NovelToon NovelToon
Sebatas Ibu Pengganti

Sebatas Ibu Pengganti

Status: tamat
Genre:Tamat / Nikahmuda / Ibu Pengganti / Nikah Kontrak / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:10M
Nilai: 4.8
Nama Author: embunpagi

Binar di wajah cantik Adhisty pudar ketika ia mendapati bahwa suaminya yang baru beberapa jam yang lalu sah menjadi suaminya ternyata memiliki istri lain selain dirinya.

Yang lebih menyakitkan lagi, pernikahan tersebut di lakukan hanya karena untuk menjadikannya sebagai ibu pengganti yang akan mengandung dan melahirkan anak untuk Zayn, suaminya, dan juga madunya Salwa, karena Salwa tidak bisa mengandung dan melahirkan anak untuk Zayn.

Dalam kurun waktu satu tahun, Adhisty harus bisa mmeberikan keturunan untuk Zayn. Dan saat itu ia harus merelakan anaknya dan pergi dari hidup Zayn sesuai dengan surat perjanjian yang sudah di tanda tangani oleh ayah Adhisty tanpa sepengetahuan Adhisty.

Adhisty merasa terjebak, ia bahkan rela memutuskan kekasihnya hanya demi menuruti keinginan orang tuanya untuk menikah dengan pria pilihan mereka. Karena menurutnya pria pilihan orang tuanya pasti yang terbaik.

Tapi, nyatanya? Ia hanya di jadikan alat sebagai ibu pengganti.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon embunpagi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17

"Bagiamna harimu? tumben jam segini udah di rumah? Abang dengar akhir-akhir ini kamu sering keluar?" Zayn membuka obrolan dengan Salwa ketika mereka sudah berada di kamar. Wanita itu masih diam sejak Zayn dan Adhisty pulang beberapa saat yang lalu.

"Aku bosan bang di rumah terus. Aku butuh udara luar biar gak stres. Abang kan kerja terus, hampir gak ada waktu buat aku. Tumben aja hari ini abang gak ke kantor. Lagian kan, aku juga gak keluyuran yang gak jelas, abang lupa kalau aku lagi mulai bisnis sama temen? Apa karena aku cacat begini jadi harus mengurung diri di rumah terus? tidak boleh aku pergi atau jalan sama teman? Gak boleh beraktivitas layaknya orang normal? keadaanku seperti ini saja sudah buat aku cukup stres, kalau aku terus di rumah bisa makin gila aku, bang. Mau ngurusin Adhisty, juga dianya kayak yang anti sama aku, makin stres lah aku!"

" Iya, abang tahu. Abang kan cuma tanya, Salwa. Abang malah senang kalau kamu udah tidak minder lagi buat beraktifitas di luar. O ya, katanya mau buka cafe ya bareng teman? Bagaimana perkembangannya?" rasa bersalahnya atas apa yang menimpa Salwa saat ini membuatnya membebaskan wanita itu. Selama itu bukan sebuah pengkhianatan seperti yang pernah Salwa lakukan. Ia justru senang jika Salwa mau keluar rumah. Karena dulu setelah kecelakaan itu terjadi, wanita itu selalu mengurung diri di kamar karena ia merasa malu.

"Baru tujuh puluh lima persen. Aku cuma sesekali ngecek ke sana," jelas Salwa.

Zayn mengangguk paham," kalau butuh dana lagi, bilang saja sama abang," ucapnya dan Salwa mengangguk. Baginya, bisnis kecil-kecilan seperti yang Salwa jalani tak perlu ia urusi. Asal Salwa senang ia membebaskannya.

Setidaknya topik ini bisa mengalihkan tujuannya untuk menginterogasi Zayn soal ia yang mengajak Adhisty pergi.

" O ya, bang. Tadi aku juga ketemu papa. Katanya perusahaannya sedang ada sedikit masalah keuangan, mungkin bang bisa bantu?" ucap Salwa.

"Hem, nanti abang akan hubungi papa. Abang mandi dulu!" Zayn mengusap pipi Salwa sebelum ia melangkah ke kamar mandi.

