang masalah ini.
Akhirnya, Lei Kang melepaskan tangan Lei Wei. Merasa dipermalukan, Lei Wei akhirnya pergi bersama rombongannya.
"Ayo pergi semuanya," ucap Lei Wei dengan nada marah.
"Apakah kau baik-baik saja, kakak Nan?" tanya Lei Kang dengan cemas.
"Aku baik-baik saja, saudara," ucap Lei Nan sebelum beranjak pergi.
Lei Kang, yang melihat punggung Lei Nan, merasa kasihan. Dirinya dulu sangat mengagumi sosok Lei Nan, bukan hanya karena kekuatannya tetapi juga karena sikapnya yang adil dan tidak membedakan orang lain.
Di pagi yang tenang itu, Lei Nan berjalan menuju pemukiman penduduk. Kota Bulan Perak saat itu sangat ramai dengan pengunjung. Saat berjalan-jalan, ia tidak sengaja bertemu dengan seorang gadis muda seumurannya.
Namun, pandangan gadis muda itu kepada Lei Nan penuh dengan jijik, seperti melihat seekor lalat. Gadis muda itu bernama Shu Ming, yang dulunya adalah tunangan Lei Nan.
Lei Nan hanya bisa tersenyum saat melihat Shu Ming, namun Shu Ming membalasnya dengan pandangan sinis dan segera pergi dari tempat itu.
Lei Nan hanya bisa tersenyum kecut. Dulu, saat dirinya masih menjadi jenius, banyak orang yang ingin berkenalan dengannya, tetapi sekarang sifat asli mereka mulai terlihat.
"Huf... sepertinya hari ini akan berat seperti biasanya," batin Lei Nan, merasa beban hidupnya semakin berat.
Di tempat lain, tepatnya di kediaman keluarga Shu, terlihat seorang pria tua dan seorang pemuda yang sedang menikmati teh di taman yang asri. Pemuda itu adalah Lei Wei, yang tengah berbicara dengan kepala keluarga Shu, Shu Peng.
"Hahaha, paman Peng, bagaimana menurutmu rencanaku?" tanya Lei Wei dengan nada penuh keyakinan.
Shu Peng, yang merupakan salah satu orang terkuat di kota Bulan Perak dan sudah berada di Ranah Pembentukan Akar Suci akhir, merenung sejenak sebelum menjawab.
"Hmm... aku memang ingin menyingkirkannya, tetapi dia juga berasal dari keluarga Lei. Aku tidak ingin sampai terjadi perang antar keluarga," ucap Shu Peng dengan bijaksana.
"Tenang saja, paman. Aku punya ide. Bagaimana jika kita menyewa pembunuh dari Organisasi Iblis Surgawi?" usul Lei Wei dengan mata berbinar.
"Hmm... tidak ada salahnya mencoba," kata Shu Peng sambil mengelus janggutnya, akhirnya tersenyum setuju.
Namun, tawa mereka segera terhenti ketika pintu ruangan terbuka dengan kasar. Seorang gadis muda masuk dengan langkah cepat. Gadis itu adalah Shu Ming, putri Shu Peng dan salah satu jenius kota Bulan Perak.
"Ayah, aku tadi bertemu dengan lalat itu. Kenapa ayah tidak segera membatalkan perjanjian itu?" ucap Shu Ming dengan nada marah kepada Shu Peng.
Shu Peng menenangkan putrinya. "Shu Ming, tenanglah. Aku baru saja mendapatkan ide dari Lei Wei. Bagaimana jika kita menyewa pembunuh dari Organisasi Iblis Surgawi untuk menyingkirkan bocah itu?" ucap Shu Peng dengan tenang.
"Iblis Surgawi? Tapi ayah, kenapa kita harus menyewa pembunuh dibandingkan langsung membunuhnya?" tanya Shu Ming bingung.
"Ais... bocah ini, kau tahu sendiri bahwa itu akan menyebabkan perang antar keluarga. Dan Lei Wei ingin menjadikanmu istrinya," ucap Shu Peng sambil tersenyum.
Shu Ming melihat Lei Wei. Meskipun dulu dirinya mencintai Lei Nan, sekarang ia merasa jijik saat mendengar tentangnya bahkan itu hanya namanya.
Dulu, jika bukan karena Lei Nan adalah jenius nomor 1 di kota bulan perak, ia tidak akan mendekatinya. Di sisi lain, Lei Wei adalah pemegang peringkat ketiga di kota Bulan Perak yang sekarang berada di ranah Penyerapan Energi akhir. Dalam pikirannya, Shu Ming berpikir tidak ada salahnya untuk menikahi Lei Wei.
"Baiklah, ayah. Tapi aku ingin lalat itu segera menghilang dari dunia ini," ucap Shu Ming dengan ketus.
"Hahaha, tenang saja. Aku jamin dirinya tidak akan lama di dunia ini," ucap Shu Peng dengan yakin, merencanakan masa depan yang kelam bagi Lei Nan.
Namun saat sedang berbicara tiba-tiba muncul merpati hitam yang datang ke Lei Wei dan di pergelangan kaki merpati itu terdapat sebuah buntalan, dan saat melihat isi dari buntalan itu wajah Lei Wei tersenyum.
"Paman Peng, tenang saja aku sudah menghubungi Pembunuh dari Organisasi Iblis Surgawi, dan baru saja mereka sudah mengirim pembunuh untuk menghabisi lalat itu."ucap Lei Wei nyodorkan pesan itu.
"Hahaha, itu lebih bagus, kita sudah menghemat waktu."ucap Shu Peng senang.
...Ilustrasi Lei Nan...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Aswar Hkt123
mohon maaf author penjelasan tentang tinkatan kultivasi di mnh😅
2024-11-08
0
Dwi Andrianto
"yang sedang berbicara" kalo "yg tengah berbicara" gak cocok Thor.
2024-11-17
0
luky
visualnya bagus ka
2024-11-06
0