Bukan bacaan untuk bocil.
Blurb...
"Hem..ternyata cewek cupu ini cantik juga"
Gumam Albian, saat menanggalkan kacamata tebal dari wajah Khanza.
Demi memenangkan taruhan dengan teman-temannya. Albian yang notabenenya adalah pria paling populer di kampus, sampai rela berpacaran dengan Khanza si gadis cupu dan penyendiri.
Berkat pesona yang dimilikinya. Albian berhasil membuat gadis cupu dan lugu seperti Khanza, kini pasrah berada di bawah kungkungannya.
"A-aku takut Al. Bagaimana kalau aku hamil?"
Tanya Khanza saat Albian menanggalkan kancing kemeja oversize miliknya. Namun Albian yang otaknya sudah diselimuti kabut hawa nafsu tidak mendengarkan ucapan Khanza. Meniduri gadis cupu itu adalah bagian dari taruhan mereka.
"Tenang saja sayang, semua akan baik-baik saja kok"
Ucap Albian sembari menelan salivanya saat melihat gunung kembar milik Khanza yang padat dan menantang.
ikuti kisah selengkapnya dengan membaca karya ini hingga selesai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alisha Chanel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penasaran
"Wah mereka kompak sekali ya"
Seru Rinjani saat Albian dan Rosaline mengucapkan kata yang sama, yaitu sama-sama menolak perjodohan di antara mereka.
Rosaline memang pernah mengagumi Albian, tapi setelah mengetahui sifat buruk pria itu yang hobi mempermainkan hati wanita. Tentu saja Rosaline akan menolak keras jika pria laknat seperti Albian akan di jodohkan dengan dirinya.
Hati Albianpun kini sudah terisi oleh satu nama, yaitu nama gadis yang telah melewatkan malam hangat bersamanya beberapa waktu yang lalu. Jadilah mereka berdua sama-sama menolak perjodohan tersebut meski dengan alasan masing-masing.
"Apa mama mengajakku makan di restoran ini hanya untuk membahas tentang perjodohan ini?"
Kesal Rosaline, sembari menekuk wajahnya.
"Tidak sayang, mama dan tante Rinjani hanya bercanda kok. Mama akan membiarkan anak-anak mama memilih jodohnya sendiri."
Ucap Clara menenangkan sembari mengelus rambut panjang sang putri.
"Iya sayang tante juga cuma bercanda kok" Ucap Rinjani pula.
"Sepertinya Albian juga sudah memiliki pilihannya sendiri, tante sering memergoki Albian sedang merenung sembari menatap foto seorang gadis"
Sambung Rinjani di akhiri dengan tawa kecil. Sedangkan Albian hanya bisa memutar bola matanya dengan malas karna sang mama tidak bisa menjaga rahasianya.
"Mama!" Geram Albian karna sang mama selalu saja bicara sesuka hatinya.
"Dasar playboy! Setelah merusak masa depan Khanza. Bisa-bisanya sekarang dia deket sama cewek lain"
Rutuk Rosaline di dalam hatinya.
"Untung Khanza sudah tidak ada disini. Bisa terbang hidungnya kalau mama bilang foto itu adalah foto Khanza" Batin Albian sembari menghembuskan napas lega.
Walaupun foto gadis yang Rinjani lihat di ponsel Albian adalah foto Khanza dengan penampilannya yang dulu, tetap saja Albian merasa cemas sang mama akan mengenali Khanza jika bertemu dengan gadis itu secara langsung.
"Oh iya Khanza dimana Ros? Mama tidak melihat dia sedari tadi"
Tanya Clara sembari mengedarkan pandangannya keseluruh area restoran milik Rinjani, untuk mencari keberadaan Khanza.
"Khanza udah pulang lebih dulu mah, dia bilang selera makannya sudah hilang setelah bertemu pria menyebalkan"
Sinis Rosaline sembari menatap tajam ke arah Albian.
"Yah sayang sekali, padahal mama belum membelikannya hadiah apapun" Sesal Clara karna sedari tadi ia terlalu asik sendiri, sampai melupakan keberadaan Khanza.
