sudah lima tahun menjalani biduk rumah tangga tapi tak cukup bagi Ayumi meluluhkan hati suaminya Dirga yang telah terpaut dengan kekasihnya.
"semoga kamu bahagia dengan pilihan mu mas, sekarang aku mundur dan membiarkan mu bersatu dengan kekasih mu yang begitu kamu agung-agungkan".
"terimakasih selama lima tahun lebih ini telah sabar membersamai ku walau namaku tak pernah ada di hatimu".
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moms Al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
"kenapa mas tadi tidak tegas sih sama mantan istri mu. Mas terlalu lembek jadi pria. lihatlah Ayumi bisa menguasai Dania kan". ujar Aruna saat mobil sudah dilajukan.
"mas seharusnya menegaskan padanya jika kalian memiliki hak yang sama pada Dania, walupun kenyataan hak asuh Dania jatuh ditangannya". Protes Aruna kembali.
Dirga menggeleng kan kepalanya dengan kening berkerut, sesekali pria itu melirik pada istrinya, entah apa tujuannya kali ini padahal Aruna sangat menentang jika dia akan mengambil Dania. Tapi sekarang ?.
"sudahlah, biarkan Ayumi yang mengasuh Dania. Kita datang saja kesana jika ingin menemuinya atau ketemu diluar. Lagi pula didikan Ayumi sudah sangat bagus, aku takut jika nanti dia bersama kita Dania akan berubah. Aku tidak mau anak ku menuju jalan yang sesat". Ungkap Dirga tetap fokus ke jalanan.
"jadi maksud mas dirga aku tidak bisa menjadi ibu yang baik untuk anak mu ?". Dari suaranya tampaknya Aruna sangat tidak suka dengan apa yang dikatakan oleh suaminya.
"memang begitu kan ? Bakan aku tidak pernah melihat mu sholat, aku menyuruh pun selalu saja ada alasan yang kau berikan.
Aku tidak bermaksud untuk membandingkan mu dengan ayumi tapi...".
"jadi kamu membandingkan aku sama mantan istri mu yang nora itu ? Dengar yah mas, aku juga begini karena kamu suka cara berpakaian ku, kenapa sekarang kamu memprotesnya ?". Desis Aruna dengan nada memburu, rasa bencinya pada Ayumi semakin menjadi apalagi sekarang suami nya sudah terang-terangan memuji mantan istrinya didepan nya.
Dirga terlihat lesuh, helaan nafa berkali-kali keluar dari mulutnya. Sebenarnya dia sangat malas jika berdebat dengan istrinya tapi wanita itu selalu saja mengajaknya nya bertengkar entah itu hal kecil hingga menjadi besar.
"aku tidak membandingkan kamu tapi kenyataannya memang begitu Aruna, tolong mengertilah. Aku sudah lelah untuk berdebat dengan mu". Ujar Dirga dengan putus asa, Dirga memang mengakui jika Ayumi memanglah ibu yang baik selama dia menikah dengan wanita itu.
"sebenarnya apa lagi yang menjadi tujuan menyuruh ku membawa Dania bersama kita ? Rumah saja ku tidak bisa mengurusnya bagaimana jika ada Dania, entah apa yang akan terjadi". Tanya Dirga dengan kening berkerut.
Aruna tampak bergeming, matanya melirik kesana kemari. Entah jawaban apa yang akan diberikan nya pada sang suami.
"aku ingin membuktikan pada kedua orang tuamu jika aku juga bisa masuk kedalam hati Dania, agar dia mau menerima ku dan juga bisa menjadi kan mu kembali menjadi CEO".
Jawab Aruna enteng.
"jika hanya itu tidak perlu membawa Dania tinggal selama nya dengan kita, kita bisa menjenguknya atau membawanya sekedar jalan-jalan. Kamu bisa mendekatkan diri kamu pada Dania saat itu". Terang Dirga mencoba memberi pengertian pada sang istri.
"astaga mas, jika begitu Dania tidak akan bisa dekat dengan ku. Karena waktunya bersama kita hanya sedikit". kesalnya melipat kedua tangganya ke dada.
Dirga menepikan mobilnya sejenak, pria itu mengusap wajah nya secara kasar, tatapannya beralih pada Aruna dengan polesan yang tebal diwajah sang istri.
