Saling mencintai, namun restu tak menyertai. Tetap memaksakan untuk menjalankan pernikahan tanpa restu. Namun ternyata restu masih di atas segalanya dalam sebuah pernikahan.
Entah apa yang akan terjadi lada pernikahan Axel dan Reni, ketika mereka harus menjalani pernikahan tanpa restu. Apa mungkin restu itu akan di dapatkan suatu saat nanti. Atau bahkan perpisahan yang akan terjadi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembali Di Waktu Yang Tepat
Axel benar-benar tidak bisa menghubungi istrinya. Bahkan nomor ponselnya sekarang sudah tidak bisa dihubungi lagi. Membuatnya benar-benar frustasi sekarang. Sepertinya dia tidak bisa lebih lama lagi tetap berada disini, sementara masalahnya dengan sang istri belum terselesaikan.
Dia pergi ke ruangan Avinna, harus segera pulang ke tanah air, maka dia harus menitipkan Ibunya pada Avinna. Satu-satunya orang yang dapat dia percaya disini.
"Aku benar-benar ada urusan mendadak Vin. Aku harus kembali dulu ke tanah air. Setelah semua urusanku selesai, aku akan segera kembali lagi kesini"
Avinna tersenyum tipis, dia meraih tangan Axel yang berada di atas meja dengan perlahan. Memegang tangan itu dengan lembut. "Baiklah Axel, kamu tidak perlu khawatir tentang Mama kamu. Aku akan menjaganya, kalau memang urusanmu ini tidak bisa lagi ditunda"
Axel mengangguk, dia langsung menarik perlahan tangannya dari genggaman Avinna. "Kalau begitu aku akan pergi sekarang. Aku sudah siapkan tiket penerbangan sebentar lagi. Aku harus membereskan beberapa barang dulu"
Avinna mengangguk mengerti, dia tersenyum pada Axel. "Mau aku antar kamu ke Hotel untuk mengambil barang-barang kamu?"
"Tidak perlu, aku bisa melakukannya sendiri. Kalau begitu aku pergi dulu ya Avinna"
Axel langsung berlalu keluar dari ruangan Avinna itu. Dia berjalan cepat menyusuri lorong rumah sakit dengan terus mengecek ponselnya. Masih berusaha untuk menghubungi istrinya. Namun, tetap tidak bisa.
"Sayang, sebenarnya kamu kemana? Kenapa tidak menjawab telepon"
Axel mengacak rambutnya dengan frustasi dengan mempercepat langkah kakinya.
Ditempat yang berbeda dan Negara yang memiliki perbedaan waktu, Reni sedang sibuk dengan pekerjaannya. Dia hanya mampu menghibur diri sendiri dengan terus sibuk bekerja seperti ini. Karena jika dia hanya berdiam diri di rumah, maka semakin membuatnya bingung dan sedih dengan situasi yang terjadi.
"Ren, tolong bungkus ini dengan rapi. Untuk pengiriman besok pagi"
Reni hanya mengangguk dan menerima beberapa barang dari Tika yang harus dia kemas dengan rapi untuk pengiriman paket besok pagi.
"Hari ini kita lembur ya. Banyak sekali pesanan yang masuk" ucap Tika.
Yang lainnya hanya mengiyakan dengan pasrah saja. Karena jelas itu bukan lagi sebuah pertanyaan untuk mereka yang mau lembur atu tidak. Jelas sekali ucapan Tika adalah pernyataan yang memang harus mereka lakukan.
Sementara Reni hanya diam saja, sampai dia sadar jika hari ini dan hari berikutnya mungkin dia bisa mengikuti kerja lembur dengan yang lainnya. Karena suaminya saja tidak tahu kapan akan pulang.
"Kak, aku juga bisa ikut lembur sekarang"
Tika cukup kaget dengan ucapan Reni itu, dia langsung menghampiri Reni dan duduk disampingnya. "Ren, tumben? Bagaimana dengan suami kamu? Aku bisa mengerti kok kalau kamu tidak bisa ikut lembur, karena kamu sudah mempunyai suami yang harus kamu layani"
Reni tersenyum pada atasannya itu. Memang cukup beruntung memiliki atasan seperti Tika yang begitu mengerti setiap karyawannya.
