Pernikahan Tanpa Restu
Ini hanya sebuah ceritaku sesudah pernikahan itu berlangsung. Semuanya terasa bahagia, karena pada akhirnya aku bisa menikahi pria yang begitu aku cintai sejak dulu.
Namun, ternyata semuanya tidak seperti yang aku bayangkan. Ternyata restu yang menjadi penghalang, akan tetap menjadi kendala dalam pernikahan ini. Aku adalah wanita yang cukup beruntung, karena di perjuangkan begitu besar oleh laki-laki bernama Axel Narendra. Bahkan suamiku ini rela meninggalkan semua kehidupan mewahnya dan keluarganya, hanya demi menikah denganku.
Dulunya dia adalah seorang pemain wanita. Tapi akhirnya dia bisa berubah entah karena apa. Namun, yang aku rasakan hanya dia yang begitu tulus mencintaiku dan memperjuangkan aku sampai sebesar ini.
Sampai sekarang usia pernikahan kami sudah satu tahun lamanya. Berharap kami akan selalu saling mencintai meski rintangan cukup banyak diantara kami.
*
Reni menutup buku hariannya, semua tentang perjuangannya untuk bisa bersama dengan suaminya, berada dalam buku itu. Kisah cinta yang tak mudah, untuk sampai mereka bersama seperti ini.
Menghembuskan nafas pelan sambil merentangkan tangannya yang terasa pegal. Dia melirik ke arah tempat tidur, ada seorang laki-laki yang teramat dia cintai sedang terlelap disana. Akhir pekan seperti ini, maka suaminya akan bangun lebih siang. Apalagi semalam dia pulang telat karena banyak kerjaan yang perlu diselesaikan.
Ya, setelah menikah dan Axel di usir dari keluarganya bahkan dia tidak lagi diberikan semua fasilitas yang biasa di dapatkan selama ini. Namun, beruntung ada sahabatnya yang mau mempekerjakan dia sebagai Asistennya. Dan sekarang Axel bekerja dengan sahabatnya itu. Sementara Reni juga membantu perekonomian keluarga dengan bekerja di sebuah jasa pengiriman online. Namun, pekerjaan ini tidak pernah diketahui oleh suaminya. Dia selalu pergi setelah Axel berangkat bekerja, dan pulang sebelum suaminya sampai ke rumah.
Sebenarnya gaji suaminya juga sudah cukup untuk kebutuhan keluarga kecil mereka. Untuk bayar sewa Apartemen dan lainnya. Namun, Reni hanya sedikit mengisi waktu luang saja dan dia tidak ingin terus merepotkan suaminya.
Membuka laci meja dan memasukan buku hariannya itu. Lalu, Reni segera menghampiri suaminya di atas tempat tidur. Duduk di pinggir tempat tidur dengan menatap lekat wajah suaminya yang tertidur. Perlahan tangannya mengelus pipi suaminya dan merapikan rambutnya. Lalu, menundukan wajahnya dan mencium pipi suaminya.
"Sayang, ayo bangun. Sudah siang ini, aku sudah masak sarapan untuk kamu" bisiknya di telinga sang suami.
Terdengar gumaman tidak jelas seiring tangan Axel yang menggeliat. Merangkul pinggang Reni dan menariknya hingga jatuh di atas tubuhnya. Axel memeluk pinggang istrinya dengan erat. Reni hanya menatap wajah suaminya yang baru bangun tidur dengan tersenyum, tangannya terangkat untuk mengelus kepala suaminya.
"Jam berapa sekarang, Sayang?" tanya Axel, memberikan satu kecupan di pipi istrinya.
Reni memukul pelan bahu suaminya, selalu saja memberikan kecupan tiba-tiba seperti ini. "Sudah jam 8 pagi, ayo bangun dan mandi. Kita sarapan bersama"
Axel menghembuskan nafas pelan, dia sedikit mencebikkan bibirnya. "Aku benar-benar mengantuk. Sialan, si Zayyan memberikan banyak sekali pekerjaan kemarin"
Reni hanya tersenyum, sudah sering dia mendengar suaminya memaki sahabatnya sendiri yang sekarang sudah menjadi bosnya. "Sudah jangan menggerutu begitu. Sekarang ayo bangun. Aku siapkan air untuk kamu mandi ya"
Tubuhnya sudah siap untuk beranjak dari atas tubuh Axel. Namun, tangan pria itu semakin mengeratkan pelukannya. Seolah belum rela istrinya beranjak dari atas tubuhnya.
