Nadif, seorang pria tampan berusia 30 tahun yang hidupnya miskin dan hancur akibat keputusan-keputusan buruk di masa lalu, tiba-tiba ia terbangun di Stasiun Tugu Yogyakarta pada tahun 2012- tahun di mana hidupnya seharusnya dimulai sebagai mahasiswa baru di universitas swasta ternama di kota Yogyakarta. Diberi kesempatan untuk memperbaiki kesalahan masa lalunya, Nadif bertekad untuk membangun kembali hidupnya dari awal dan mengejar masa depan yang lebih baik.
Karya Asli. Hanya di Novel Toon, jika muncul di platform lain berarti plagiat!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fernicos, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nadif - Bab 9: Rising Star
Dua bulan setelah pertemuan dengan Arif, Nadif akhirnya selesai merekam single debutnya. Lagu itu adalah perpaduan dari melodi yang kaya dengan lirik yang menggugah, sebuah karya yang lahir dari perpaduan ingatannya di masa lalu dan kreativitas yang ia bangun di kehidupan ini. Setiap detail, dari aransemen hingga vokal, dipoles dengan sempurna di studio Mas Bayu.
Hari peluncuran single itu tiba. Nadif, Mas Bayu, dan Arif berkumpul di studio, suasana terasa tegang tapi penuh antusiasme.
“Jadi, lo siap?” tanya Mas Bayu sambil menyodorkan laptop ke arah Nadif.
Nadif menarik napas panjang. “Gue siap, Mas. Tapi lo yakin ini waktu yang tepat?”
Arif tersenyum, mencoba menenangkan Nadif.
“Waktu yang tepat atau nggak, yang penting sekarang lo percaya sama karya lo. Kita udah persiapkan semuanya. Lo cuma perlu yakin.”
“Lo nggak sendirian, Dif. Gue udah ngeliat banyak musisi yang ragu sebelum mereka nge-launching karya pertama mereka. Tapi begitu mereka ngeklik tombol itu, semuanya berubah,” tambah Mas Bayu.
Nadif melihat layar laptop yang menampilkan dashboard dari platform streaming yang akan digunakan. Jemarinya sedikit gemetar, tapi ada rasa keyakinan yang mengalir dalam dirinya.
“Oke, gue akan lakukan ini.”
Dengan satu klik, lagu itu resmi diluncurkan. Detik-detik terasa lambat saat mereka menunggu respon awal dari platform.
“Gue rasa kita butuh beberapa jam untuk ngelihat hasilnya,” kata Arif mencoba menghibur.
“Lo udah melakukan yang terbaik, Nadif. Sekarang, tinggal kita lihat apa yang terjadi.”
Mereka memutuskan untuk istirahat sejenak dan makan malam di warung langganan dekat studio. Di meja makan, Nadif masih terpikirkan tentang bagaimana respon orang-orang terhadap lagunya.
“Gimana kalau lagunya nggak sukses? Gimana kalau gue nggak dapat perhatian yang gue harapkan?” tanya Nadif sambil mengaduk-aduk nasinya dengan sendok.
Arif menyeringai, “Resiko adalah bagian dari perjalanan ini, Nadif. Tapi lo punya sesuatu yang nggak semua orang punya: bakat. Dan bakat lo udah lo tunjukkin lewat lagu ini. Jadi, apapun hasilnya, lo harus tetap jalan.”
Mas Bayu menambahkan,
“Dan inget, Dif. Sukses nggak selalu datang dari lagu pertama. Tapi kalau lo nggak pernah mulai, lo nggak akan pernah tahu.”
Malam semakin larut saat mereka kembali ke studio. Saat Nadif membuka dashboard di laptop, tiba-tiba dia melihat sesuatu yang mengejutkan.
“Mas… lo lihat ini?” kata Nadif dengan mata melebar, menunjuk ke angka streaming yang terus meningkat.
Mas Bayu mendekat, melihat layar dengan ekspresi kagum.
“Wow… ini gila. Baru beberapa jam dan angkanya udah kayak gini?”
Arif yang sedang mengecek ponselnya tersenyum lebar. “Gue baru aja cek Twitter. Hashtag lagu lo mulai trending, Dif. Responnya positif banget. Banyak yang bilang lagu lo bikin mereka teringat masa-masa terbaik mereka.”
Nadif merasa sedikit pusing oleh euforia yang tiba-tiba melanda.
