NovelToon NovelToon
Ketika Talak Telah Terucap

Ketika Talak Telah Terucap

Status: tamat
Genre:Cinta Seiring Waktu / Tamat
Popularitas:2.3M
Nilai: 4.7
Nama Author: Leny Fairuz

Pernikahan yang terjadi antara Ajeng dan Bisma karena perjodohan. Seperti mendapat durian runtuh, itulah kebahagiaan yang dirasakan Ajeng seumur hidup. Suami yang tampan, tajir dan memiliki jabatan di instansi pemerintahan membuatnya tidak menginginkan hal lain lagi.
Ternyata pernikahan yang terjadi tak seindah bayangan Ajeng sebelumnya. Bisma tak lain hanya seorang lelaki dingin tak berhati. Kelahiran putri kecil mereka tak membuat nurani Bisma tersentuh.
Kehadiran Deby rekan kerja beda departemen membuat perasaan Bisma tersentuh dan ingin merasakan jatuh cinta yang sesungguhnya, sehingga ia mengakhiri pernikahan yang belum genap tiga tahun.
Walau dengan hati terluka Ajeng menerima keputusan sepihak yang diambil Bisma. Di saat ia telah membuka hati, ternyata Bisma baru menyadari bahwa keluarga kecilnya lah yang ia butuhkan bukan yang lain.
Apakah Ajeng akan kembali rujuk dengan Bisma atau menerima lelaki baru dalam hidupnya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leny Fairuz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25 Merasakan Cemburu

“Mbak Ale memang perempuan tajir,” ujar Ibnu, “Beruntung sekali lelaki yang bakal menikah dengannya.”

Senyum yang terukir langsung lenyap dari wajah Bisma mendengar  perkataan terakhir Ibnu. Tangannya yang masih menggendong Lala yang kini mulai menguap dalam gendongannya terkepal dengan erat.

“Pak, adenya mau tidur tuh .... “ Ibnu berkata pelan karena melihat wajah Bisma yang menegang mendengar perkataannya.

Bu Isma yang terus membuntuti keduanya akhirnya meraih Lala yang tidak menolak untuk ikut dengannya. Dengan sopan perempuan parobaya itu pamit dan berlalu dari hadapannya.

Mata Bisma tak terlepas dari putri kecilnya yang melambaikan tangan padanya dengan matanya yang semakin sayu. Ada perasaan menghangat mengalir hingga ke sanubarinya terdalam.

Saat keduanya memasuki ruang laundry, ternyata para pejabat sudah berada di dalam sana.  Ia melihat ruangan yang luasnya sekitaran 5 x 6 meter tertata dengan rapi, dengan 5 pekerja yang terdiri atas 3 orang perempuan dan 2 laki-laki tanggung berdiri di samping mesin cuci.

Matanya menatap Ajeng yang berdiri di samping Darmawan, staf ahli Kemenaker yang berbicara dan bertanya beberapa hal padanya.

Ia memandang penampilan Ajeng yang menggunakan gamis polos berwarna navi dengan jilbab bunga kecil berwarna biru. Suaranya yang tenang dan lembut menjelaskan semua yang ingin diketahui para pejabat yang berkunjung di tempatnya.

Bisma merasa penampilan Ajeng pagi ini begitu cantik di matanya. Selama kebersamaan mereka hampir tiga tahun berumah tangga, baru kali ini ia melihatnya tampak berbeda.

“Apa bu Ajeng tidak mengekploitasi anak di bawah umur dengan mempekerjakan mereka di beberapa usaha yang ibu miliki? Ini tentu menyalahi UU Ketenagakerjaan. Dan saya sangsi gaji mereka  sesuai dengan UMR ... ” pertanyaan tajam dari Diah staf ahli diknaker Malang membuat Bisma terkejut.

Ia yakin, perempuan muda itu berusaha menjatuhkan Ajeng di depan para pejabat yang hadir. Bisma merasa kesal karena  Ajeng tidak menjawab  perkataan Diah. Padahal dalam hati, kekaguman atas sepak terjang mantan membuat ia merasa bangga.

Sedikit banyak ia mulai paham, bahwa tidak mudah untuk memulai usaha. Selain ada yang pro  tentu juga ada pihak yang tidak suka bahkan menjadi musuh.

Dari percakapan dengan Ibnu pun ia yakin, banyak perempuan yang tidak menyukai sepak terjang dan keberhasilan Ajeng karena Hilman yang digadang-gadang pengusaha yang merupakan idola kaum Hawa sedang dekat dengannya.

Kini matanya fokus pada Ajeng yang mulai tersenyum santai sambil mengucapkan terima kasih atas pertanyaan yang diajukan Diah. Tidak tampak ketegangan dari wajah perempuan yang pernah membersamainya dalam ikatan rumah tangga itu.

