Skuel ke dua Sang Pewaris dan sekuel ketiga Terra The Best Mother.
menceritakan keseruan seluruh keturunan Dougher Young, Pratama, Triatmodjo, Diablo bersaudara dan anak-anak lainnya.
kisah bagaimana keluarga kaya raya dan pebisnis nomor satu mendidik anak-anak mereka penuh kesederhanaan.
bagaimana kisah mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PERISTIWA
Virgou mendatangi sekolah di mana Samudera, Benua dan Bomesh sekolah. Pria dengan sejuta pesona itu memang membuat semua orang terpana melihatnya.
Beberapa guru wanita tampak tersipu ketika Virgou melempar senyumnya. Semua sesak nafas dibuat oleh pria yang memegang bisnis nyaris di seluruh negara.
“Halo ... saya mau membayar full uang sekola milik Raja Lubis!” ujarnya pada staf tata usaha.
“Raja Lubis?” tanya staf itu tak percaya.
“Buat apa, mister lunasin uang sekolah anak bodoh itu?” tiba-tiba salah satu guru menyela.
Virgou menatap tajam guru itu. Tak sepantasnya seorang pendidik mengatai muridnya seperti itu.
Pria berprofesi pengajar itu menelan saliva kasar. Ia sepertinya membuat masalah dengan orang yang tak ia kenal.
“Mister memang siapanya Raja, sampai mau bayar full uang sekolahnya?” tanya staf penata usaha.
“Apa itu jadi urusan anda?” tanya Virgou balik.
Staf berjenis kelamin perempuan itu menunduk dan mencatat semuanya. Raja menunggak uang spp selama tiga bulan. Ia nyaris tak ikut ujian jika pendata dari pusat kementerian tak datang menyidak sekolah-sekolah yang menghalangi murid mengikuti ujian karena tak bayar spp.
“Raja nunggak uang spp tiga bulan total 1,200.000,- pak!” ujar staf.
Virgou melunasinya, lalu ia juga membayar uang sekolah kelas tiga untuk Samudera dan Raja selama satu tahun dan untuk Benua juga Domesh setahun. Staf tata usaha memberikan empat nota pembayaran pelunasan.
“Terima kasih!” ujar Virgou lalu menaruh empat kertas itu dalam dompetnya. Pria itu memakai kacamata hitam Bvlgari yang seharga 31 ribu dolar itu.
“Ck ... kacamata ini nggak enak banget!” keluhnya.
“Jual di grup ah!” lanjutnya lalu memfoto kacamata itu dan melelangnya dengan harga lima juta rupiah.
Virgou mengantungi benda pipih di saku celananya. Pria itu hanya sendirian, ia tak peduli jika nanti Gomesh akan ngambek padanya.
Ia mengendarai sedan audy terbarunya. Virgou memang mengkoleksi banyak sekali kendaraan-kendaraan mewah.
Berbeda dengan adik sepupunya Terra yang hanya punya empat mobil, kecuali suaminya, Haidar. Koleksi pemilik perusahaan Bermegah Pratama itu memiliki sepuluh kendaraan mewah yang terparkir di garasi mansion ayahnya.
Herman beda lagi, pria itu hanya memiliki empat mobil mewah yang dipakai oleh semua anaknya. Herman lebih memilih membeli banyak tanah dan investasi emas. Sedang Gabe juga Dav hampir sama dengan Virgou yang banyak mengkoleksi mobil.
Hunian David juga sama besar hunian Terra, banyaknya anak yang lahir membuat mereka memperluas hunian dan memperbanyak kamar.
Samudera benar-benar menyewa bajaj milik Raja. Bahkan remaja itu yang akan mengendarainya. Dua pengawal akan ikut serta dengan memangku tiga anak bayi.
“Atuh beultama!” teriak Arsh.
“Baby Arsh sama Baby Della dan Baby Firman ya,” ujar Sam.
“Oteh!” angguk bayi itu.
“Lama ini, mestinya ada empat atau lima bajaj yang disewa!” keluh Dewi.
“Ya kan bajaj udah nggak ada lagi, ada juga nggak sama kek punya Raja Bu’lek,” sahut Samudera.
Untuk mempersingkat waktu sebagian menaiki mobil golf. Walau ada protes dari Harun, namun Samudera bisa menenangkan Harun dan lainnya.
“Besok kakak sewa lagi khusus kakak yang setir!” janjinya berbisik.
Enam bocah itu tentu semangat, Sky, Bomesh dan Arfhan adalah bocah terakhir yang diajak berputar. Selama nyaris tiga jam, Raja berkeliling berama anak-anak. Remaja itu akhirnya kelelahan.
“Aku yang bawa!” Samudera hendak menggantikan temannya.
Budiman menyela putranya, Samudera hanya bisa nyengir. Pria beranak banyak itu menarik tali dan terdengarlah bunyi deru mesin.
