Cinta Di Waktu Yang Salah

"Kuenya enak sekali." puji Mama Irwan.

"yakin buat sendiri kuenya?" tanya cetus Papa Irwan.

"iya Pak...! Kenapa Pak? Apa ada yang kurang rasanya?" tanya Cici.

"kalau buat sendiri,kenapa kotaknya ini?" ujar Papa Irwan.

"Cici punya toko kue sendiri Pa...! Toko kue Cie Cake itu punya Cici." jelas Irwan.

"toko kue yang di jalan Jendral itu ya kak? Cukup terkenal juga tuh toko kue." ucap adik Irwan yang bernama Randi.

"iya...! Kamu pernah beli kue di sana?" tanya Cici.

"pernah kak...! Enak-enak kuenya kak." jawab Randi.

"alhamdulillah... Jika kamu suka...!" ucap Cici.

"tadi katanya,kerja sama 1 kantor sama Irwan,sekarang malah bilangnya punya toko kue sendiri? Bagaimana ini?" tanya Papa Irwan.

"Jadi begini ya Pa,aku itu kerja di kantornya Cici. Aku dan Barry kerja di kantor Cici. Awal kenal sama Cici ini kan di tempat kerja di Cafe kemarin. Ternyata Cici ini ingin merasakan kerja dengan orang lain,bagaimana rasanya gitu Pa. Ternyata Cici ini aslinya pemilik perusahaan di tempat aku kerja,dan beberapa usaha lain Pa." jelas Irwan.

"yang benar aja?" tanya Papa Irwan terkejut.

"iya Pa...! Cici ini adiknya Bang Wanto. Langganan cuci mobil di tempat Ridho." jawab Irwan.

"Bang Wanto yang orang terkaya itu? Yang benar bang?" tanya Ridho terkejut.

Cici melirik ke arah Irwan dan hanya bisa terdiam.

"kenapa Irwan harus menjelaskan itu semua sih?" ucap Cici dalam hati.

"iya Do...! Ma... Pa...! Irwan mencintai Cici itu bukan karena hartanya. Tapi hatinya sangat baik sekali. Tujuan aku membawa Cici kesini,Mama dan Papa sudah tahu kan. Kami minta restu dari Mama dan Papa. Apa Mama dan Papa merestui?" ujar Irwan.

"yang benar kakak adiknya Pak Wanto?" Tanya Ridho masih penasaran.

"iya benar. Kami itu 3 bersaudara. Bang Wanto yang paling besar. Yang nomor 2 bang Hendri. Dan aku anak terakhir." jawab Cici.

"Kalau pak Hendri aku tahu. Kenapa kakak tidak tahu aku ya?" tanya Ridho.

"hahaha....! Aku itu paling malas bertemu dengan wartawan. Aku jarang tersorot di media. Gini saja deh...! Aku telepon bang Wanto ya,biar lebih percaya." ucap Cici.

Cici menghubungi Wanto.

"Halo bawel....! Tumben telepon abang? Apa butuh bantuan abang?" ucap Wanto.

"yyeee....! Emangnya adiknya ini gak boleh telepon abang nya apa?" jawab Cici.

"boleh lah....! Tumben amat video call. Lagi dimana kamu itu?" ucap Wanto.

"lagi di rumah Irwan bang...! Bang,abang sudah langganan cuci mobil di tempat Ridho?" tanya Cici.

"iya...! Kok kamu tahu?" jawab Wanto.

"Ridho itu adiknya Irwan bang. Nih orangnya...! Dia belum yakin kalau aku itu adik abang. Makanya aku telepon abang." ucap Cici.

"ooo...! Begitu! Hai.... Ridho...! Cici ini adik saya yang paling kecil. Mana Irwan,Ci?" ucap Wanto.

"ini ada dia. Kenapa?" tanya Cici.

"Wan,kapan mau main ke rumah? Abang sudah bicara ke Mama dan Papa Abang. Senang sekali mereka dengar anak gadisnya ternyata laku juga. Hahaha...." ucap Wanto.

"berarti abang di rumah sekarang? Kenapa tidak kabari aku sih....! Iihhh... Rese benar punya abang 1 ini. Mana Mama bang? Aku rindu sekali. Ini kenali bang,Mama dan Papa Irwan." ujar Cici.

"secepatnya aku akan ke rumah bang." jawab Irwan.

"abang tunggu di rumah ya Wan...! Halo bu... Pak...! Saya Wanto abangnya Cici. Nah,ini Mama kami." ucap Wanto.

"iya...! Halo bu...!" jawab Mama Irwan.

"Mama...!" ucap Cici.

"halo juga Bu...! Nama yang namanya Irwan nak?" ucap Mama Cici.

