NovelToon NovelToon
Sekretaris Pemikat Hati

Sekretaris Pemikat Hati

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama
Popularitas:5.6M
Nilai: 4.8
Nama Author: Clarissa icha

Terlalu sering memecat sekretaris dengan alasan kinerjanya kurang dan tidak profesional dalam bekerja, Bryan sampai 4 kali mengganti sekretaris. Entah sekretaris seperti apa yang di inginkan oleh Bryan.

Melihat putranya bersikap seperti itu, Shaka berinisiatif mengirimkan karyawan terbaiknya di perusahaan untuk di jadikan sekretaris putranya.

Siapa sangka wanita yang dikirim oleh Daddynya adalah teman satu sekolahnya.

Sambungan dari novel "Kontrak 365 Hari"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5

Bryan di sambut oleh Shaka ketika baru pulang dari perusahaan. Kebetulan hari ini dia pulang terlambat karna ada yang harus di selesaikan, jadi Shaka sudah ada di rumah ketika Bryan pulang.

"Bagaimana sekretaris rekomendasi Daddy.? Tidak mengecewakan kan.?" Shaka bertanya dengan penuh keyakinan, sebab dia yang sudah paham sifat dan kinerja Annelise selama ini.

Jika Bryan menjawab kinerja Annelise kurang memuaskan, sepertinya Shaka akan mempertimbangkan usul Flora untuk membawa Bryan ke psikolog. Mungkin memang benar putranya ada kelainan dalam menilai orang lain.

Bryan tampak menghela nafas. "Dad, wanita itu bahkan baru satu hari bekerja, aku belum bisa menilai kinerjanya seperti apa." Sahutnya acuh.

Bryan mungkin lupa dengan tindakan Annelise yang sangat profesional karna membuang kartu nama dari Rasheed. Kalau Annelise tidak profesional, mungkin Annelise akan menyimpan kartu nama itu untuk kepentingannya sendiri di luar pekerjaan. Tapi Annelise tidak ragu untuk langsung membuang kartu namanya, padahal dia tau kalau Rasheed bukan orang sembarangan sama seperti Bryan. Jika Rasheed memberikan kartu namanya secara cuma-cuma, artinya pria itu tertarik pada Annelise. Entah kurang profesional apa lagi.

"Untuk ukuran pemimpin seperti kamu yang mudah memecat sekretaris, rasanya tidak mungkin kamu kesulitan menilai kinerja Annelise di hari pertama bekerja." Sangkal Shaka yang tidak yakin dengan jawaban putranya.

"Kalian sedang membicarakan apa.? Sepertinya sangat serius." Jihan datang membawa segelas jus jeruk untuk Shaka. Dia duduk di samping sang suami setelah meletakkan segelas jus dan kue di atas meja.

"Bryan cocok dengan sekretaris yang sekarang." Seloroh Shaka cepat.

Mata Bryan langsung membulat mendengar omong kosong Daddynya. Dia lantas menggeleng dan menyangkal di depan Jihan.

"Aku tidak bicara begitu Mam, Daddy hanya mengarang." Bryan memutar malas bola matanya.

Jihan lantas menatap suaminya yang terlihat sedang mengulum senyum, sebagai seorang istri yang sudah menemaninya 29 tahun, Jihan bisa memahami arti senyuman dan tatapan Shaka yang penuh arti.

"Anggap saja itu sebuah do'a. Bukannya kamu butuh sekretaris yang cocok sesuai kriteria kamu.?" Ujar Jihan penuh kelembutan.

"Hem,, semoga saja begitu." Bryan menjawab datar.

Memang benar dia membutuhkan sekretaris yang cocok, satu pemikiran dan paham apa yang harus di lakukan untuk perusahaan. Bukan hanya sebatas bekerja karna membutuhkan uang.

...*****...

Bryan masuk ke dalam kamarnya. Pria itu meletakkan tas dan ponselnya di atas meja, kemudian melepaskan semua pakaian kerja yang melekat di tubuhnya dan hanya menyisakan celana da lam saja.

