Aleena Salmaira Prasetyo adalah anak sulung dari keluarga Prasetyo. Dia harus selalu mengalah pada adiknya yang bernama Diana Alaika Prasetyo. Semua yang dimiliki Aleena harus dia relakan untuk sang adik, bahkan kekasih yang hendak menikah dengannya pun harus dia relakan untuk sang adik. "Aleena, bukankah kamu menyayangi Mama? Jika memang kamu sayang pada Mama dan adikmu, maka biarkan Diana menikah dengan Angga". "Biarkan saja mereka menikah. Sebagai gantinya, aku akan menikahimu"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Undangan Pesta Pertunangan Diana
"Ray, tolong cari informasi tentang apa yang baru saja terjadi pada Aleen!"
Dev menghubungi Ray dan memintanya untuk mencari informasi tentang Aleen.
"Baiklah. Akan aku cari tahu"
Ray pun mencari tahu kepada sekretaris Aleen dan mendapatkan informasi tentang kedatangan Diana.
Tok tok tok
"Masuk! "
Ray langsung masuk setelah mendapatkan izin dari Dev.
"Apa kamu sudah tahu sesuatu?"
Dev langsung bertanya begitu Ray masuk.
"Sekretarisnya bilang tadi ada seseorang yang datang ke kantornya. Katanya dia itu adiknya bu Aleen. Sepertinya mereka terdengar berdebat, tapi sekretarisnya tidak tahu apa yang mereka bicarakan"
Ray menjelaskan dengan rinci informasi yang dia tahu.
"Baiklah, aku mengerti. Kamu bisa kembali bekerja"
Ray pun kembali ke meja kerjanya.
"Oh, Pak. Ada undangan yang baru dikirim untuk anda. Akan saya ambilkan sekarang"
Ray kembali ke meja kerjanya untuk mengambil undangan yang ditujukan pada Dev, tak lama dia kembali keruangan Dev dengan sebuah kertas undangan ditangannya.
"Ini Pak undangannya"
Dev menerima undangan itu dan mulai membacanya.
"Undangan pertunangan Diana Alaika Prasetyo dan Angga Sulistyo? Kenapa mereka bisa mengundangku? Apa informasi kepulanganku kemari sudah bocor?"
Dev menatap Ray dengan tatapan penuh tanya. .
"Saya tidak tahu. Saya yakin kalau media disini tidak ada yang memberitakan tentang kepulangan anda. Lagipula disini tidak ada yang mengenal anda. Apa mungkin ada kerabat dari mereka yang mengenal anda diluar negeri?"
Ray mengutarakan kemungkinan yang ada mengenai alasan mereka mengundang Dev.
"Apa mungkin seperti itu? Aku baru beberapa hari kembali kesini setelah bertahun-tahun. Tidak mungkin ada orang yang langsung menyadari kepulanganku kemari"
Dev memikirkan kemungkinan besar ada seseorang yang mengenalnya dan tahu kalau dia telah kembali.
...****************...
Sementara itu kediaman sulistyo.
"Pah, apa semua undangannya sudah dicetak?"
Ibu Angga bertanya pada sang suami sambil memeriksa nama-nama pada surat undangannya.
"Ya, semua telah dicetak dan sebagian telah Papa bagikan. Apa Mama sudah mengundang semua kenalan Mama? "
Ayah Angga menanggapi pertanyaan sang istri lalu balik bertanya padanya.
"Sudah. Mama sudah memeriksa semua nama kenalan Mama. Sepertinya tidak ada yang terlewat"
Ibu Angga menanggapi dengan sikap yang tenang.
"Baguslah kalau begitu. Kita tinggal memastikan persiapan yang lainnya lagi"
"Haah... Padahal aku sudah sayang pada Aleena seperti pada putriku sendiri, tidak disangka malah terjadi sesuatu diluar dugaan kita. Tapi Pah, aku masih tidak percaya kalau Aleen bisa melakukan hal seperti itu"
Ibu Angga menghela napas panjang saat mengeluh tentang Aleena.
"Sebenarnya Papa juga tidak bisa percaya. Kita sudah lama mengenal Aleena, kita tahu betul seperti apa sifatnya itu, tapi kita juga sudah melihat buktinya. Kita tidak bisa melakukan apa-apa lagi"
Ayah Angga pun menanggapi cerita sang istri dengan sikap yang tenang dan positif.
"Papa benar. Kita tidak bisa menyangkal bukti langsung seperti rekaman CCTV"
"Hai Mah, Pah. Apa yang sedang kalian lakukan?"
Citra menyapa kedua orang tuanya dengan sikapnya yang ceria.
"Kami hanya sedang memeriksa persiapan untuk pesta pertunangan kakakmu saja. Kamu sudah pulang kuliah, Ra?"
Sang ibu menanggapi dengan sikap yang ramah dan hangat.
"Ya, Mah. Aku hanya punya 1 jadwal kelas saja jadi bisa pulang lebih cepat. Apa kalian mengundang banyak tamu penting? "
Citra langsung duduk disamping sang ibu dan terlihat penasaran dengan daftar tamu yang diundang pada pertunangan kakaknya.
