"Hey, Dad !!"
Tidak ada angin maupun hujan tiba-tiba Kaizar di panggil ayah oleh dua bocah kembar yang kebetulan ia temui di sebuah mall.
"Jangan panggil aku Daddy, aku belum menikah." Tolak pria itu dengan tegas.
Namun sejak saat itu hidup Kaizar selalu di ganggu oleh ke dua bocah nakal itu.
Siapa sebenarnya mereka dan ada hubungan apa mereka dengan Elle sekretaris sekaligus partner ranjangnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab~10
Elle nampak terkejut saat melihat Kaizar ada di sana, namun wanita itu pasrah ketika pria itu menutup tubuhnya dengan sebuah handuk yang labelnya masih menggantung.
"Apa matamu buta karena tidak bisa melihat tanda peringatan jika lantai ini sedang basah ?" Kaizar langsung marah pada wanita yang menyiram Elle tadi, lalu pandangannya beralih ke arah manager mall tersebut.
"Sebagai seorang pimpinan kamu pun tak bisa melihat kejadian dengan adil." Ucapnya menegur pria tersebut.
"Untuk apa anda membelanya pak, gadis ini memang bersalah karena tak bisa menghormati pengunjung jadi dia pantas di pecat." Terang pria itu membela diri.
Kaizar nampak geram, lantas merogoh ponselnya di saku celananya. "Hallo, saya Kaizar Adiguna. Sepertinya saya sudah memikirkan untuk mengakuisisi saham anda, tapi dengan satu syarat yaitu pecat manager di sini. Karena saya tidak ingin menaruh uang saya pada perusahaan yang semena-mena pada karyawannya." Ucap pria itu pada seseorang di ujung telepon.
"Tentu saja, orangku akan segera mengurus semuanya." Jawab lawan bicaranya tersebut, lantas Kaizar segera mengakhiri panggilannya.
"Pak, tolong maafkan saya." Manager mall itu pun langsung menyesali perbuatannya, ia tidak tahu jika pria di hadapannya adalah relasi bisnis pemilik mall tempatnya bekerja.
"Ayo, pergi." Kaizar langsung menarik Elle pergi dari sana dan tak mengindahkan permohonan pria itu.
"Aku membawa mobil sendiri, terima kasih." Ucap Elle yang menolak saat Kaizar ingin mengantarnya.
"Aku tidak tahu siapa kamu tapi rasanya aneh seorang cleaning service membawa mobil saat bekerja." Terang pria itu heran.
"Itu bukan urusanmu, lagipula aku tidak hafal dengan angkutan umum di sini dan membawa mobil lebih praktis." Potong Elle.
"Jadi kamu benar-benar tinggal di Jerman sebelumnya ?" Tanya Kaizar, ia mengetahui sedikit tentang wanita itu saat meeting bersama tuan Marc waktu itu.
"Hm." Elle hanya membalas singkat.
"Tapi bahasamu sangat lancar." Imbuh Kaizar lagi.
"Ibuku yang mengajariku." Sahut Elle, sejak bayi ibunya memang menggunakan dua bahasa untuk berkomunikasi dengannya dan begitu pun ia juga lakukan pada kedua putranya.
"Baiklah, aku harus pulang. Terima kasih banyak sudah membantuku." Ucap Elle sesampainya di parkiran lantas berlalu ke mobilnya yang berada tak jauh dari sana, saat wanita itu hendak membuka pintunya Kaizar kembali berucap.
"Penawaranku masih berlaku, jika kamu berubah pikiran datang saja ke kantorku." Ucapnya dan itu membuat Elle nampak tersenyum sinis.
Lalu mengabaikannya dan segera masuk ke dalam mobilnya, meskipun sedang mengalami kesulitan ia takkan menjual harga dirinya untuk kedua kalinya pada pria itu.
Kaizar nampak kecewa, karena lagi-lagi wanita itu menolaknya. Sebagai seorang pria tentu saja jiwa penasarannya sangat tinggi, semakin ia di tolak maka ia semakin ingin mendapatkannya.
Hingga beberapa hari kemudian Elle belum kunjung mendapatkan pekerjaan dan kini wanita itu sedang berada di rumah sakit.
"Ibu Ellena, ini administrasi yang harus anda lengkapi secepat mungkin." Ucap pegawai rumah sakit tempat kedua putranya di rawat.
Elle nampak tertegun saat melihat nominal yang harus ia lunasi, putranya baru 3 kali kemoterapi namun seluruh tabungannya hampir habis. Karena ia memang selalu ingin memberikan yang terbaik untuk mereka, seperti obat-obatan yang bagus dan juga kamar rawat inap yang baik.
Jika tabungannya habis, lalu bagaimana dengan kelanjutan pengobatan mereka? Apa ia akan menjual mobilnya saja? Tapi bagaimana mobilitas mereka nanti karena harus sering ke rumah sakit.
