Saat engkau berjanji itu mungkin sesuatu hal yang ingin engkau tepati, tapi sering kali tak bisa engkau sadari bahwa sebuah janji bisa saja engkau ingkari.
Seseorang memegang janji mu, tapi dia merasa kecewa dan sakit hati bila semua janji manismu hanyalah palsu belaka.
Wanita mana yang bisa merelekan kekasihnya untuk orang lain?
Kisah cinta Juna dan Nara yang menjalani hubungan jarak jauh demi sebuah cita-cita dan kesuksesan.
Siapakah yang bertahan menjalani?
Dan bagaimana kisah mereka, apakah cinta keduanya akan bersatu?
Yang penasaran dengan kisahnya
jangan lupa mampir yah teman-teman, ikuti dan jangan lupa dukungannya!
😘😘😘😘😘
***
Salam santuy dari Author; Gadis Nias
🌺🌺🌺🌺
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gadis Nias, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menanti Janji Eps. 10_ Ide cemerlang Tuti.
***
"Nara, ayah kan udah bilang batalin aja berpergian hari ini. Masuk kamar!!"
Ops! Gagal sudah rencana nya untuk kabur. Terciduk pulak sama ayah Niko. Aduh-aduh, terpaksa lah gadis cantik itu kembali kekamar. Hi hi hi ! Kesal, kesal kesal!!!
"Ihh nyebelin...!" Nara menghentakan kaki lalu masuk kekamar dengan membanting pintu.
BRAK!!!
Ayah Niko sampai terkaget, huh! Dasar yah anak itu, bikin jantungan orang tuanya saja.
"Hufft... Nara, Nara, jadi cewek kok galak amat," ucap ayah Niko geleng-geleng sambil mengelus-elus dada melihat anak gadis nya itu.
Karena benar-benar tidak diizinkan untuk pergi, Nara segera menghubungi Tuti dan mengabari tentang musibah yang menimpanya. Semoga saja sahabatnya tidak kecewa, dan berharap bisa memberi masukan agar perjodohan ini dibatalkan.
"Maaf yah Tut padahal tadi aku udah siap tinggal mau berangkat,"
"Ya ampun iyah, iyah deh Na gak apa-apa. Tapi kamu serius mau dijodohkan, sama siapa?"
Oh syukurlah sahabatnya tidak keberatan sama sekali, bahkan dia masih memberi perhatian kepada Nara saat mendengar bahwa sahabatnya itu mau dijodohkan kepada orang lain.
"Hem serius Tut, aku jadi bingung sekarang bagaimana caranya agar perjodohan ini batal," kata Nara lesu, hari ini dia masih aman karena ternyata Tuti tidak seperti yang dia bayangkan sebelumnya.
"Tenang Na, aku punya ide!" demi membantu sahabat seperjuangan, Tuti memutar otak untuk mendapatkan ide membatalkan perjodohan Nara dengan seseorang itu, dan semoga saja idenya berhasil. "Ah kamu paling bisa diandalkan Tut, ya udah beritahu apa ide mu," senyum senang mengembang dibibir Nara, mungkin kali ini Tuti bisa menyelamatkannya, apa pun rencana untuk menggagalkan Nara harus melakukannya.
Tuti menjelaskan dengan detail apa pun yang harus di lakukan Nara saat menemui pria itu, dia sangat yakin jika ide nya ini pasti akan berhasil.
Ah Tuti bisa saja! Untung punya sahabat yang seperti ini, masih bisa diandalkan walau pun terkadang otaknya error. Hem, Nara tersenyum sinis, masuk akal juga dengan ide Tuti. Pokoknya dia harus melakukannya, 100% pria itu pasti akan mengurungkan niat mau menerima Nara.
***
Tak lama setelah Tuti menyuruh Nara melakukan sesuatu, Pria yang di jodohkan ayah Niko padanya datang juga seperti yang telah direncakan sebelumnya. Dia tidak hanya sendiri, pria itu ternyata bersama kedua orang tuanya. Sebagai sahabat lama ayah Niko menyambut mereka dengan hangat.
"Selamat datang Jemi, kamu tampak makin muda saja setelah beberapa tahun tidak bertemu," ucap ayah Niko penuh senyum menyambut sahabatnya, kedua laki-laki tangguh itu berpelukan untuk sekedar melepas kerinduan. " Ah Niko bisa saja, kamu juga sepertinya makin muda, ha ha ha !" sahut om Jemi ikut bahagia saat bertemu kembali kepada sahabat lamanya itu.
Mereka pun dipersilakan duduk, tampaknya anak laki-laki om Jemi terlihat sangat gugup saat menyapa ayah Niko dan ibu Dini. Kali pertama pria itu bertemu dengan mereka, karena sebelumnya dia berada diluar negeri sehingga tidak tau perihal persahabatan antara bokapnya dengan orang lain.