“Sky nggak perlu pengawal yang mangku kali ya?’ ujar Sky langsung naik. Di susul Bomesh dan Arfhan. Sayang, keinginan Sky patah karena Fio naik memangku Arfhan yang bertubuh kecil.
Kendaraan roda tiga itu pun melesat, semua anak yang sudah naik bajaj masuk dalam rumah dan minum sup buah. Raja juga diberi minuman itu.
“Puji Tuhan ... enaknya!” ujarnya lega.
Remaja itu memilih duduk di lantai marmer yang dingin. Cuaca siang itu memang sangat terik, anak-anak ikut menggelosor dan membuka baju hingga kelihatan perut bulatnya.
“Eh ... kalian mau saingan sama Bang Raja?” tanyanya lalu menyembur perut para perusuh itu.
Gelak tawa tercipta. Semua perusuh langsung dekat dengan Raja karena memang dia penyayang. Ibu dan adiknya juga ada di sana.
“Terima kasih telah menerima Raja jadi teman putra kalian,” ujar wanita itu haru menatap semua ibu yang ada di sana.
“Tak ada yang membedakan Rina. Kita semua sama di mata Tuhan!” ujar Bart.
Cleo tampak asik berada dalam gendongan Dian, bayi itu tertawa bahagia. Rina menatap putrinya yang kurus itu. Ia sedih karena tak bisa memberikan sesuatu berharga.
“Berbahagialah, dua anakmu tak banyak menuntut Rina,” peringat Kanya.
Rina mengangguk, Raja membelikan baju untuknya dan juga Cleo untuk bertandang ke hunian besar ini. Ia tak menyangka jika semua keturunan orang kaya-raya berpakaian sederhana.
“Ah ... ternyata seru juga naik bajaj!’ ujar Bomesh dengan peluh di sekujur tubuhnya.
“Mama haus ma,” ujar Sky.
Maria memberikan tiga anak sup buah yang langsung tandas dan masuk ke perutnya. Setelah makan siang. Raja pamit bersama ibu dan adiknya.
“Mamak naik mobil sama bang Bowo dan bang Andi. Aku sama Bang Heru naik bajaj ya!” pinta Raja.
“Tidak nak, kalian bertiga naik mobil. Biar bajaj dibawa oleh Heru!” perintah Bart.
Raja hendak membantah, tetapi sang ibu menahan dan menggeleng. Ia melarang putranya melawan perkataan orang tua. Raja pun menurut.
Semua naik mobil kecuali Heru yang menaiki bajaj, dua kendaraan itu pun melaju meninggalkan halaman rumah Terra.
“Aku bangga liat Raja!” celetuk Gabe yang diangguki Dav.
“Aku lebih bangga melihat semua keturunanku. Mereka jadi orang-orang baik. Kemarin Titis dan orang tuanya, sekarang Raja!” sahut Bart.
Kali ini semua mengangguk setuju. Semua anak diminta tidur siang, para orang tua pun mengikuti anak-anak untuk beristirahat sejenak. Virgou sampai ketika suasana sepi, Maria menyambutnya.
“Istarahat lah Maria!” suruh Virgou.
“Baik Tuan,” ujar Maria.
“Mana suamimu?”
“Dari tadi tidak kelihatan batang hidungnya Tuan. Aku kira bersamamu?” jawab Maria.
“Ya sudah ... kau istirahat sana!” perintah Virgou.
Maria membungkuk hormat, lalu Virgou mengambil benda pipih dari ponselnya. Ia mencari nama dan melakukan panggilan. Satu kali panggilan tak diangkat.
“Cari mati dia!” umpatnya pelan.
Virgou melakukan pqanggilan lagi pada pria raksasa itu. Tapi, lagi-lagi Gomesh mengabaikan panggilannya. Pria sejuta pesona itu mengumpat habis-habisan.
“Panggilan terakhir ... jika kau tetap tak mengangkatnya. Seumur hidup kau tak akan aku telepon lagi!” gumamnya berdesis.
“Tuan, anda masih butuh saya kan?” sebuah suara yang membuat Virgou langsung mematikan panggilannya.
Sedang di tempat lain kini Gomehs berekringat dingin. Ia benar-benar cari perkara pada pria yang telah merawatnya selama ini.
“Bodoh ... kenapa kau berkata seperti itu!” umpatnya pada diri sendiri.
Sore menjelang, Gomesh membawa Lidya bersamanya. Virgou mengomel panjang pendek, ia tentu tak bisa marah jika ada wanita kesayangannya di sana.
“Daddy ... jangan gitu ah,” ujar Lidya lembut.
“Kau pintar sekali Gom!” desis pria itu.
Namun sebuah pelukan mebuat hatinya yang kesal langsung melunak dan hangat. Lidya mencium salah satu pria kesayangannya itu.
“Ba bowu daddy,”
“Ba bowu pu,”
Bersambung.
Marahnya Virgou ilang karena Lidya. Pinter kamu Gom!
Next?