.............

Hari telah berlalu, kini Adhisty sudah bisa memakan masakan Salwa. Yang mana membuat Salwa senang.

"Ini, kamu makan ya? Ini sangat bagus buat perkembangan janin! sama ini juga!" Salwa dengan antusias mengambilkan berbagai makanan yang ia masak untuk Adhisty.

"Cukup, mbak! Ini kebanyakan, aku nggak bisa makan semuanya," ucap Adhisty berusaha selembut mungkin karena tak ingin membuat keributan.

"Kamu tuh harus makan yang banyak Dan banyak gizinya. Biar anakku tumbuh dengan baik, dan gizinya terpenuhi," ucap Salwa.

"kata dokter kemarin bagus kok perkembangan janinnya, beratnya juga sesuai, mbak," Adhisty mencoba menjelaskan.

"Jangan Ngeyel, aku udah banyak baca buku soal kehamilan. Aku tahu yang terbaik buat kamu dan anak dalam perut kamu. Aku calon ibunya, nggak salah kan kalau aku perhatian sama dia? kamu memng yang hamil, tapi kamu belum ada pengalaman apa-apa, nurut aja sama aku, ya?"

Adhsity hanya bisa mengangguk pasrah. Ari-harinya kini tak lagi bebas, semuanya diatur pleh Salwa. Apapun itu asal berhubungan dengan kehamilan. Bahkan Adhsity tak berhak berpendapat sama sekali. Seolah Salwa lah yang sedang hamil. Hal itu justru membuat Adhisty merasa terkekang dan tidak bebas, hidupnya kini tak ubahnya di penjara.

Adhisty yang kesal karena Salwa seenaknya mengganti merk susu hamilnya tanpa konfirmasi terlebih dahulu dengannya hanya bisa menahan kekesalannya tersebut.

"Aku tuh udah cocok sama merk itu, kenapa mesti ganti, mbak?"

"yang ini jauh lebih baik dari merk yang sebelumnya Dhisty. INi lebih mahal," ucap Salwa.

"lebih mahal bukan berarti aku suka. Aku sukanya yang kemarin, mbak,"

"Coba saja dulu, kamu pasti suka yang ini!" kekeuh Salwa.

Adhsity mendengus, "Iya, nanti aku coba minum yang itu," ucapnya mengalah. Padahal ia tak suka susu, tapi demi buah hatinya, ia paksa untuk suka dan sudah cocok dengan yang biasa ia minum.

.........

Adhisty membawa kekesalannya ke dalam kamar. Tak lama kemudian Zayn datang membawa segelas susu di tangannya.

"Turuti saja apa yang Salwa katakan, pasti dia tahu yang terbaik buat anak kita," ucap Zayn. Ia memberikan susu di tangannya.

Adhisty menatapnya, ia tak langsung menerima susu tersebut. Zayn menganggukkan kepalanya untuk meyakinkan Adhisty menerima gelas berisi susu tersebut.

Adhisty menerimanya dan dengan ragu meminumnya. Ia langsung menatap Zayn tak percaya, itu susu yang biasa dia minum.

"Ini...?"

"minum saja, jangan banyak bicara. Habiskan!" ucap Zayn.

Pria itu menunggu Adhisty menghabiskan susunya. Ia ingin memastikan jika istrinya tersebut benar-benar menuntaskan susu tersebut. Berulah ia pergi dari sana tanpa kata.

"Aneh! tadi katanya aku suruh nurut sama mbak Salwa, eh dia sendiri yang memberikan susu ini," gumam Adhisty. Namun, detik kemudian ia tersenyum, setidaknya Zayn sedikit mengerti dirinya untuk hal ini.

"Terima kasih!" serunya saat Zayn baru sampai depan pintu.

"Saya melakukan ini buat anak kita, bukan buat kamu! Jangan GR!" balas Zayn.

"Aku tahu, apapun itu tetap terima kasih," ucap Adhisty sekali lagi.