"Emm.. Sebentar dulu Sayang, aku masih butuh pelukan" ucap Axel dengan manja.
Reni hanya menghela nafas pelan, dia tahu bagaimana Axel yang begitu manja ketika dia bersamanya. Akhirnya Reni menjatuhkan diri di samping suaminya, membiarkan Axel memeluknya dan masih bermanja-manja padanya di pagi hari ini.
Axel yang awalnya hanya memeluknya dengan menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Reni, kini mulai memberikan kecupan di leher itu. Membuat Reni sedikit mengeluarkan suara-suara yang tak bisa dia tahan.
"Sayang, kamu.. Awhh.."
Kenapa menggigir bahuku? Kan sakit! Kesal sendiri, namun hanya bisa berteriak dalam hati. Mana berani Reni berteriak langsung pada suaminya. Meski terkadang Axel memang sangat manja padanya, tapi ketika dia marah, tentu saja Reni sangat takut.
"Aku ingin isi amunisi dulu"
Reni mengerjap begitu kaget, ketika dia baru sadar jika suaminya sudah berada di atas tubuhnya dengan mengukungnya. Reni yang sibuk dengan pikirannya sendiri, sampai tidak sadar dengan pergerakan Axel.
"Sayang, ini 'kan sudah pagi.." Keluarkan saja alasan Reni! Bahkan kau sudah sering melakukannya di pagi hari seperti ini. Aaa.. Aku tidak akan lepas saat ini.
Akhirnya Reni hanya pasrah ketika suaminya sudah mulai membuka kancing piyama yang dia gunakan. Mulai mengecup dari leher Reni dan turun ke bagian dada. Meninggalkan beberapa bekas kemerahan di beberapa bagian yang dia sukai.
Sampai pagi ini mereka melewatkan waktu sarapan. Akhir pekan dengan berkeringat di pagi hari.
*
Sarapan yang terlewat dan sudah hampir masuk ke jam makan siang. Keduanya baru saja keluar dari kamar dengan rambut yang masih setengah basah. Tidak ada waktu untuk mengeringkan rambut, sudah benar-benar lelah dan lapar.
Reni mengambil semua makanan yang sudah tertata di atas meja sejak tadi pagi. Menghangatkan dulu semua masakannya itu, sebelum kembali di sajikan. Suaminya hanya duduk dengan memperhatikan apa yang dilakukan oleh istrinya.
"Sayang, tubuh kamu terlihat sedikit kurus. Apa kau sakit?" tanya Axel.
Reni yang sedang menata kembali masakan yang sudah dia hangatkan di atas meja makan, menatap suaminya dengan sedikit mengerutkan keningnya.
"Apasi? Aku normal aja kok, berat badan aku juga normal" ucap Reni.
Axel menatap istrinya dengan lekat, memastikan jika penglihatannya tidak salah. "Enggak ah, kamu benar kurusan. Makannya makan yang banyak, pipi kamu udah tirus kayak gitu"
Reni hanya tersenyum tipis, dia mengambilkan makanan untuknya. Lalu dia duduk di kursi depan suaminya dengan makanannya yang sudah dia ambil.
"Bukannya kamu yang buat aku sering telat sarapan seperti pagi ini. Ck, sekarang kalau istrimu ini kurus, berarti karena kamu Sayang"
"Ish, bukannya aku juga ngasih kamu sarapan untuk kamu tadi"
Jawaban santai dari suaminya itu hanya membuat Reni menggeleng tidak percaya. Suaminya itu memang tidak pernah puas dengan hal-hal yang bersangkutan dengan urusan ranjang.
"Kan aku ingin segera membuat kamu hamil Sayang. Aku sudah merindukan suasana ramai dengan seorang anak kecil di rumah ini" ucap Axel.
Tangan Reni yang baru ingin menyendok makanannya, langsung terhenti. Setiap kali suaminya membahas tentang seorang anak, selalu membuat Reni tak bisa menjawab dan selalu merasa bersalah.
Maafkan aku, karena belum bisa mewujudkan keinginan kamu itu.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Masfaah Emah
masih menyimak, kaya nya sih seru ni,?
2024-07-01
0