Anindya Alyssa seorang wanita manis yang memiliki warna kulit putih bersih, bekerja sebagai waiters di salah satu hotel yang cukup terkenal di kotanya. Hidup sebatang kara membuat harapannya untuk menjadi sekretaris profesional pupus begitu saja karena keterbatasan biaya untuk pendidikan nya.
Namun takdir seakan mempermainkan nya, pekerjaan sebagai waitres lenyap begitu saja akibat kejadian satu malam yang bukan hanya menghancurkan pekerjaan, tetapi juga masa depannya.
Arsenio Lucifer seorang pria tampan yang merupakan ceo sekaligus pemilik dari perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur. Terkenal akan hasil produksi yang selalu berada di urutan teratas di pasaran, membuat sosok Lucifer disegani dalam dunia bisnis. Selain kehebatan perusahaan nya, ia juga terkenal akan ketampanan dan juga sifat gonta-ganti pasangan setiap hari bahkan setiap 6 jam sekali.
Namun kejadian satu malam membuat sifatnya yang biasa disebut 'cassanova' berubah seketika. Penolakan malam itu justru membuat hati seorang Lucifer takluk dalam pesona seorang waiters biasa.
Lalu bagaimana kisah Assa dan Lucifer?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 15
Satu Minggu berlalu sejak kejadian yang menimpa Anindya, ia sudah berusaha ikhlas dan rela dengan apa yang dialaminya. Ia sudah mulai kembali beraktivitas dan kembali semangat dalam bekerja.
Hari ini Anindya akan masuk shift malam, ia bersama teman-temannya yang lain tentu memutuskan untuk beristirahat sebelum kembali bekerja nanti malam.
Baru saja mereka selesai berbincang, tiba-tiba Kak Ratna dipanggil oleh Pak Jaya selaku manager restoran tempat mereka bekerja.
"Eh ada apa ya, kok aku jadi takut?" tanya Desi menyenggol bahu Anin.
"Gatau, aku yang lebih takut." Jawab Anindya terkekeh.
"Ngapain takut sih, palingan juga masalah dapur." Celetuk Bima dengan santainya.
"Belum tentu, anjirrr!" seru Hardi memukul bahu Bima kasar.
Tak lama Ratna kembali ke dalam kamar sementara manager pergi meninggalkan mes. Wajah Ratna yang tampak sedih dan khawatir sontak membuat teman-temannya ikut takut dan khawatir.
"Ada apa, Kak?" tanya Anindya membuka suara.
"Manager tadi bilang, pak Arsen mengatakan bahwa …" Ratna menggantung ucapannya, ia benar-benar ragu untuk menyampaikan.
"Apa?" tanya Hardi penasaran.
"Bahwa waiters atas nama Anindya Alyssa dipecat." Jawab Ratna membuat semuanya sontak menatap Anindya.
Sementara Anindya yang mendengar itu lantas terkejut, ia bahkan sampai jatuh terduduk di pinggir ranjang lalu menatap lurus dengan tatapan kosong.
"Gimana bisa tiba-tiba dipecat, Kak? Anin kan sudah minta maaf sebelumnya?" tanya Desi tidak menyangka.
"Iya loh, Rat. Manager gak bisa main asal pecat tanpa alasan, terlebih lagi ada kontrak kerja." Sahut Hardi ikut terkejut.
"Pak Arsen bilang dia akan mengganti biaya kontrak nya, namun Anindya harus tetap pergi dari sini." Jelas Ratna menatap Anindya dengan tatapan iba.
"Anin, maaf ya kita nggak bisa apa-apa. Pak Arsen memang begitu, makanya kita berusaha untuk berhati-hati dalam bekerja." Ucap Bima ikut merasa kasihan pada temannya itu.
Anindya menatap teman-temannya lalu tersenyum, ia menggelengkan kepalanya dan bangun dari duduknya.
"Iya, nggak apa-apa. Ini kan memang kesalahan aku, lagipula memang disini mungkin bukan tempatnya aku untuk dapat rejeki." Balas Anindya berusaha tetap tenang.
Anindya mulai membuka lemari kecil lalu mengeluarkan pakaian dan memasukkan nya ke dalam koper. Ia berusaha menahan air matanya yang ingin keluar sejak tadi, bagaimana bisa pria itu tiba-tiba memecat nya.