Tubuh atletisnya terlihat sangat sempurna tanpa kain yang menutupi tubuhnya. Beberapa ototnya tampak menggoda di bagian-bagian tertentu. Selain terobsesi membaca buku dan majalah bisnis, Bryan juga terobsesi memiliki tubuh atletis. Di luar itu, Bryan tidak terobsesi pada apapun lagi. Termasuk pada wanita-wanita yang berada di sekitarnya. Di mata Bryan, wanita di luar sana sama sekali tidak ada yang menarik.

Ketika akan pergi ke kamar mandi, ponsel di atas meja tiba-tiba berdering. Bryan segera berbalik badan untuk melihat siapa yang menelponnya. Biasanya jika seseorang sudah menghubunginya, kemungkinan ada sesuatu yang penting atau mendesak. Sebab Bryan selalu menekankan pada semua orang yang memiliki nomornya agar tidak menghubunginya jika bukan untuk membicarakan hal penting.

Kening Bryan berkerut ketika membaca nama kontak di layar ponselnya. Dia sedikit ragu untuk mengangkat panggilan telfon itu. Walaupun pada akhirnya tetap di angkat karna penasaran.

"Sore Pak Bryan." Sapanya di seberang sana.

"Hmm.! Katakan ada apa.!" Bryan bicara dengan gaya acuhnya seperti biasa.

"Saya hanya ingin memberi tau, dompet milik 0ak Bryan terjatuh di depan ruangan saya. Mau di kembalikan besok pagi saat di perusahaan, atau Bapak ambil sendiri ke rumah saya." Ujarnya memberikan pilihan, sebab tidak mungkin dia mengajak Bryan bertemu di luar hanya untuk memberikan dompetnya.

Bryan sedikit terkejut ketika mengetahui dompetnya ada di tangan karyawannya. Karna selama ini dia tidak pernah ceroboh, apalagi sampai menjatuhkan dompet.

Bryan lantas buru-buru memeriksa saku celana dan saku jasnya yang sejak tadi dia pegang dengan satu tangan. dia ingin memastikan dompet di tangan karyawannya benar-benar miliknya atau bukan.

Begitu mengetahui dompetnya tidak ada, Bryan langsung berdecak kesal. Dia merutuki kecerobohannya sendiri.

"Antarkan ke rumah saya, alamatnya ada di kartu pengenal.!" Ujarnya memerintah.

"Maaf Pak Bryan, tapi saya,,,

"Saya akan ganti uang transportasinya.! Antarkan sekarang." Titahnya tanpa mau di bantah. Bryan lantas memutuskan sambungan telfonnya secara sepihak dan membuat si penelpon di seberang sana mengumpat, mencaci maki dan geram karna ulahnya.

...******...

Annelise mendongak untuk menatap rumah megah yang menjulang tinggi di depan mata. Selama 3 tahun bekerja di perusahaan milik Shaka, baru kali ini Annelise melihat secara langsung istana megah milik mantan bosnya yang tak lain orang tua Bryan. Bangunan itu terlihat memiliki 5 lantai jika dilihat dari luar. Dengan design Eropa yang di dominasi warna putih.

"Rumah Sultan memang luar biasa." Gumamnya kagum. Padahal Annelise sendiri merupakan anak dari salah satu pengusaha menengah, hanya saja nasibnya tidak beruntung.

Annelise menghampiri pos security dan mengatakan maksud tujuannya datang ke sana. Dia tadinya ingin menitipkan dompet milik Bryan pada security agar tidak perlu masuk ke dalam rumah itu, namun security tidak mau menerimanya dan meminta Annelise agar memberikannya langsung pada Bryan.

"Mari Non, saya antar ke dalam." Security itu mempersilahkan Annelise masuk setelah membuka gerbang.

"Terimakasih,," Annelise mengikuti langkah pria paruh baya itu dengan setengah malas.

Begitu sampai di teras, Annelise di minta duduk di sana untuk menunggu Bryan keluar. Security itu tadi sudah menelfon orang rumah lewat telfon di pos security. Kemungkinan ART sedang memberitahu pada Bryan kalau ada tamu untuknya.