Rencananya Clara akan mengajak Rosaline dan Khanza ke sebuah mall setelah makan malam mereka usai. Tapi gadis itu malah pulang lebih dulu.
"Tak apa mah, kita akan tetap membeli hadiah untuk Khanza setelah makan malam. Dan memberikan hadiah itu pada Khanza saat kita tiba di rumah nanti" Kata Rosaline dan langsung setujui oleh sang mama.
"Apa Khanza tinggal di rumah Rosaline sekarang? Tapi kenapa?" Batin Albian.
Albian tak habis pikir kenapa Khanza sekarang tinggal di rumah orang lain? sedangkan ia masih memiliki keluarga sendiri.
***
Agar rasa penasarannya hilang, akhirnya Albian mendatangi rumah Khanza keesokan harinya.
Albian masih mengingat jalan menuju rumah gadis taruhannya itu karna pernah mengantarkan Khanza pulang ketika mereka masih menjadi sepasang kekasih dulu.
"Eh dek, kak Khanza ada?"
Tanya Albian pada Rizky adiknya Khanza. Anak itu baru saja keluar dari rumah dan akan pergi ke sekolah saat Albian datang.
"Kakak temennya kak Khanza ya?"
Rizky malah balik bertanya.
"Iya, kakak temannya kak Khanza" Albian menganggukan kepalanya.
"Kakak, tolong bilangin sama kak Khanza supaya cepet pulang ya, soalnya masakan mama gak enak. Aku kangen masakan kak Khanza"
Adu Rizky dengan wajah yang memelas, membuat Albian hanya bisa mengerutkan dahinya saja.
"Rizky, kamu belum berangkat juga?" Tanya Sarah.
Karna melihat putranya berbicara dengan orang asing Sarahpun akhirnya keluar dari dalam rumah.
"Ini mau berangkat mah" Ucap Rizky sambil berlalu pergi meninggalkan rumah.
Sekolah Rizky jaraknya memang cukup dekat dari rumah, jadi dia biasa berangkat dan pulang sekolah seorang diri saja.
"Kamu siapa? Cari siapa?"
Tanya Sarah pada pria asing dihadapannya.
"C-cari Khanza tante" Ucap Albian terbata.
"Khanza?" beo Sarah. Mendengar nama Khanza di sebut ekspresi di wajahnya langsung berubah tidak ramah.
"Apa kamu laki-laki itu?" Umpatnya dengan mata yang menyelidik.
"Apa kamu laki-laki yang telah merusak Khanza hah?"
deg!
Albian hanya bisa diam saat tuduhan itu di tujukan kepadanya.
"Jawab, apa kamu bisu?!" Teriak Sarah lagi.
Teriakannya cukup keras sampai mengundang para tetangga sekitar datang.
"Sudah cukup mah, malu di lihat tetangga"
Peringati Yudi sembari menenangkan sang istri.
"Kamu sebaiknya pulang saja. Karna Khanza sudah tidak tinggal di rumah ini lagi sekarang"
Beri tahu Yudi pada Albian, sebelum ia membawa istrinya masuk ke dalam rumah.
Albian hanya bisa terdiam sembari memasang ekspresi wajah yang tak terbaca.
***
"Kakak kamu itu sepertinya memang sudah benar-benar melupakan kita!"
Umpat Sarah saat mendengar kabar terbaru tentang Khanza dari Vania.
Vania menceritakan tentang pertemuanya yang tak sengaja dengan sang kakak pada seluruh keluarganya. Vania juga memberitahukan pada semunya tentang penampilan sang kakak yang sekarang sudah jauh lebih cantik dari sebelumnya.
"Setelah berhasil menjerat pria kaya dengan cara hamil anak dari pria itu lebih dulu, sekarang dia lupa pada kita!"
Geram Sarah sembari meremat ujung daster lusuhnya.
"Mama, jangan bicara seperti itu. Kak Khanza itu wanita baik-baik mah" Vania tak terima karna kakaknya di tuduh yang tidak-tidak.
"Wanita baik-baik kok hamil di luar nikah" Sinis Sarah sembari mencebikkan bibirnya.