Season 2 Pengganti Mommy
Pernikahan Vijendra dan Sirta sudah berusia lima tahun lamanya, namun mereka belum dikaruniai momongan. Bukan karena salah satunya ada yang mandul, itu semua karena Sirta belum siap untuk hamil. Sirta ingin bebas dari anak, karena tidak mau tubuhnya rusak ketika ia hamil dan melahirkan.
Vi bertemu Ardini saat kekalutan melanda rumah tangganya. Ardini OB di kantor Vi. Kejadian panas itu bermula saat Vi meminum kopi yang Ardini buatkan hingga akhirnya Vi merenggut kesucian Ardini, dan Ardini hamil anak Vi.
Vi bertanggung jawab dengan menikahi Ardini, namun saat kandungan Ardini besar, Ardini pergi karena sebab tertentu. Lima tahun lamanya, mereka berpisah, dan akhirnya mereka dipertemukan kembali.
“Di mana anakku!”
“Tuan, maaf jangan mengganggu pekerjaanku!”
Akankah Vi bisa bertemu dengan anaknya? Dan, apakah Sirta yang menyebabkan Ardini menghilang tanpa pamit selama itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hany Honey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 10
Sirta melihat gelagat aneh pada suaminya malam ini. Sepulang dari rumah orang tuanya Vi terlihat acuh pada dirinya, mungkin karena tadi di rumah orang Sirta membahas soal anak, dan Sirta tetap bersih keras tidak mau punya anak. Entah apa alasannya, orang tua Sirta sendiri tidak tahu soal itu, kenapa Sirta tidak mau memiliki anak.
Vi langsung mengganti pakaiannya setelah sampai rumah. Ia masih saja diam, setelah membersihkan badannya, mengganti baju, dia langsung duduk bersandar di tempat tidur. Sirta mengganti bajunya di depan Vi, Vi sangat acuh tidak peduli Sirta yang polos di depannya, biasanya Vi langsung tertarik dengan tubuh seksi istrinya itu, dan langsung diajak berduel di tempat tidur. Sampai Sirta sendiri bingung dengan sikap suaminya itu, yang acuh dengan godaannya.
Sirta akhirnya memakai baju dinasnya. Baju yang begitu tipis dan menerawang kesukaan Vi, namun masih sama Vi tidak terpengaruh oleh itu hingga Sirta mendengkus kesal lalu duduk di sebelah Vi dan bergelayut manja.
“Kamu kenapa diam saja dari tadi, Sayang?” tanya Sirta dengan bergelayut manja pada Vi.
“Kamu tanya kenapa? Pikir sendiri, Ta!” jawab Vi.
“Karena perdebatan tadi dengan mama dan papaku?”
“Kenapa sih, Ta? Semua itu sangat berharap kamu hamil, tapi kamu sekeras itu menolak? Kenapa?” tanya Vi.
“Kau tidak merasakan apa yang aku rasakan, Vi! Tolong jangan bahas ini, aku tidak bisa menuruti permintaan kamu itu, dan permintaan semua orang!” jawabnya.
“Kenapa? Apa sebabnya, dan alasannya? Kau tahu akibatnya kalau kamu menolak itu, kan?”
“Belum saatnya aku beritahu kamu, Vi. Kenapa aku begini, aku tahu kamu pasti akan mencari perempuan lain yang bisa memberikan kamu keturunan, seperti saran oma kamu, tapi aku tidak akan membiarkan semua itu terjadi, langkahi dulu mayatku kalau sampai kamu ingin menikah lagi!”
Vi hanya menggelengkan kepalanya. Sekeras itu Sirta? Perempuan yang sangat ia cintai, yang ia perjuangkan selama ini, yang selalu ia turuti apa pun keinginannya, akan tetapi dia selalu menolak keinginan Vi yang hanya ingin keturunan. Ingin mendengar tangis dan gelak tawa renyah anak kecil di rumahnya.
“Kau egois, Ta!”
“Egois? Kau tidak tahu menahu soal semuanya!”
“Lalu kenapa, Ta! Jangan sampai aku berubah pikiran karena kamu begini, Ta!”
Vi langsung keluar dari kamar meninggalkan Sirta. Sirta mengerang marah dengan melempar bantal ke arah pintu. Vi tidak peduli itu, dia memilih keluar dan tidur di kamar tamu, menenangkan pikirannya.
Padahal Vi juga sedang bingung, dia merasa bersalah pada Sirta karena sudah menikahi Ardini secara diam-diam dari Sirta. Tidak mungkin Vi akan mengatakannya, belum juga mengatakan semua itu Sirta sudah memberikan ultimatum padanya, jika Vi akan menikah lagi, langkahi dulu mayatnya.
Vi meremas kepalanya, dia semakin tidak tahu arah hidupnya akan seperti apa, memaksa Sirta untuk hamil tidak mungkin, satu-satunya cara dia harus menggali rahasia Sirta, kenapa Sirta tidak mau hamil. Untuk mengatakan bahwa dirinya sudah menikah lagi pun tidak mungkin, karena pasti Sirta akan melakukan hal yang tidak diinginkan. Sirta pasti melakukan apa saja untuk menghancurkan hidup Ardini. Vi tak mau itu terjadi, bagaimanapun Ardini sedang mengandung anaknya.