Setelah melunasi administrasi putranya, Elle nampak duduk termenung di kantin rumah sakit. Ia harus segera memikirkan bagaimana mendapatkan uang secepatnya.
"El, kamu di sini ?"
Tiba-tiba seorang pria menyapanya dan itu membuat Elle yang sedang melamun langsung mengangkat wajahnya.
"Dokter Rangga ?" Ucapnya.
Dokter Rangga nampak mengulas senyumnya. "Panggil saja Rangga, jika lupa lagi panggil sayang mungkin lebih baik." Seloroh pria itu sembari terkekeh lantas duduk di kursi seberang wanita itu.
Mereka memang sangat akrab karena saking intensnya berkomunikasi membahas keadaan Justin dan Austin.
"Apa ada masalah, kenapa melamun? Bukankah keadaan si kembar semakin membaik ?" Tanya dokter Rangga kemudian.
Elle memang sengaja berdiam diri di kantin agar kedua putranya tak melihat kesedihannya, setelah merasa tenang ia akan kembali menemui mereka.
Elle langsung menggeleng. "Apa putraku pasti akan sembuh seperti sedia kala ?" Tanyanya memastikan.
"Aku bukan Tuhan El, tapi aku akan berusaha semampuku. Jika cara ini gagal kita bisa gunakan cara selanjutnya." Sahut pria itu menjelaskan.
"Tolong katakan padaku ?" Elle nampak penasaran.
"Mereka harus mendapatkan donor tulang belakang dari orang tua atau saudara kandung pasien yang cocok. Tapi tidak semua yang berhubungan darah akan cocok, jadi jika ibunya tidak cocok maka bisa ayahnya atau saudara kandungnya yang lebih cocok." Terang dokter tersebut.
Elle kembali terdiam, ia bahkan tak tahu di mana ayah kandung dari anak-anaknya tersebut.
"Baiklah, akan ku pikirkan." Sahutnya kemudian.
"Untuk masalah biaya, aku bisa membantu jika kamu bersedia." Ucap dokter Rangga lagi, namun Elle langsung menggeleng kecil.
Sudah berkali-kali pria itu menawarkan bantuan dana, tapi wanita itu selalu menolaknya. Karena bagaimana pun juga tak ada yang gratis di dunia ini, pikirnya
Sementara itu di dalam sebuah ruangan nampak dua bocah kecil sedang berbincang. "Jus, apa kamu pernah berpikir darimana mommy mendapatkan uang untuk membayar pengobatan kita ?" Tanya Austin, kini mereka terlihat lebih baik meskipun sebagian rambutnya mulai rontok.
"Tentu saja aku memikirkan itu, untuk itu kita harus secepatnya mencari Daddy." Terang Justin.
"Tapi kita akan mencarinya di mana, Jus? Bahkan wajahnya saja kita tidak tahu." Tukas Austin.
"Kita tidak butuh pria yang tidak bertanggung jawab, Aus." Potong Justin yang selalu kesal saat membicarakan ayah kandungnya.
Meskipun ibunya tidak pernah mengajarinya untuk membenci pria itu, namun dengan tidak bertanggung jawabnya pria tersebut pada hidup mereka itu sudah menjadi alasan untuk membencinya.
"Baiklah, kita akan mencari Daddy baru saja." Sahut Austin dan bersamaan itu ibunya nampak masuk bersama dokter Rangga.
"Hallo anak-anak hebat, bagaimana keadaannya? Apa lebih baik ?" Sapa dokter Rangga sembari melangkah mendekat.
"Tentu saja kami sangat baik, paman dokter." Sahut Austin menanggapinya.
Sementara Justin nampak memperhatikan ibunya dan dokter tersebut secara bergantian.
"Baiklah, jika kalian baik-baik saja paman dokter akan memeriksa pasien lain." Ucap dokter Rangga seraya mengusap puncak kepala Austin, kemudian pria itu segera meninggalkan ruangan tersebut.
"Mommy, apa paman dokter baik ?" Tanya Justin setelah dokter Rangga benar-benar pergi dari sana.
"Baik, memang kenapa sayang ?" Elle nampak memperhatikan putranya itu bergantian dengan pandangan curiga.
"Tidak, kalian tidak sedang memikirkan ingin menjodohkan mommy dengannya kan ?" Imbuh Elle lagi.
"Jika benar memang kenapa mommy, bukankah dokter Rangga baik selain itu juga tampan ?" Terang Justin, lalu beralih menatap ke arah saudara kembarnya tersebut.
"Benarkan, Aus ?" Ucapnya meminta persetujuan.
Sementara Austin hanya mengedikkan bahunya, entah kenapa ia kurang begitu menyukai dokter tersebut.
"Bagaimana mommy, Mommy setujukan menikah dengan dokter Rangga ?" Justin langsung meminta kepastian.