Zayn tak menyahut, namun di balik pintu, ia tersenyum tipis. Ia sengaja menukar isi susu yang tadi di beli oleh Salwa dengan stok susu yang biasa Adhisty minum. Ia yakin Salwa tak begitu memperhatikannya karena Adhisty hanya akan minum susu buatannya bukan Salwa.

..........

Ada saja bawaan hamil yang Adhisty alami, salah satunya saat ini, ia malah tertidur di kelas saat dosen sedang menerangkan di depan sana.

"Itu yang duduk di sebelah, Adhsity. Tolong bangunkan dia! kalau cuma mau numpang tidur ngapain ke kampus, ke hotel sana!" ucap dosen.

Teman di sebelah Adhisty mengguncang tubuh Adhisty untuk membangunkannya.

"Ayah!" seru Adhisty ketika terbangun.

"Ayah kau di rumah sana! ini kampus! isinya mahasiswa dan dosen!" sindir sang dosen.

Adhisty minta maaf karena malah ketiduran. Tiba-tiba ia ingat ayahnya, sudah lama ia tak menemui pria itu. Ia sampai memimpikan ayahnya tersebut.

Untung saja, saat dosen memberikan pertanyaan seputar materi yang baru saja di terangkan, Adhisty bisa menjawab dengan lancar sehingga tak jadilah keluar tanduk dosen tersebut.

Sepulang kuliah. Adhisty langsung mencari taksi ke untuk ke rumah ayahnya. Ia sudah sangat merindukan cinta pertamanya tersebut.

Ternyata perasaan tak enak Adhisty terbukti ayahnya sedang sakit.

"Ayah kenapa tidak bilang sma Dhisty kalau ayah sakit," ucap Adhisty yang merasa bersalah karena tak tahu ayahnya sakit.

"Ayah hanya tidak ingin kamu khawatir, Dhisty," sahut ayah. Pak Anwar masih merasa bersalah kepada putrinya tersebut sehingga ia memilih tak memberitahu Adhisty.

"Yang penting sekarang Dhisty di sini, yah. Kita ke dokter, ya?" kata Dhisty.

Pak Anwar menggelengkan kepalanya, "Ayah udah enakan, tidak perlu ke dokter. Melihat kamu di sini saja sudah menjadi obat buat ayah," ucapnya.

"Bagaimana kabarmu, nak?"

"Adhsity baik, yah. O ya, Dhisty ada kabar gembira buat ayah, Dhisty sudah hamil yah, dua bulan jalan tiga bulan!" ujar Adhisty dengan wajah berbinar.

"O ya? Selamat ya, nak. Ayah senang sebentar lagi mau jadi kakek," kata pak Anwar.

Melihat binar bahagia di wajah lemah sang ayah, membuat dada Adhisty sesak. Ayahnya tidak akan bisa menimang cucunya kelak.

"Ayah, sabar ya? Nanti kalau Adhisty sudah melahirkan, kita pindah saja ya dari sini ke tempat baru. Kita mulai hidup di sana berdua," ucapan Adhisty menyadarkan sang ayah kalau anaknya hanya di jadikan ibu pengganti.

"Maafkan ayah, Dhisty," ucap pak Anwar dengan mata berkaca-kaca, "Semua salaj ayah," imbuhnya.

"Tidak ayah, Adhisty sudah memaafkan semuanya. Ayah tak perlu lagi merasa bersalah. Semuanya sudah terjadi dan Adhisty hanya bisa menjalaninya. Dhisty ke apotek sebentar ya, buat belikan ayah obat," pamit Adhisty.

"Tidak usah, nak!" tolak pak anwar.

Namun, Adhisty tetap pergi. Di jalan, ia menghubungi suaminya untuk meminta ijin akan menginap di rumah ayahnya hingga ayahnya sembuh. Ia tak tega meninggalkan sang ayah syang sedang sakit sendirian.

.......