Vi merebahkan tubuhnya, ia pejamkan matanya, terlintas bayangan Ardini sesaat, hingga ia membuka matanya kembali. Kembali ia memejamkan matanya, dan terlihat jelas wajah Ardini. Vi membiarkannya biar saja bayangan Ardini menemaninya untuk memejamkan mata, hingga Vi tidak mendengar pintu kamar terbuka karena Sirta masuk ke dalam kamar tamu yang sedang dipakai untuk istirahat Vi.
Sirta mendekati Vi, ia melihat suaminya yang sudah memejamkan matanya, tapi Sirta yakin suaminya belum tertidur lelap. Sirta menyentuh dada Vi dengan sentuhan yang begitu intim dan membuat Vi gelisah dengan sentuhan Sirta yang begitu sensual dan membangkitkan gairahnya, akan tetapi yang ada di pikran Vi adalah Ardini, bukan Sirta. Tidak hanya menyentuh saja, Sirta pun mulai mengecup pipi Vi, dan merambat mengecup bibir Vi, hingga ciuman itu turun menciumi dada bidang Vi.
“Sirta!” Vi spontan mencengkeram tangan Sirta saat tangannya mulai menjalar ke bawah, hendak menyentuh benda pusaka yang sudah mulai menggeliat sempurna.
“Aku capek, Ta!” Vi menyingkirkan tangan Sirta, lalu dia menjauh dari Sirta.
Vi masuk ke kamar mandi, membuka semua pakaiannya, lalu mengguyur tubuhnya di bawah air shower padahal Vi sudah mandi, karena merasakan panas di sekujur tubuhnya, ia terpaksa melakukan itu. Bberharap rasa dingin air bisa meredakan hasratnya yang mulai tersulut karena perbuatan Sirta tadi.
Vi merasa sangat bingung dengan dirinya sendiri. Dia sangat kecewa pada Sirta, akan tetapi dengan bodohnya tubuhnya merespon sentuhan Sirta, dan gairahnya terbangkitkan oleh sentuhan intim dari perempuan yang sudal lama mejadi istrinya.
Vi mengangkat wajahnya dengan mata tertutup, membiarkan wajahnya terbasahi oleh air dari shower yang mengucur deras. Tangan Vi menyugar rambutnya, dan kembali terlihat bayangan Ardini yang hadir dalam gelapnya pejaman kedua mata Vi.
“Adin ...,” gumam Vi.
Bayangan Ardini semakin jelas, bahkan kejadian malam itu Vi merasakan lagi, padahal saat malam bersama Ardini itu, Vi sedang hilang kesadaran karena kopi laknat milik Alex.
Kedua mata Vi langsung terbuka lebar saat ia merasakan kembali tubuhnya bertempelan dengan tubuh polos seorang perempuan, siapa lagi kalau bukan Sirta.
“Kamu mau apa, Ta?”
“Mau kamu, Sayang. Aku tahu kamu pun ingin, tidak usah menghindar! Milikmu sudah menunjukkan kalau kamu sedang ingin bercinta, Sayang,” ucap Sirta dengan menempelkan dada montoknya di dada Vi.
“Aku sedang malas!”
“Jangan bohong, Sayang? Ayolah, aku benar-benar kangen kamu masuki, Sayang? Aku kangan dengan tubuhmu yang kekar dan gagah saat menguasai aku,” ucap Sirta manja.
Tidak mau lama-lama Sirta menyentuh bagian-bagian sensitif suaminya itu untuk membangkitkan hasrat Vi. Vi tersenyum sinis melihat Sirta yang mulai bergerak erotis di depannya, seraya memohon padanya supaya Vi menguasai tubuhnya dengan segera.
“Kamu tidak mau hamil tapi kamu selalu minta aku untuk memenuhi kebutuhanmu yang seperti ini, Ta!”
Dengan senang hati, Vi akhirnya memenuhi keinginan Sirta. Vi langsung menarik tengkuk Sirta, menyesap bibir Sirta dengan sangat kasar, hingga membuat Sirta sangat kesulitan mengimbangi bagaimana kuatnya sesapan yang dilakukan Vi.
Vi langsung mendorong tubuh Sirta dengan begitu kuat, sampai Sirta terpekik karena punggungnya terasa sakit terbentur dinding kamar mandi. Sirta memukul kuat tubuh Vi, saat ia hampir tidak bisa bernapas. Entah bagaiamana Sirta menjabarkan sentuhan yang diberikan oleh Vi malam ini. Desah napas dan juga jeritan kesakitan seolah ingin Sirta suarakan secara bersamaan.
“Akhh ... Sakit, Sayang!” Teriakan Sirta bercampur menjadi satu bersama dengan desah napasnya sendiri. Merasakan bagaimana kuatnya Vi menghujam inti tubuhnya secara bertubi-tubi. “Udah Sssaa—sayang! Sak—kit! Ahkh!” pekiknya.