"sayang, plisss. Kamu harus mengerti. walaupun kita memiliki waktu sedikit dengan dania tapi aku yakin kalau kamu mampu membuat Dania nyaman dengan kamu. Cobalah untuk membujuk nya dengan lembut pasti Dani akan luluh dengan mu". Dirga mencoba memberi pengertian lagi, ucapannya kini di pelan kan agar Aruna tidak bertambah kesal padanya.
Wanita itu hanya terdiam saja, tidak menanggapi ucapan sang suami. Tapi dari wajahnya masih kurang enak dipandang. Dirga kembali melajukan mobilnya tanpa membujuk lagi sang istri karena dia yakin jika Aruna akan kembali seperti semula jika suda tidak kesal lagi.
*
*
"Alhamdulillah nak, kita tidak berpisah dengan Dania. Ibu juga sebenarnya tidak rela jika istri Dirga yah mengasuhnya. Bukannya apa, lihat saja cara berpakaiannya dan juga sikap nya sungguh mencerminkan tidak baik". Ujar Farah, wanita tua itu sangat tidak menyukai Aruna.
"Bu, tidak boleh berbicara seperti itu. Kita tidak boleh merendahkan seseorang hanya dengan cara berpakaian nya". timpal Farhan mengusap sang istri.
"iya pak, ibu cuma membicarakan kenyataan kok". Kesal Farah.
Ayumi menggelengkan pelan kepalanya melihat orang tuanya berdebat. "sudah pak , Bu. Kenapa kalian harus mendebatkan seseorang".
Mereka akhirnya terdiam, karena tidak enak apalagi disana ada Dania yang sedang bermain boneka.
"jadi mengenai nafkah nya bagaimana nak ?".
"yah begitulah kah Bu, aku juga tida tahu apa Dirga akan memberikan nya atau tidak, soalnya tadi Aruna tidak mengijinkan suaminya jika gaji Dirga diberi sebagian pada Dania". Jawab Ayumi santai. Dia sebenarnya tidak keberatan. Karena Tampa nafkah dari Dirga pun di mampu menghidupi Dania.
helaan nafas keluar dari mulut tua Farhan, dia memang tidak mengharap lebih dari mantan menantu nya itu apalagi istrinya yang selalu semena-mena pada Dirga.
"sudahlah, biarkan dia seperti itu. Kita tidak boleh memaksanya". Farhan angkat bicara.
"yah tidak bisa begitu dong pak, ini mengenai tanggung jawab nya terhadap anak nya. Masa bapak biar kan begitu saja sih". Farah tidak terima jika Dirga lepas tanggung jawab apalagi hanya mementingkan istri nya saja.
"mungkin istrinya tidak cukup dengan penghasilan Dirga makanya dia tidak mau memberikan juga pada Dania".
"alah bapak ini, bela saja terus mereka. Ibu heran sama bapak sebenarnya anak bapak Ayumi atau mereka sih. Kenapa bapak selalu ikhlas terus jika anak kita disakiti terus menerus". Wajah Farah sudah merah padam, suaminya dari dulu selalu membela Dirga menantu kesayangannya dan sekarang sudah menjadi mantan menantu pun tetap saja di bela.
"bukan begitu Bu, bapak hanya...".
"sudah lah pak, memang susah kalau berbicara sama bapak selalu saja bikin naik darah". Farah langsung meninggalkan mereka bertiga diruang tamu.
Farhan menatap Ayumi yang juga tengah menatapnya, helaan nafas kembali keluar dari mulut tuanya. istrinya selalu saja sensitif jika membahas masalah Dirga dan juga Aruna.
"mama.. Mama.. Aku mau minum susu coklat". panggil Dania menggoyangkan lengan Ayumi.
"ah iya. Tunggu yah mama buatkan dulu. Sekarang Dania tunggu saja dikamar". pinta nya langsung dituruti oleh sang anak.
"aku kedapur dulu pak, bapak bujuk lah dulu ibu. kalian jangan sering bertengkar hanya masalah orang lain". Bujuk Aruna langsung dituruti oleh pria tua itu, memang benar apa yang dibilang anak semata wayangnya. Tidak sepantasnya mereka berdebat.
"ya sudah bapak susuk ibumu dulu dikamar".
"iya pak semoga berhasil". Ayumi terkekeh melihat ibu nya yang sering ngambek akhir-akhir ini. Seperti ana ABG saja mereka itu.
Ayumi akhirnya menuju kedapur untuk membuatkan pesanan anak nya yang meminta susu coklat kesukaan nya.
bersambung...