"Tidak papa Kak, suamiku sedang ada pekerjaan di Luar Negara, jadi dia tidak akan pulang. Besok aku juga bisa lembur kok"
"Oh begitu ya. Kalau memang tidak masalah bagi kamu, yaudah kamu bisa ikut lembur" ucap Tika.
Reni mengangguk dengan tersenyum, setidaknya dia bisa mendapatkan sedikit lebih dari gaji biasanya. Apalagi tahun ini adalah tahun terakhir adiknya kuliah, maka cukup banyak biaya yang diperlukan. Reni akan langsung membawa adiknya tinggal bersamanya di Ibu kota ketika dia sudah lulus dan bisa mencari pekerjaan disini.
*
Butuh waktu beberapa jam untuk sampai di tanah air. Tapi rasanya Axel sudah sangat tidak sabar untuk bisa bertemu dengan istrinya sekarang. Dia hanya bisa duduk dengan gelisah saat berada di dalam pesawat. Hati dan pikirannya sangat tidak tenang.
"Sayang semoga kamu baik-baik saja dan tetap menungguku"
Perasaan yang tidak bisa dia pendam lagi. Rindu yang begitu besar setelah hampir tiga minggu dia berpisah dengan istrinya, sejak dia meninggalkan rumah untuk menemui orang tuanya saat itu. Sungguh mereka tidak pernah berpisah selama ini. Tentu saja membuatnya semakin tidak bisa menahan rasa rindu.
Axel mengambil cincin pernikahan mereka dari dalam tas. Yang terpaksa dia lepas karena ancaman Papa saat itu. Sekarang dia memakai kembali cincin pernikahan itu. Menatapnya dengan perasaan yang kacau. Matanya bahkan sudah berkaca-kaca.
Dia mengecup cincin yang melingkar di jari manisnya itu. "Aku hanya berharap kita akan selalu bersama dan cincin pernikahan ini akan tetap melingkar di jariku"
Ungkapan perasaan yang penuh dengan rasa putus asa. Bagaimana tidak? Dia yang terjebak dalam situasi seperti ini sekarang. Ayahnya yang terus menekannya atas dasar kesehatan Ibunya yang memburuk, dan alasan lain jika dia dan Avinna memang sudah terikat perjodohan sejak dulu. Sesuatu yang sulit sekali dia bantah untuk saat ini, karena pikirannya pun begitu kacau. Tentang Ibunya yang sakit dan juga keadaan istrinya. Mau bagaimana pun, dia tetap tidak ingin melepaskan wanita yang begitu dicintainya.
Dan sampai sekarang, Axel masih memikirkan tentang apa yang akan dia lakukan kedepannya. Karena melawan Papa pastinya tidak akan mudah.
Selama satu tahun lebih Papa membiarkannya untuk sejenak hidup bebas. Dan sekarang Papa sudah mulai bertindak. Tentunya tidak akan mudah bagi Axel untuk bisa melawan Papa saat ini.
*
Derry masuk ke ruang kerja Tuannya, menyerahkan beberapa foto yang dia dapatkan dari orang suruhannya. Pak Ketua juga langsung melihat foto itu satu persatu.
"Baguslah, ternyata dia sudah mengambil keputusan yang benar" ucap Papa ketika melihat foto yang di berikan oleh Derry, sekretarisnya.
"Tapi Tuan, saya mendapat kabar jika Tuan Muda sedang dalam perjalanan pulang"
Papa tersenyum tipis, dia menyandarkan tubuhnya disandaran kursi kerja yang dia duduki. "Biarlah, aku sudah menduga jika Axel tidak akan bisa bertahan lama berada disana dan jauh dari wanita ini. Tapi, dengan dia pulang sekarang, sudah cukup tepat. Setidaknya dia pulang dalam waktu yang tepat. Kau tetap suruh orang untuk mengawasi wanita itu dan juga kau tetap tugaskan orang untuk menjaga istriku"
Derry mengangguk saja, dia segera keluar dari ruangan itu setelah selesai melaporkan hal penting pada Tuannya.
"Maafkan saya Tuan Muda"
Ada rasa besaran dalam hatinya. Meski Derry tidak pernah menunjukan tentang itu. Namun perasaan itu tetap memenuhi hatinya saat ini.
Bersambung
Ngak ada extrapart gitu kak 😁😁😁
lanjut kak semangat 💪💪💪