Pernikahan yang sejatinya diinginkan seumur hidup sekali akhirnya kandas juga oleh sebuah pengkhianatan.
Di hari ia ingin memberikan sebuah kejutan anniversary yang ke 2 dan memberikan kabar tentang kehamilannya, Sita melihat sang suami Dani tengah mengerang nikmat di atas seorang perempuan yang tidak lain adalah sekretarisnya.
Hancur hatinya, namun ia memilih tegar. Meminta perceraian walau tidak mudah.
Hidup sebagai single mom membuat Arsita Ayuningrum tidak lagi percaya cinta dan fokus ke putra semata wayang nya Kai.
6 tahun berlalu, dan di saat tak terduga ia bertemu kembali dengan Dani Atmaja, sang mantan suami. Dani meminta Sita kembali, akankah Sita mau menerima mantan suami yang telah menghianatinya kembali? Akankah Kai Bhumi Abinawa mau menerima daddy nya?
Disaat bersamaan ada seorang pria single yang begitu tulus tengah berusaha mengambil hati Sita dan Kai. Pria itu bernama Raden Rama Hadyan Joyodiningrat.
Akankah Sita kembali kepada Dani, atau malah menerima Rama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15. Mungkin Ini Saatnya
Adzan subuh berkumandang saling bersahutan. Kokokan ayam pejantan membangunkan jiwa jiwa yang masih berbalut mimpi. Beberapa pria tampak berjalan ke arah masjid untuk menjalankan sunah sholat subuh berjamaah. Sita terbangun, ia duduk sebentar menetralkan tubuhnya. Ia kemudian berjalan ke arah kamar mandi mengambil air wudhu.
Tok tok tok, pintu kamar Sita diketuk, entah oleh Bi Surti atau Kai.
"Ya… Sebentar." Dengan wajah yang basah sita melangkah menuju pintu untuk membukanya.
"Assalamualaikum, morning Mom." Ternyata Kai, bocah itu sudah rapi dengan celana panjang dan baju koko beserta pecinya. Tak lupa sajadah yang ia tenteng di tangan kanannya.
"Mom, Kai mau ke masjid untuk sholat subuh." Sambung Kai.
"Waalaikumsalam baby, mau mom antar."
"Tidak usah mom, masjidnya dekat dan banyak om-om serta bapak-bapak yang sholat di masjid juga kok. Jadi ramai."
"Baiklah, anak mommy memang sudah dewasa."
"Oke mom, Kai pergi dulu. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam." Setelah mencium punggung tangan Sita, Kai berlalu. Tiba-tiba kristal bening itu muncul di kedua matanya. Sita sangat terharu dengan sikap Kai. Ia bersyukur Kai tumbuh menjadi anak yang pintar, sholih, dan juga mandiri di usianya yang baru 6 tahun
Sita kembali masuk ke kamarnya, membentangkan sajadah untuk melaksanakan kewajibannya.
Setelah melakukan sholat subuh, Sita menuju ke dapur. Kali ini ia ingin membuat sarapan untuk putranya.
Kai sudah kembali dari masjid dan sudah berada di kamarnya. Ia membuka komputernya untuk memastikan sesuatu.
"Oh… ternyata di hotel Pandawa Resort, perfect. Sepertinya akan semakin menarik dan menyenangkan. Malam ini nikmatilah Daddy. Maaf bukannya aku kejam, hanya saja ini akan lebih baik untukmu tahu sekarang daripada nanti." Kai tersenyum smirk.
Rencananya sudah sangat sempurna. Tangan lincahnya mulai menari-nari lagi, dalam waktu tidak kurang dari 10 menit ia sudah bisa meretas keamanan Pandawa Resort tanpa diketahui. Karena tujuannya adalah hall dimana acara ulang tahun pernikahan Dani dan Mauren jadi apa yang dilakukan Kai tidak terlalu menarik perhatian pihak Pandawa Resort.
"Kai, baby… Apakah kamu sudah siap-siap. Ayok sarapan dulu." Teriak Sita memanggil putranya.
" Yess Mom, wait. Just a moment." Kai mematikan laptopnya dan mengambil tas nya. Beruntung tadi dia sudah berganti pakaiannya dengan seragam sekolah.
"Nenek dimana Mom?"
"Oh nenek tadi pergi ke pasar. Katanya ada yang mau dibeli. Mommy minta bareng aja dengan kita tapi nenek tidak mau."
"Ooh oke…"
Mereka berdua sarapan dengan tenang. Lalu bersiap berangkat.
Di dalam mobil tiba-tiba Sita merasakan sesuatu yang tidak enak. Hatinya tiba-tiba gelisah, seakan ada sesuatu yang akan terjadi.
"Mom, are you ok. Sepertinya mom lagi mikirin sesuatu."
"I'm ok baby. Tapi memang mommy ngerasa gelisah. Kayak akan terjadi sesuatu."
Deg… tiba tiba jantung Kai berdetak kencang. No… jangan sampai mommy tau apa yang aku lakuin ke daddy, batin Kai.
Sita menurunkan Kai di pintu gerbang sekolah. Lalu dia berangkat ke kantor. Entah kenapa kegelisahannya bertambah saat akan memasuki gedung kantor tersebut.
