Hidup tak selalu sesuai apa yang kita inginkan.Saat uang dijadikan tolak ukur,saudara pun terasa orang lain.Saat kita berada dibawah tak ada yang mau mengakui saudara tapi saat kita punya segalanya semua sanak saudara datang mendekat. "Kau harus sukses nak,biar bisa membeli mulut-mulut yang sudah menghina kita"kata-kata dari ibu masih terngiang sampai sekarang.
Sandra terlahir dari keluarga miskin dan selalu di hina oleh adik ipar sendiri. Mereka selalu menganggap bahwa orang miskin itu tidak pantas bersanding dengan keluarga mereka.
Nasib siapa yang tau,sekarang boleh di hina karna miskin tapi kita tidak akan pernah tau kedepannya seperti apa. Lalu bagaimana nasib Sandra apakah ia bisa membeli mulut - mulut orang yang menghina keluarganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ima susanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1
Disaat langit masih gelap,sayup-sayup terdengar suara azan menandakan waktu subuh telah masuk.Ku seret kaki perlahan menuju kamar mandi untuk berwudhu,lalu melaksanakan kewajiban dua rakaat.Tak lupa berdoa kepada sang pencipta dan diakhiri dengan membaca mushaf yang sudah menjadi kebiasaanku selama ini.
Tak lama kudengar suara ibu memanggil "San kamu udah bangun nak?Buruan udahh siang,udah sholat belum?"
"Udah bu"bergegas aku keluar mendekati ibu yang sedang membuat sarapan untuk kami.Walau sarapan sederhana kami bersyukur masih diberi rezeki.
"Wah kayanya enak nih,jadi ga sabar pengen sarapan masakan ibu."aku duduk di samping ibu.
"Rima mana San,kok belum keliatan?Cicit ibu tidak melihat keberadaan putri keduanya.
"Bentar lagi juga kesini bu."jawab Sandra membantu ibu menyiapkan sarapan.
"Huum harum, adek udah laper bu,mana nasi goreng buat adek?"suara cempreng si kecil terdengar dari arah belakangku.
Ibu dengan telaten menaruh nasi goreng buatan beliau dipiring kami.Kami makan dengan lahap hanya denting sendok beradu dengan piring terdengar. Nasi goreng kampung kesukaan kami berdua.
Selesai sarapan Sandra membereskan piring-piring bekas sarapan baru menghampiri ibunya yang tengah merapikan baju - baju mereka di lemari.
"San nanti siang kamu jadi kan kerumah bibi ita?"ibu bertanya.
"Insya Allah bu,nanti setelah sholat dzuhur aku kesana sekalian bawa adek ya bu ga apa - apakan?"tanya Sandra.
"Ya sudah,kalau begitu ibu berangkat duluan ya.Jangan lupa kamu berbenah baru menyusul ibu ke sana." titah ibu .
Ibu menganti pakainya dengan pakaian yang sedikit layak walau sudah lusuh tapi masih pantas."Assalamualaikum."pamit ibu.
"Waalaikumsalam."Jawab kami berbarengan, kulihat punggung ibu semakin jauh dan menghilang di tikungan.Aku bergegas berbenah supaya nanti siang sebelum kerumah bibi ita pekerjaan rumah sudah beres dan rapi.
Disela-sela pekerjaanku,ku lihat adek ku tengah asik bermain dengan mainannya.Walau mainan sederhana sudah cukup membuat dia tersenyum bahagia.
Tak terasa waktu dzuhur telah tiba,terdengar suara azan dari mesjid yang letaknya tidak begitu jauh dari rumah.Perlahan aku ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu dan melaksanakan kewajiban empat rakaat dan tidak lupa berdoa mengadu kepada sang pemilik.
"Rima,mau ke ibu ga?.Tapi sebelum pergi rapikan dulu mainannya ya."Ujarku sambil tersenyum pada adik perempuanku yang masih berusia enam tahun.
"Hore....hore,kita ke ibu."Rima berteriak senang,mengikuti perintah sang kakak dengan senyum terbit di bibir mungilnya.
Di bawah teriknya matahari kami berdua berjalan menyusuri jalan pintas menuju rumah tante Ita dimana ibu ikut membantu masak - masak di sana.
Begitu ramai sanak saudara dan para tetangga yang berkumpul di sana karna disana akan diadakan selamatan aqiqah anak bungsu bibi Ita.
Rima berlari kecil saat melihat ibu,aku hanya berdiri mematung melihat ibu yang bercucuran keringat.Sementara saudara yang lain terlihat duduk-duduk santai sambil bercanda dan sesekali diselingi tawa.
Ibu tersenyum melihat kedatangan kedua putrinya,dan merentangkan tangan memeluk Rima yang berlari kearah ibu.
"Kalian udah makan?"Seru ibu saat aku menghampirinya. Aku mengangukkan kepala mengiyakan.
"Ibu."Lirih sandra.
"Hmm....?"Sahut ibu.
Aku menghembuskan nafas yang ku rasa agak sesak melihat pemandangan yang ada didepan mataku saat ini.
" Ibu masih lama?"tanya Sandra gusar.
"Dikit lagi juga selesai,ada apa nak?"tanya ibu lembut.
Netraku melihat begitu banyak makanan yang tersaji di prasaman yang mengungah selera. Aku kasihan melihat Rima sepertinya sangat ingin memakan sajian prasmanan tapi itu tidak mungkin yang ada malah mendapat hinaan dari yang punya hajat jika kami mengambil makanan prasmanan.
...****************...
Selamat datang di karya terbaru Ima Susanti,moga cerita yang di suguhkan di sukai oleh pembaca setia karya dari author.
Like dan komen kakak - kakak semua merupakan penyemangat bagi author dalam menulis bab selanjutnya😘😘🙏🙏
coba bikin rido berpaling biar tau rasa
kl kayak gini kasian ridho dah tulus nerima dia yg jendes ternyata imbal balik nya kayak gini. nyesel dulu nyatuin Sandra dng ridho. ridho berhak dpt yg lbih baik yg gk tamak oleh harta. demi dpt harta bnyak tp mlh mengabaikan kluarga.
pdhl ada satu kalimat kejarlah akhirat mk dunia akan mengikuti.
pantas Sandra gk sukses sukses msih sibuk kerja krn dia yg di uber cm dunia nya. ambisi sukses tnp mengkikut kan akhiratnya.