"Mama...! Bukan anaknya dulu yang di tanya iihhhh...! Apa tidak rindu sama anaknya ini?" ucap Cici.

"pasti mama rindu sama kamu sayang. Mama ingin bicara sama Irwan." jawab Mama Cici.

"halo Ma...!" ucap Irwan.

"tuh yang namanya Irwan Ma...! Yang sudah berhasil mengambil hatinya Ci wel...!" ujar Wanto.

"hali Irwan...! Mama sudah dengar semua dari Wanto nak...! Mama senang sekali atas tujuan dan niat baik kamu nak. Mama merestui kalian ya nak. Jaga Cici baik-baik ya Wan." ucap Mama Cici.

"terimakasih atas restunya Ma...! Pasti akan Irwan jaga Cici,ma...!" jawab Irwan.

"bu... Pak... Jika Irwan sudah ke sini,apa kita bica pertemuan keluarga?" tanya Mama Cici.

Cici sangat terharu dengan suasana malam itu. Cici tak kuasa menahan air matanya. Akhirnya Cici meneteskan air matanya,dan Cici di peluk oleh Mama Irwan.

"kenapa kamu menangis nak?" ucap Mama Irwan.

"tidak apa-apa bu. Ci hanya terharu saja." ucap Cici.

"bisa bu...! Biar anak-anak kita saja yang mengatur pertemuan keluarga bu." jawab Papa Irwan.

Irwan duduk di samping Cici.

"kenapa menangis sayang?" tanya Irwan.

"tidak apa-apa...!" jawab Cici sambil mengusap air matanya.

"Bang,Papa mana?" tanya Cici.

"tadi pagi papa berangkat ke Amerika. Sudah abang bilang sama Papa,bulan depan kan kamu ke sana. Terap saja papa berangkat dan mengecek perusahaan yang di sana. Katanya besok itu ada pertemuan di sana. Apa iya Ci?" jelas Wanto.

"iya bang...! Besok emang ada pertemuan sama pengusaha besar juga di sana. Yang di butuhkan Papa. Bukan aku bang. Aku pikir papa tidak jadi berangkat ke Amerika." jawab Cici.

"eh...! Ada kabar gembira lo dek...!" ucap Wanto.

"apa bang?" tanya Cici.

"3 hari lagi Hendi mau tunangan sama Nana. Ternyata mereka berdua pacaran sudah 5 tahun. Diam-diam saja dia. Kamu pulang ya... Bawa Irwan dan keluarga Irwan juga." ucap Wanto.

"mulai menggibahin aku..." ucap Hendri.

"bukan gibah..! Fakta kan. Hahaha....!" ledek Wanto.

"wih....! Abang aku 1 ini sudah mau nikah ya. Selamat ya abang ku sayang..." ucap Cici.

"makanya pulang...! Jangan lupa kado buat aku ya!" ucap Hendri.

"siap bos! Adik mu ini besok pulang. Akan aku selesaikan tugas aku di sini dulu ya. Habis itu aku langsung pulang ke rumah...!" jawab Cici.

"ya sudah ya bang,Ma...! Ci matikan teleponnya ya. Assalamu'alaikum..." sambung Cici.

"waalaikum salam sayang. Jaga kesehatan ya nak..." jawab Mama Cici.

Cici menutup teleponnya. Cici melanjutkan ngobrol dengan keluarga Irwan.

"sudah percaya kan kalau Cici ini adiknya bang Wanto." ucap Irwan kepada Ridho.

"iya bang...!" jawab Ridho.

"ibu dan bapak apa mau datang ke acara tunangan Abang Cici besok?" tanya Cici.

"mau dong...!" jawab Mama Irwan.

"kalau begitu,mama dan papa merestui hubungan kalian." ucap Papa Irwan

"terimakasih banyak Pa... Ma...!" ucap Irwan.

"Terimakasih banyak bu... Pak...! Kalau begitu,Ci pamit pulang dulu ya bu,pak! Soalnya ada laporan yang harus di kerjakan." ucap Cici.

"kenapa cepat sekali pulangnya?" tanya Mama Irwan.

"Ma,Cici tidak bisa lama-lama keluar. Apa lagi besok kita semua mau ke rumah Cici kan. Biarkan Cici menyelesaikan tugasnya dulu ma. Besok jam berapa kita ke rumah kamu?" ujar Irwan.

"selesai meeting saja ya..! Kita langsung berangkat ke rumah ku. Besok kamu tidak usah masuk kerja. Kamu tunggu saja aku di rumah aku. Selesai meeting,kita langsung ke kampung aku." jawab Cici.

"baik lah kalau begitu mau kamu." ucap Irwan.

Cici berpamitan untuk kembali pulang. Irwan mengantarkan Cici ke rumahnya.