“Maaf bu Diah, pertanyaan ibu  di luar konteks kunjungan,” suara bariton menginterupsi ketegangan yang terjadi.

Bisma mengepalkan jemarinya melihat kehadiran Hilman yang kini berdiri di samping Ajeng yang masih diam dan hanya tersenyum belum merespon pertanyaan Diah.

“Ga pa-pa mas,” ujar Ajeng pelan, berusaha menenangkan Hilman yang kelihatan emosi  dengan ucapan Diah.

Dari tempatnya berdiri, Bisma merasakan hawa panas kembali mengalir di sekujur tubuhnya. Ia tidak tau apa yang terjadi dengan dirinya. Tapi matanya tak bisa berpaling dari apa yang ia lihat.

“Biar saya yang jawab ya bu .... “ seorang pemuda tanggung yang berdiri di samping mesin cuci memandang Ajeng dengan penuh harap.

“Boleh, silakan .... “ Andrean yang berada di deretan para staf ahli menjawab dengan cepat.

“Silakan Adi .... “ Ajeng berkata sambil menganggukkan kepala kepada salah satu anak asuhnya.

Pemuda tanggung yang berdiri di hadapan para pejabat itu langsung maju dan berdiri di samping Ajeng.

“Perkenalkan nama saya Ardiansyah. Sekarang saya duduk di kelas 10 SMK Nusa jurusan Pertanian. Saya berasal dari Madura. Orang tua saya hanya petani gurem dari Madura. Saya termasuk dari sekian anak yang tidak mampu untuk melanjutkan sekolah .... “

“Kan ada program Indonesia Pintar yang menyasar anak yang tidak mampu,” Diah memotong perkataan Adi.

“Maaf bu,” Adi menjawab cepat, “Tidak semua program pemerintah menyasar kami, apalagi di pulau khususnya saya.”

“Teruskan!” potong Wisnu sekda Malang yang dikenal Bisma sangat tegas dan low profile dalam kesehariannya.

Ia mengenalnya cukup dekat, karena sering diutus dinas luar bersama. Dari keseharian dan cara berpikir Wisnu membuat ia merasa sedikit kagum akan kepribadian lelaki yang usianya lebih tua beberapa tahun darinya. Ia juga melihat keseharian Wisnu yang sangat agamis  dan menghindari berinteraksi dengan perempuan secara berlebihan.

Dari cerita Adi, kini Bisma menangkap dengan jelas, bahwa Dimas yang juga pelajar SMK yang kini sudah duduk di kelas 12 lah yang membawa Adi beserta pelajar lain untuk bekerja paruh waktu demi membiayai kehidupan sehari-hari serta biaya sekolah mereka selama ini.

“Karena itu, jika ibu mengatakan bahwa bu Ajeng mengekploitasi kami, ibu sangat salah besar.”

Diah masih tidak terima dengan penjelasan Adi. Ia masih berusaha mempertahankan argumennya dengan beberapa program yang ia jelaskan secara panjang lebar.

“Bu, mohon saya juga ingin menambahkan,” Nining yang berdiri di samping mesin cuci akhirnya turut  bersuara.

“Silakan,” Wisnu memberi kesempatan pada Nining pelajar perempuan yang kini maju beberapa langkah dari tempatnya berdiri.

“Saya Ningtias Kusuma berasal dari desa di Pasuruan. Orang tua saya nelayan. Saya sekarang kelas 12 belas,  Ikut bu Ajeng sudah hampir tiga tahun. Seperti yang diceritakan Adi, kami berdua hanyalah anak dusun petani gurem. Orang tua kami tidak mampu untuk menyekolahkan kami. Program yang ibu sebut tidak pernah sampai pada kami, mungkin sebagian ada yang menikmati tapi itu bukan kami .... “

Nining menceritakan bagaimana perkenalannya dengan Dimas yang merupakan teman sekelasnya. Dari Dimas ia pun mohon untuk bisa diterima bekerja paro waktu di tempat Ajeng. Bahkan Ajeng menggratiskan biaya tinggal bagi mereka yang tidak mampu.

Dengan lugas ia berkata bahwa sebanyak 50 orang mereka yang tidak mampu di SMK Nusa telah menjadi anak asuh Ajeng. Dan mereka sangat berterima kasih atas semua yang Ajeng dan pihak sekolah lakukan dalam upaya membuat mereka bisa melanjutkan sekolah tanpa harus memikirkan pembiayaan lagi.

Bisma dapat melihat wajah memerah Diah yang menahan malu karena Adi dan Nining telah membalikkan semua fakta yang ingin ia ungkap, sehingga membuatnya kehilangan muka di hadapan para lelaki mapan dan tentu saja idaman semua orang.