"Bu Sita…." Ucap seorang anak buahnya.
"Eh kamu ada, apa."
"Itu bu, ibu diminta ke ruang presdir."
"Oh oke… aku langsung ke sana saja." Sita berjalan menuju lift dan langsung menekan angka lantai paling atas.
Ada apa ya, kok aku gugup banget sih. Biasanya nggak seperti ini, batin Sita.
Ting….pintu lift terbuka. Sita langsung menuju ruangan presdir.
Tok…. tok…. tok….
"Masuk.."Suara dari dalam mempersilahkan masuk.
"Maaf pak. Bapak ingin bertemu saya."
"Eh iya. Duduk dulu Ta. Begini. Kamu masih ingat kantor JD Advertising kan?"
"Iya pak, ada apa ya." Perasaan Sita semakin tidak enak. Tiba-tiba jantungnya berdebar cepat.
"Hah…. Sebenarnya ini berat buat saya kehilangan orang seperti kamu, tapi JD Advertising sedang membutuhkan kepala staf legal."
"Lho bukannya ada bu Lina ya pak."
"Bu Lina resign karena mengikuti suaminya yang dipindah tugaskan ke pulau Sumatra. Dan kamu diminta untuk kembali karena mengingat kamu pernah bekerja di sana."
"Kan masih ada Leo dan Tika pak."
Sita masih berusaha mencari celah untuk menolak pemindahan tugas ini.
"Leo dan Tika masing-masing sudah dipindahkan ke kantor cabang setahun setelah kamu pindah kesini. Bagaimana Sita."
"Hmmm baik pak. Saya bersedia, kapan waktunya ya pak?"
"Minggu depan. Dalam minggu ini kamu selesaikan pekerjaan yang ada di sini. Serahkan semua kepada asisten kamu."
"Baik pak, kalau tidak ada yang perlu dibicarakan lagi saya undur diri."
Sita pun keluar dari ruangan presdir itu. Pikirannya kemana-mana, hatinya berkecamuk.
Apakah perasaan tidak enak yang sedari tadi aku rasakan karena hal ini, mungkinkah ini waktunya berdamai dengan masa lalu. Apakah ini waktunya aku untuk berani menghadapi mereka, dan apakah ini memang sudah waktunya menunjukan diriku. Menunjukkan bahwa aku juga bisa bahagia tanpanya, dan menunjukkan bahwa diriku mampu berdiri pada kakiku sendiri, monolog Sita dalam hati.
Wanita berusia 29 tahun itu menjadi mantab untuk kembali. Mungkin memang inilah waktunya. Dia juga tidak akan bisa menghindar untuk waktu yang lama. Dengan cara ini dia harus mempersiapkan diri baik dari segi mental dan fisik.
Sita berjalan menuju ruangannya, rambut ikalnya bergoyang ke kanan ke kiri menambah keanggunannya. Mata hazel yang ia miliki selalu jadi daya tarik yang memikat orang lain. Sita janda anak satu itu sungguh memiliki banyak pesona yang tidak bisa diabaikan. Dari kejauhan Rama memandang tanpa berkedip. Ia mengagumi ciptaan sempurna Tuhan yang ada dihadapan matanya.
"Bos… nggak disamperin tuh bidadari." Roni menggoda sang bos.
"Heh… awas kau jangan lihat lama-lama. Biarkan dulu, aku tidak mau menambah beban pikirannya. Kau tahu ini keputusan berat dan sulit." Jawab Rama.
"Elaah bos posesif amat. Eh kenapa gitu bos."
"Ya di kota J kan tempat mantan suaminya berada. Dan pasti punya kenangan buruk tentang mantan suaminya. Jadi dia perlu menyiapkan mentalnya untuk berhadapan lagi dengan mantan suaminya itu." Sebenarnya Rama juga tidak tahu pasti mengapa Sita berpisah dengan Dani mantan suaminya itu.
"Oh gitu… paham bos. Terus kapan bos mau samperin."
"Nanti saja kalau sudah sampai di kota J. Sekarang kita balik ke kota J."
"Haaah… apa… bos kesini cuma mau lihat reaksi bu Sita doang."
"Iya… memangnya kenapa."
Dasar bos gendeng belum apa apa udah bucin akut. Hadeeeh. Kalau beneran jadi nikah sama Bu Sita pasti aku nih yang jadi tumbal. Bos sompret, maki Roni dalam hati.
"Nggak usah memaki dalam hati Ron, ku potong nanti bonus mu." Ucap Rama.
"Astaga… bos punya indra keenam kali ya masa bisa tahu aku ngebatin apa." Batin Roni lagi.
"Nggak usah kebanyakan ngebatin nanti jadi penyakit liver. Yok jalan." Ujar Rama lagi.
Roni langsung membungkam mulutnya, ia bergidik ngeri mendengar penuturan bosnya, jangan-jangan bos bisa denger suara hati istri eh… suara hati orang, begitulah isi pikiran Roni.
TBC.
Happy reading readers, maaf ya kalau masih banyak typonya. Padahal sudah berulang kali di cek.
Terus dukung otor ya.
Terima Kasih. Matursuwun.