"Anin, yang sabar ya." Tutur Ratna mengusap bahu Anin dengan lembut.
Anin hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Ia lanjut mengemas pakaian dan barang-barang nya kemudian memasukkan nya ke dalam tas.
"Aku pergi ya, buat kalian semangat terus kerjanya dan jangan buat kesalahan apapun. Semoga kita bisa ketemu lagi, 'ya." Ucap Anin dengan suara sesak.
Desi ikut menangis, ia merasa kasihan pada Anindya yang baru saja bekerja namun harus kehilangan pekerjaannya.
Anin yang melihat itu lantas mendekat, ia menepuk bahu Desi pelan seraya tetap tersenyum.
"Ya udah, aku pergi ya. Selamat tinggal," ucap Anindya segera meraih tas nya lalu pergi meninggalkan mes tempatnya beristirahat sekaligus pekerjaannya.
"Ke ruangan Manajer dulu ya, disana nanti kamu dikasih uang hasil kerja keras kamu." Tutur Ratna dianggukki oleh Anindya.
Anin melangkah keluar, ia tak tahu harus kemana. Tidak mungkin ke rumah bibinya, bisa-bisa ia akan kembali diejek dan mungkin akan diperlakukan lebih parah dari sebelumnya.
Anin mengetuk pintu manajer, ia segera masuk lalu melangkah mendekati seorang pria yang tampak tersenyum tak enak padanya.
"Anindya, ini pesangon kamu. Maafkan saya ya, saya hanya diperintah dan saya doakan semoga kamu cepat dapat pekerjaan baru." Ucap Pak Jaya.
"Iya, Pak. Tidak apa-apa, terima kasih sebelumnya." Balas Anindya menerima uang dalam amplop cokelat yang diberikan oleh pak Jaya.
"Baiklah, Pak. Saya pergi, permisi." Pamit Anindya kemudian segera keluar dari ruangan Manajer.
***
Anindya melangkah tanpa arah, mungkin ia punya uang untuk menyewa kamar kos, akan tetapi ia juga harus memikirkan pekerjaan agar bisa membayar kos nya setiap bulan.
Anindya duduk di sebuah halte, meletakkan tas yang ia bawa disebelahnya kemudian menatap kosong ke arah jalanan yang tampak mengepul karena panas dan debu dari tanah, jari jemarinya saling bertaut yang mana menunjukan kebimbangan dalam dirinya.
"Apa aku balik ke rumah bibi saja, tapi aku yakin saat disana aku akan kembali diperlakukan tidak adil. Namun jika bukan kesana, aku harus kemana." Gumam Anindya menutup wajahnya dengan telapak tangan.
Kepala Anindya terangkat dengan kening mengkerut melihat sebuah mobil berhenti di depannya dengan seorang pria berpakaian begitu rapi keluar dan langsung menghampirinya.
Anin masih berpikir positif, mungkin saja orang itu ingin menanyakan alamat. Namun saat pria itu membuka kacamatanya, seketika Anin seperti pernah melihatnya.
"Nona Anindya, perkenalkan saya Lee selaku asisten Tuan Arsen. Saya datang kemari untuk membawa anda untuk bertemu dengannya, anda sudah ditunggu." Ucap Asisten Lee dengan sopan.
"Apa, pria itu lagi? Mau apa dia menungguku, tidak cukupkah dia membuat hidupku menderita!!!" cerocos Anindya dengan penuh emosi.
"Maaf, Nona. Saya hanya menjalankan perintah, silahkan." Tutur Asisten Lee namun Anindya menolak.
Asisten Lee menghela nafas, ia mencekal lengan Anindya lalu menyeretnya masuk ke dalam mobil sembari memperhatikan sekitar.
"Tolong!!!! Lepaskan saya!!!" Teriak Anin namun segera di bungkam oleh Asisten Lee dengan mendorong tubuh gadis itu ke dalam disusul oleh tas yang dibawanya.
Like, komen dan vote 🥰
To be continued
aku milih bang tio
ini ni klw lagu bilang antara nyaman dan cinta jadi bikin dilema