"Ah Nik, kenalin ini Vander anak aku yang sebelumnya aku ceritain ke kamu. Van salim gih sama om Niko," ucap om Jemi memperkenalkan anaknya, Vander yang telah dilatih untuk menjadi anak yang beradab sopan antusias kembali menyapa dan menyalami kedua pasangan suami istri itu.
"Halo om dan tante, apa kabar?"
Ayah Niko dan ibu Dini pun membalasnya, mereka senang karena Vander adalah sosok pria baik, sopan dan lebih spesialnya dia juga sangat tampan.
Kini komunikasi antara dua keluarga itu semakin hangat saat dibarengi canda dan tawa. Tapi bentar, rasanya masih belum lengkap jika Nara belum bergabung disana. Ayah Niko pun memberi isyarat agar istrinya memanggil anak gadis mereka untuk datang kesana.
"Nara, yuk sayang keluar. Keluarga om Jemi udah datang," panggil ibu Dini dengan lembut, dia berdiri dibalik pintu kamar Nara sambil tersenyum bahagia dan berharap semoga anak gadis nya akan segera keluar.
"Hem!" sahut Nara dengan deheman saja, dia benar-benar sangat malas bahkan ingin sekali mengusir semua orang-orang itu. "Cepat yah sayang," kata ibu Dini lagi, setelah sudah memastikan Nara perempuan paruh baya itu kembali keruang tamu.
"Aku yakin pria itu bakalan jijik melihatku, hem!" sebelum keluar, Nara kembali mengamati penampilannya di depan cermin. Dia tersenyum geli dengan dandanan aneh ini. Tuti menyuruhnya berdandan kuno seperti gadis desa, rambut kepang dua, baju kusut dan rok panjang persis seperti mbah kuntil. Tak lupa dia memasang tahi lalat super besar dipipi juga memakai gigi palsu dan kaca mata.
Astaga, Nara tidak habis pikir dengan Tuti yang mempunyai segala ide cemerlang seperti ini. Nara sampai bergidik ngeri melihat penampilannya, 75% kecantikan hilang tidak seperti Nara yang biasanya.
Setelah dirasa sudah yakin dengan penampilannya, Nara berkali-kali menghela nafas setelahnya dia akan bersiap untuk keluar.
"Bu, Nara kok lama kali panggil lagi gih," setelah ditunggu beberapa menit Nara masih belum kelihatan, ayah Niko yang sudah tidak sabar kembali memerintahkan istrinya untuk memanggil. "Ah, iyah tunggu sebentar," sahut ibu Dini, hendak berdiri dari duduknya namun tiba-tiba Nara sudah menghampiri.
"Na-Nara!!!!!" ibu Dini dan ayah Niko sampai syok melihat penampilannya, kedua pasangan suami istri itu berdiri dari duduknya dengan mata melotot dan mulut menganga kearah Nara.
"Hihihi kaget juga kan, hem makanya kalian jangan suka jodoh-jodohi aku." di dalam hati pun Nara tertawa ngakak melihat ekpresi orang tuanya. Bodoh amat lah pokoknya dia tidak mau peduli, malah dengan rasa penuh percaya diri dia menghampiri tamu ayahnya. Menyapa dan memberi salam, tapi lagi-lagi om Jemi, istri dan anaknya ikut melongo melihat penampilan Nara sehingga Vander sampai ingin muntah sendiri menatapnya.
"Nara, apa-apan kamu ini!" bentak ayah Niko, dia sangat emosi dengan Nara yang seperti mempermalukan mereka didepan orang. Tapi untung ibu Dini menahan dan mengingatkan jika mereka sedang kedatangan tamu, alhasil ayah Niko kembali tenang.
"Nik, ini anak gadis mu?" tanya om Jemi mengerutkan dahi sedikit jijik melihat Nara, jika sudah tau dari awal penampilannya seperti ini om Jemi tidak akan mau mengadakan acara perjodohan yang tidak jelas ini. Tapi tenang, semuanya masih bisa dibatalkan sebelum terjadi. Hati om Jemi mulai tidak tenang, sekarang juga mereka akan segera pamit itu akan lebih baik.
"Ehm Jemi, maafkan aku ta-tapi Nara tidak seperti ini. Mohon jangan salah paham dulu," ayah Niko sudah mulai tidak enakan, mengingat Nara yang sudah membuatnya marah malah semakin membuat ulah lagi.
"Nara bersikap sopan lah sedikit, ibu tidak mengajarimu kurang ajar didepan tamu nak," tegur ibu Dini setengah berbisik. Nara mana peduli, gadis itu malah dengan santai duduk mengangkat kaki diatas kursi sambil mengumpil. Alhasil semakin membuat Vander tidak tahan ingin muntah sekarang juga.
***
BERSAMBUNG...