"Tunggu sebentar Non, Bibi di dalam sedang memanggil Den Bryan. Saya permisi mau berjaga lagi di depan." Security itu beranjak dari sana.

Kini tinggal Annelise seorang diri di teras dekat taman depan.

Tak berselang lama, Jihan keluar dan menghampiri Annelise yang tampak melamun menatap arah bunga-bunga yang bermekaran.

Annelise terperanjat melihat keberadaan orang tua Bryan. Dia reflek berdiri sembari merapikan bajunya gang sebenarnya tidak berantakan.

"Sore Nyonya, saya Annelise." Sapanya seraya mengenalkan diri.

"Sekretaris Bryan yang baru ya.?" Jihan bertanya dengan ramah. Annelise mengangguk cepat.

"Panggil Ibu saja, jangan Nyonya." Kata Jihan seraya tersenyum teduh. "Ayo masuk, Bryan baru selesai mandi. Tunggu di dalam saja." Ajaknya.

Annelise reflek menggeleng. Dia jelas menolak karna merasa tidak enak jika harus masuk kedalam rumah.

"Terimakasih Bu, saya di sini saja. Kebetulan saya cuma ingin mengembalikan dompet Pak Bryan yang terjatuh di perusahaan. Ini dompetnya." Annelise menyodorkan dompet Bryan dengan kedua tangannya dan sedikit membungkukkan badan.

"Terimakasih Anne," Jihan menerima dompet putranya.

"Sama-sama. Kalau begitu saya pamit pulang." Annelise ingin pergi dari sana, namun Jihan menahannya.

"Tunggu dulu, Bryan belum bertemu kamu." Seloroh Jihan cepat.

Annelise langsung mengerutkan kening dan menunjukkan ekspresi bingung karna ucapan Jihan.

"Maksud saya, Bryan belum mengucapkan terimakasih padamu. Ayo masuk, tidak usah sungkan. Kamu bahkan sudah 3 tahun bekerja di perusahaan suami saya, sekarang malah menjadi sekretaris Bryan. Tidak perlu sungkan seperti itu." Jihan langsung menggandeng tangan Annelise dan mengajaknya masuk ke dalam rumah.

Annelise tampak kebingungan sembari mengikuti langkah Jihan. Dia tidak punya waktu lagi untuk menolak.

1
evi pramudianti
Seru novelnya lucu.
Irma Windiarti
Luar biasa
evi pramudianti
Keren novelnya
Tiaa
HANG NADIM BATAM thor
evi pramudianti
Jalan ceritanya bagus. Pemilihan kata katanya enak dibaca.
idha_25
Anne egois bgt.. g imbang jdinya
M Abdillah Fatir
KLo GK mau badan nya melar jgn punya anak itu aja repot
M Abdillah Fatir
mana ada pertama melahirkan kontraksi cuma 7 jam paling TDK 10 jam KLo TDK 1 hari cuma di novel hayalan nya kelewatan
Batsa Pamungkas Surya: Alhamdulillah istri saya lahiran pertama juga gak sampai dua jam dah lahir
Ratna: Alhamdulillah saya lahiran anak pertama dari pertama kontraksi sampai lahiran hanya dalam waktu kurang lebih 2 jam setengah
total 4 replies
Tara Lestari
Luar biasa
Putri Aurora
bagus
Mawar Mekar Mewangi
semangat thor
Salim S
lagi on going kan novelnya masih mengikuti serta sama xander
yellya
lho kok ktnggalan,ga dpt notifnya ini 🤦🏻🤦🏻
enur .⚘🍀
ini TAMAT kah ?? berasa belum tuntas 🤭🤣✌
arfgnwn
Tiba-tiba tamat?
Kayak ngegantung sih
Amel_
sudah baca sdh hampir tamat malah novelnya , bagus ceritanya
altanum
ceritanya bagus thor.cm end nya agak gantung sih atau emang belum selesai
kristinawati tina
Luar biasa
kristinawati tina
bagus
Syahilla Naazifa
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!