Sudah dua hari Zayn tak melihat Adhisty. Wanita itu masih berada di rumah ayahnya. Enth kenapa rasanya ada yang aneh Zayn rasakan. Seperti ada sesuatu yang hilang yang tak ia mengerti.

Mungkinkah Zayn mulai merindukan Adhisty? Atau merasa kesepian karena tak ada tempat untuk melampiaskan kemarahannya? Entahlah, hanya author yang tahu, karena Zayn sendiri bingung dengan perasaannya yang mendadak agak hampa tersebut. Yang jelas, ia mulai terbiasa akan keberadaan wanita bernama Adhisty tersebut dalam hidupnya.

Jika di rumah mewah itu Zayn sedang galau, berbeda dengan Adhisty yang merasa lebih tenang dan damai meski tinggal di rumah sederhana milik sang ayah.

Dengan telaten Adhisty mengurus sang ayah yang sedang sakit.

"Sudah, nak! Kamu pasti capekz dari tadi mijit ayah terus," ucap pak Anwar.

"Nggak apa-apa yah, sesekali ini. Dulu waktu Dhisty kecil, suka sekali minta pijit ayah karena capek bermain, sekarang gantian Adhisty yang mijit ayah," sahut Adhisty.

Ayah tersenyum lalu mengusap rambut sang putri, "Beberapa hari yang lalu Nak Arka datang ke sini,," ucapnya.

Adhisty menghentikan sejenak memijik kaki sang ayah saat mendengr ucapan ayahnya lalu kembali melanjutkan tanpa menyahut ucapan ayahnya tersebut.

"Dia ngucapin bela sungkawa atas meninggalnya bunda, katanya baru tahu kalau bunda meninggal," lanjut bapak.

Adhisty hanya tersenyum tipis mendengarnya.

"Ayah boleh tanya?"

"Apa, pak?" tanya Adhisty lembut.

"Apa kalian masih menjalin hubungan? Dia nggak bilang apa-apa sih soal kalian. Apa dia tahu kalau kamu sudah menikah?" tanya ayah dengan hati-hati.

Adhisty menggeleng, "Sejak ayah menjodohkan Dhisty dengan Tuan Zayn, Adhisty langsung memutuskan hububgn dengan mas Arka, yah," jelas Adhisty.

"Tapi, yang ayah lihat, dia seperti masih menganggap kalian ada hubungan,"

Adhsity tersenyum, "Biarkan saja, yah. Itu urusan dia," ucapnya berusaha tegar.

"Maafkan ayah, ya? Bukanya ayah tidak menyukai nak Arka. Dia pria yang sangat baik. Tapi, selama kamu masih menjadi istri Nak Zayn, sebisa mungkin kamu jangan berhubungan sama Arka. Bagaimanapun, kamu masih menjadi istri Zayn. Kalau nanti kamu dan Zayn tak ada jodoh lagi, ayah tidak akan melarang kamu mau menjalin hubungan dengan siapapun," nasihat ayah.

Adhisty mengangguk," Dhisty tahu yah. Ayah tenang saja, Dhisty dan mas Arka benar-benar sudah tidak ada hubungan apapun lagi," setelah mengatakannya, terdengar suara orang mengucap salam.

Adhisty seperti mengenal suara itu, tapi ia tak yakin, "Sebentar yah, Dhisty lihat duku siapa yang datang," ucapnya lalu beranjak dari kamar sang ayah.

"Kamu?" Adhisty kaget, karena benar dugaannya. Zayn yang datang.

"Suami datang, bukannya balas salam. Malah kaget!" ucap Zayn.

"Waalaikumsalam... Kamu ngapain ke sini?" tanya Adhisty.

"Kebetulan saya lewat daerah sekitar sini, dan ingat kalau ayah sakit, jadi saya mampir," jawab Zayn. Tak mungkin ia bilang kalau rindu makanya datang. Gengsi bos!

"Nggak di suruh masuk?" tanya Zayn. Belum juga Adhisty mempersilakan suaminya masuk, pak Anwar keluar.

"Siapa, nak? Kenapa tidak di suruh masuk?" tanya pak Anwar.