"Tidak terlalu banyak. Papa hanya mengundang sekitar 1000 tamu saja. Papa tidak tahu berapa banyak tamu yang diundang keluarga Diana"
Sang ayah pun menanggapi pertanyaan putrinya dengan sikap acuh tak acuh.
"Banyak sekali. Ini kan hanya pesta pertunangan, bukan pesta pernikahan, apa harus sebanyak itu?"
Citra terlihat bingung dengan banyaknya tamu yang diundang sang ayah.
"Papa hanya mengundang kolega dekat saja. Mungkin saat pesta pernikahan nanti Papa akan mengundang lebih banyak tamu daripada sekarang.
"Apa Pah? 1000 tamu hanya kolega dekat saja? Lalu berapa banyak tamu saat pesta pernikahan nanti?"
Citra semakin terkejut dan juga bingung mendengar banyaknya tamu.
"Sudahlah. Kamu tidak perlu memikirkan hal seperti itu. Cukup doakan kakakmu agar dia bisa hidup bahagia"
Sang ibu mengingatkan Citra dengan senyum agar di mendoakan sang kakak supaya hidup bahagia.
"Pah, Mah, apa kalian yakin kalau kak Angga bisa hidup bahagia jika menikah dengan kak Diana? Kalian juga tahu sendiri kan kalau wanita yang kak Angga cintai adalah kak Aleena?"
"Dasar anak ini. Citra, kamu juga tahu sendiri kan apa yang terjadi antara kakakmu dan Aleena? Kakakmu sudah menentukan pilihannya, jadi hormatilah keputusannya"
Ayah Angga menegur putrinya sambil memukul pelan Keningnya.
"Pah, dimana undangan untuk putranya pak Wirawan? Bukankah papa bilang akan mengundangnya?"
Ibu Angga bertanya pada sang suami setelah sejak tadi dia tidak mendapati nama dari keluarga Wirawan.
"Keluarga Wirawan? Siapa itu pah?"
Citra menyela karena tidak mengenal keluarga itu.
"Keluarga Wirawan itu merupakan keluarga yang berpengaruh. Aditya Wirawan adalah seorang pengusaha sukses sekaligus politisi. Usahanya meliputi berbagai bidang. Istrinya mengelola sebuah yayasan, dan menantu laki-lakinya seorang politisi. Yang papa dengar, putra pak Aditya juga menjadi pengusaha muda berpengaruh diluar negeri dan katanya dia baru saja kembali untuk mengambil alih salah satu perusahaan disini. Kamu tahu perusahaan mana yang dia pimpin? "
Sang ayah bertanya sambil menatap Citra dengan seksama.
Citra menggelengkan kepala menanggapi pertanyaan sang ayah.
"Dia mengambil alih perusahaan tempat Aleena bekerja"
"Benarkah Pah? Keren sekali, apa kak Aleena tahu tentang dia? Pria hebat seperti itu... bisakah aku bertemu dengannya?"
Citra sangat antusias mendengar cerita tentang Dev. Dia mulai membayangkan tentangnya.
"Sepertinya dia tidak tahu karena putra pak Aditya itu sangat menutup diri. Dia tidak terlalu suka dengan publisitas"
Ayah Angga kembali menaggapi dengan sikap tenang.
"Benarkah Pah? Lalu darimana Papa tahu kalau dia itu pengusaha muda berpengaruh?"
Citra memicingkan mata menatap sang ayah dengan curiga.
"Kamu bisa cari tentang artikelnya pada majalah bisnis yang diterbitkan diluar negeri. Dia cukup sering diliput disana", ujar sang ayah lagi menanggapi
"Emm memang siapa namanya Pah? aku akan cari artikel tentangnya", ujar Citra yang mulai penasaran.
"Namanya Devin Pramudya Wirawan"
Citra langsung mengeluarkan ponselnya dan mencari artikel tentang Dev diinternet.
Tak lama muncullah foto dan beberapa artikel tentang Dev. Citra membacanya dengan seksama.
"Waah, Pah. Dia sangat tampan dan juga keren. Banyak pencapaian yang sudah dia raih diluar negeri. Pasti akan sangat membanggakan jika punya pasangan seperti dia. Apa Papa yakin kalau dia sudah kembali?"
Citra sangat antusias membicarakan tentang Dev.
"Papa yakin. Seorang kenalan Papa memberitahukan tentang kepulangannya. Akan sangat bagus jika bisa bekerja sama dengannya, karena itu Papa mengundangnya ke pesta"
Ayah Angga kembali menjelaskan pada putrinya.
"Papa benar-benar mengundangnya? Jadi aku punya kesempatan untuk berkenalan dengannya kan?"
Ayah dan ibunya saling menatap satu sama lain mendengar ucapan Citra.
"Tentu saja kamu punya kesempatan. Papa dengar dia belum punya pasangan"
"Yes, kalau begitu aku harus memanfaatkan kesempatan saat pesta nanti. Itu adalah satu-satunya kesempatan yang aku miliki untuk bisa mengenal pria bernama Devin itu"
Citra bicara dengan tekad membara dan rasa percaya diri yang tinggi.