“Gue nggak nyangka bisa secepat ini. Gue kira butuh waktu lebih lama.”
“Lo pantas dapet ini, Nadif. Ini hasil kerja keras lo. Tapi inget, ini baru awal,” kata Mas Bayu sambil menepuk bahu Nadif.
Arif, yang selalu optimis, memberikan rencana selanjutnya.
“Kita harus manfaatin momentum ini. Gue usul kita mulai bikin strategi promosi yang lebih agresif. Kita perlu siapin video musik, kolaborasi dengan influencer, dan mungkin tampil di beberapa acara.”
Nadif mengangguk, mulai merasakan beban tanggung jawab yang lebih besar.
“Gue bakal siapin diri buat itu semua, Mas. Tapi… gue masih gak percaya ini beneran terjadi.”
Mas Bayu tertawa kecil, “Percaya aja, Nadif. Lo lagi ngerasain apa yang semua musisi impikan.”
Beberapa hari kemudian, lagu Nadif benar-benar meledak di pasaran. Media sosial dipenuhi dengan orang-orang yang membagikan potongan lagu, membuat cover, hingga menggunakan lagu itu dalam video-video kreatif mereka. Bahkan, beberapa influencer besar mulai memberikan review positif, mengatakan bahwa lagu ini adalah salah satu rilisan lokal terbaik dalam beberapa tahun terakhir.
Suatu malam, saat mereka berkumpul kembali di studio, Nadif masih tak percaya dengan apa yang sedang terjadi.
“Mas, gue nggak pernah bayangin bisa sampai di titik ini.”
Arif yang sedang meminum kopinya menatap Nadif dengan serius.
“Inget, ini bukan soal nyampe di titik ini aja, Dif. Ini soal gimana lo bisa tetap di sini dan naik lebih tinggi lagi. Gue yakin kita bisa bawa lo lebih jauh.”
Nadif mengangguk mantap.
“Gue akan terus bikin karya yang lebih baik lagi. Gue gak akan sia-siain kesempatan ini.”
Mereka pun bersiap untuk langkah berikutnya, merencanakan video musik dan promosi yang lebih besar. Nadif tahu bahwa perjalanan ini masih panjang, dan kesuksesan pertamanya adalah motivasi kuat untuk terus maju. Tapi satu hal yang pasti, ia kini lebih yakin bahwa ia berada di jalur yang tepat.
###
Nama Nadif mendadak menjadi perbincangan di berbagai kalangan setelah single yang dirilisnya bersama Mas Bayu dan dukungan dari Mas Arif menjadi viral. Bukan hanya pecinta musik, bahkan orang-orang yang tidak terlalu mengikuti perkembangan musik mulai mengenal namanya. Hari-harinya yang dulu biasa-biasa saja, kini berubah total.
Pagi itu, Nadif menerima panggilan telepon dari seorang penyiar podcast terkenal, Andi.
"Nadif, gue Andi dari *Ngobrol Sore Podcast*. Gue suka banget sama single lo, dan gue pengen lo jadi bintang tamu di episode berikutnya. Bisa, kan?" tanya Andi dengan nada antusias.
Nadif terdiam sejenak, tak menyangka tawaran seperti ini datang begitu cepat.
"Oh, tentu, Mas Andi. Gue siap."
"Gue juga bakal promosiin episode ini habis-habisan. Lo bakal dapet exposure lebih banyak lagi!" kata Andi, sebelum menutup telepon.
Nadif menatap layar ponselnya, masih tak percaya. Tak lama kemudian, panggilan lain masuk.
"Halo, Nadif. Ini Angel dari agensi iklan *Sky Ads*. Kita tertarik untuk kerja sama buat beberapa endorsement. Produk-produk kita lagi butuh wajah segar dan baru kayak lo," Angel terdengar ramah tapi tegas.
"Wow, gue... Gue senang banget. Gue siap diskusi lebih lanjut soal detailnya," jawab Nadif sambil mencoba menahan euforia yang dirasakannya.
Hari itu juga, tawaran manggung dari beberapa tempat hiburan lokal mulai berdatangan.
Di kampus, Nadif yang biasanya tidak begitu menonjol, kini menjadi sorotan. Banyak teman-temannya yang kaget, terutama ketika video klip dari single-nya mulai muncul di timeline media sosial mereka.
"Nadif! Lo seriusan? Itu beneran lo di video klip itu?" tanya Dita dengan mata berbinar saat mereka bertemu di kantin.