“Maafkan saya .... “ Ajeng akhirnya bersuara setelah semua terdiam saat Nining mengakhiri ucapannya, “Seharusnya ini tidak jadi konsumsi umum, tapi internal kami dan pihak terkait.”

Ajeng merasa tidak nyaman setelah melihat Diah yang tertunduk setelah apa yang ia sampaikan berbalik menyerang dirinya sendiri.

“Tidak bu,” Wisnu menjawab dengan cepat, “Saya sangat bersyukur atas apa yang telah bu Ajeng lakukan untuk membantu anak-anak kita yang kurang beruntung. Dan bagi saya ibu menjadi role model untuk gerakan orangtua asuh di kabupaten Malang.”

Bisma dapat melihat tatapan kekaguman dari lelaki yang ia kagumi pada Ajeng mantan istrinya yang kini sangat menarik dalam pandangannya.

“Anda terlalu berlebihan pak Wisnu. Seharusnya role model  itu lebih tepat untuk pak Hilman. Beliau memiliki lebih dari 100 anak asuh yang dibantu .... “ Ajeng menggelengkan kepala atas ucapan Wisnu.

Andrean tersenyum sambil bertepuk tangan memberi aplus yang diikuti pajabat kementerian lainnya.

“Tidak salah kita memberikan apresiasi pada bu Ajeng yang telah membuka mata kami untuk membantu saudara kita yang belum  beruntung,” Andrean menjabat tangan Ajeng dengan erat.

Bisma menahan perasaan melihat semua pemandangan di depannya.  Ada yang tidak rela di dalam hatinya melihat keakraban yang terjadi. Bagaimana tidak, perempuan yang pernah begitu dekat dengannya, kini begitu akrab dengan lelaki lain, sedangkan padanya begitu dingin seperti orang asing.

1
Susanna Nancy Macpal
thor,kasian Bisma sdh insaf
Nabila Al Adibah
Luar biasa
pecahan_misteri
setiap novel yang gw baca sama. aja alurnya ditalak tapi kembali lagi dan penyebabnya anaknya mungkin karena memiliki hubungan darah jadi terikat ya?
Wahyuni Hairil Abd Karim
untung gw udah baca judul bab nya. jdii gw cukup kan baca nya sampai sini ajaa. gak menarik lagiii bacaan Nya. muter" dilihat dari judul bab nya. cerai tinggal cerai sampai bab 53 gak cerai juga
Cicih Sophiana
ya iyalah Bisma kamu yg udah menolak Ajeng mati matian... padahal kamu punya anak jg tdk kamu perdulikan... padahal Ajeng udah memohon mohon jgn kamu ceraikan tp kamu keukeuh krn udah dpt si cewek gatel Gebi...
Cicih Sophiana
hadeh Bisma dulu kamu banding bandingin Ajeng dgn si Gebi... klo Ajeng perempuan matre... ternyata kan si Gebi perempuan yg sll pengen di garuk...🤣🤣🤣
mimief
Luar biasa
Cicih Sophiana
udah tau ulet keket... pastinya susah di usir... di semprot mungkin baru bisa pergi
Cicih Sophiana
kamu sendiri yg selingkuh Bisma... knp nuduh ajeng mendua
Cicih Sophiana
woy kok marah sih Bisma... cemburu yah... telat kali
Cicih Sophiana
penyesalan luh sampai ke ubun ubun kan Bisma... ngatain Ajeng matre gak tau nya si ulet gatel yg matre gak penting banget dia...
Cicih Sophiana
Bisma kamu udah gak penting lg buat Ajeng kali...
mimief
besok besok bawa kaca gede ke Bisma
bisa bisanya nunjuk orang tapi sama padahal dia juga
mimief
Luar biasa
Cicih Sophiana
wow udah banyak cekap celup semenjak kuliah... ternyata pengalaman si Gebi udah luar biasa mungkin udah dpt sertifikat...
Cicih Sophiana
semoga aja kelicikan dan kejelekan si perempuan murahan ini cepat ketauan si Bisma yg bodoh...
Cicih Sophiana
perempuan yg menawarkan diri pada laki" yg bkn suami nya itu nama nya perempuan murahan Bisma... bisa aja klo udah nikah dgn kamu klo kamu tinggal dia dgn orang lain...
Cicih Sophiana
Bener kata Mayang... si Bisma merasa dia bener gak mikir klo dia lebih jahat lg
Cicih Sophiana
Bisma gak pantas untuk kamu ingat lg Ajeng...
Cicih Sophiana
sahabat yg luar biasa Sari... semoga Sari tetap bahagia sampai akhir dan begitu pun Ajeng... semoga mendapat kan kebahagiaan dunia akhirat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!