"Nak, Zayn rupanya. Suami datang bukannya di suruh masuk, nak?" lanjut pak Anwar.

Zayn melewati Adhisty begitu saja, "Ayah," sapa zayn, ia menyalami dan mencium punggung tangan pria paruh baya tersebut.

"Bagaimana kondisi ayah? Sudah baikan? Maaf, Zayn baru bisa datang menjenguk," ucap Zayn sopan.

Adhisty melongo mendengar ucapan suaminya tersebut. Tadi katanya kebetulan lewat, tapi beda lagi bilang sama ayahnya. Mana pria itu membawa buah segala, mana ada kebetulan terniat seperti itu.

"Alhamdulilah, ayah sudah sehat, nak Zayn. Tidak apa-apa, ayah tahu kamu sangat sibuk. Duduk, nak!" kata Ayah.

Zayn duduk, "Apa perlu kita ke dokter, yah? Zayn antar sekarang?" ucapnya tulus.

Pak Anwar tersenyum, "Tidak perlu, ayah cuma masuk angin biasa, kok. Biasa sudah tua ya begini, gak bisa kena angin sedikit saja, langsung meriang," seloroh pak Anwar.

Zayn tersenyum. Dan senyum itu begitu tulus, membuat Adhisty sedikit terpesona. Apalagi sikap pria menyebalkan itu yang sangat lembut dan sopan terhadap ayahnya. Siapapun tidak akan menyangka jika ia hanyalah menantu kontrak.

" Dhisty, kenapa malah bengong di situ? Buatkan suamimu minum, nak!" pak Anwar menatap Adhisty yang langsung gelagapan.

"I-iya, yah!" ucap Adhisty mendadak gagu. Lalu bergegas ke dapur.

Yang membuat Adhisty semakin takjub, saat ia membuat minum, Zayn membantu memapah ak Anwar yang ingin ke kamar mandi buang air kecil.

"Padahal ayah bisa sendiri, nak,"

"Tidak apa-apa, yah. Biar Zayn bantu," sahut Zayn yang melirik Adhisty saat mereka melewati wanita yang sedang membuat minum tersebut.

Seketika hati Adhisty menghangat, pasalnya ini pertama kali ia melihat seorang pria yang memperlakukan ayahnya dengan sangat lembut dan sopan.

Adhisty merutuki dirinya sendiri karena hatinya mulai serakah, terbesit keinginan untuk memiliki pria itu sebagai suami sesungguhnya.

...----------------...

1
SariRenmaur SariRenmaur
semoga semua kebusukan Salwa terbongkar dan Adisty sudah pergi yang jauh
Anonymous
keren
Moms Raka
pngn ngerujak ni orang
Eva Marlina siboro
mewek thor😥😥😥😥
Moms Raka
bawang bawang
Alang Lisanna
Luar biasa
Ruby Vee
dah mulai ngelawan salwa dia, bagus zein
Ruby Vee
salwa terjebak dalam perangkapnya sendiri.
Ruby Vee
buat dia mengetahui kalo istri pertamanya kembali selingkuh
Ruby Vee
kok makin kesini zein makin gimana thor buat dia nyelidikin salwa yg pura pura
Ruby Vee
ach bumil rindu tah
Ruby Vee
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Anita Nita
kaya sinetron ikan terbang
Anita Nita
kenapa ya semua orang di novel ini bodoh...
Anita Nita
dok bantu disty sembunyikan satu anaknya
Anita Nita
terlalu berbelit2 ceritanya....bosan
Ruby Vee
yu hui bang zein mulai cemburu ini
Anita Nita
sdh sejauh ini zayn blm tau juga kalo salwa tukang selingkuh
Anita Nita
CEO goblok...bagai kerbau dicuccuk hidungnya klo udah ketemu salwa...padahal jelas2 salwa pernah selingkuhin dia najiis
echa purin: /Smile/
total 1 replies
Anita Nita
gak suka karakter zayn gak punya asisten yang bs menyelidiki kelakuan istrinya salwa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!