Nadif tersenyum sedikit malu.
"Iya, itu gue."
"Gila, lo sekarang jadi artis beneran, ya? Gue nggak nyangka, sih," Dita tertawa, setengah tak percaya.
Teman-teman lainnya yang mendengar percakapan itu ikut bergabung.
"Nadif, kita harus foto bareng, nih. Siapa tahu nanti lo jadi selebriti besar, terus kita bisa pamer foto ini," kata salah satu teman kampusnya sambil tertawa.
Tidak hanya itu, Nadif juga mulai merasakan lonjakan di akun media sosialnya. Subscriber Yo*Tube-nya yang awalnya hanya ribuan, kini melonjak tajam hingga puluhan ribu dalam hitungan hari. Setiap kali dia membuka Yo*Tube Studio, grafiknya selalu naik, dan komentar-komentar positif dari penggemar terus berdatangan.
"Wow, subcriber gue nambah lagi! Ini gila banget sih," gumam Nadif sambil tersenyum senang saat melihat angka yang terus bergerak.
Di Inst*gram, followers Nadif pun mengalami peningkatan yang pesat. Postingan terakhirnya, berupa teaser dari single terbarunya, langsung dibanjiri ribuan likes dan ratusan komentar.
"Gue baru follow lo, Nadif! Lagu lo keren banget!" tulis salah satu penggemar di kolom komentar.
Namun, tidak semua orang senang dengan kesuksesan mendadak Nadif. Di balik layar, seorang musisi senior bernama Reza merasa terganggu. Reza sudah lama berkecimpung di industri musik dan tidak suka melihat seorang pendatang baru tiba-tiba mencuri perhatian.
"Siapa sih anak ini? Kok bisa tiba-tiba terkenal?" tanya Reza sinis kepada manajernya, Riko.
"Anak muda berbakat, katanya. Viral di mana-mana," jawab Riko sambil menunjukkan artikel berita tentang Nadif di ponselnya.
Reza mendengus kesal. "Bakat apaan? Gue udah lama di industri ini, dan nggak ada yang bisa naik secepat itu tanpa bantuan koneksi atau kontroversi. Gue yakin ada sesuatu di balik ini."
"Reza, lo nggak perlu khawatir. Lo tetap punya penggemar setia. Mungkin anak ini cuma fenomena sementara," kata Riko mencoba menenangkan.
Reza menggeleng. "Gue nggak suka ada yang tiba-tiba muncul dan ngebayangin karier gue. Kita harus cari cara buat ngejaga posisi gue di puncak."
Sementara itu, Nadif terus menerima panggilan demi panggilan. Salah satunya dari seorang produser acara TV lokal yang ingin mengundangnya tampil di acara talkshow.
"Selamat sore, Nadif. Nama saya Tika, produser dari acara *InspiraTV*. Kami ingin mengundang Anda sebagai tamu untuk membahas perjalanan karier Anda yang luar biasa. Bisa dijadwalkan?"
"Wow, terima kasih, Mbak Tika. Tentu, gue senang bisa hadir," jawab Nadif dengan semangat.
Di kampus, semakin banyak yang mengenali Nadif. Bahkan, beberapa dosen mulai memberikan perhatian lebih saat melihatnya.
"Nadif, saya baru lihat video klip kamu. Hebat sekali! Tetap semangat, ya, jangan lupa sama kuliah," kata salah satu dosennya saat mereka bertemu di lorong kampus.
Nadif hanya bisa tersenyum, merasakan bagaimana hidupnya berubah drastis. Di balik kesibukannya yang baru, dia tahu bahwa ada banyak tantangan di depan. Tantangan yang datang bukan hanya dari industri yang kini ia masuki, tapi juga dari orang-orang seperti Reza yang tidak suka melihat kesuksesannya.
Namun, dengan dukungan dari orang-orang seperti Mas Bayu dan Mas Arif, serta teman-teman kampusnya, Nadif merasa lebih siap menghadapi apapun yang akan datang.
Kita sebagai pembaca seolah dibawa oleh penulis buat ngerasain apa yg Nadif alamin. Keren bangettt 🌟🌟🌟🌟🌟
semangat berkarya ya thor🙏🏽
#Gemes aku bacanya klw MC-nya Naif kaya gini.
Harusnya MC lebih Cool dan benar2 fokus memperbaiki diri, bahagiain keluarga, memantapkan karirnya. Jangan diajak2 RUSAK, malah mau...🙄