Di Benua Tian Yuan, semua orang berlatih Dao Sihir hingga ke puncak, menjadi dewa abadi sejati. Itu telah di lakukan dari generasi ke generasi, tradisi yang orang semua percaya bahwa Dao Sihir adalah satu-satunya jalan menuju puncak keabadian.
Namun Jian Xin, pemuda sampah yang di anggap sebagai pemborosan oleh semua orang tiba-tiba muncul dengan Jalan Dao yang berbeda. Jalan Dao yang menantang langit, jalan Dao yang telah di tinggalkan semua orang. Yaitu Dao Pedang .....
Dengan hati Dao Pedang yang kuat, dia menempuh jalan yang lebih sulit dan menyakitkan dari orang lain. Semua untuk membuktikan bahwa Dao yang dia miliki bisa membawannya ke puncak!
Dalam perjalanan yang menyakitkan itu, dia tiba-tiba menemukan rahasia besar yang telah lama menghilang. Rahasia yang di tinggalkan oleh Dewa Dao pertama!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Soccer@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11 : Logam Sihir!
Setelah meninggalkan paviliun senjata, Jiang Xin berputar-putar di sekeliling halaman Klan. Dia sebenarnya ingin mencari ayahnya dan memberitahu insiden yang terjadi di Paviliun Senjata, namun setelah berpikir tentang kondisi ayahnya saat ini. Dia memutuskan untuk tidak merepotkan orang tua itu.
Beberapa saat kemudian, Jiang Xin tiba di depan sebuah gudang pembuangan senjata bekas yang sudah tidak terpakai.
Berjalan mendekat, Jiang Xin dengan pelan mendorong pintu kayu lalu melangkahkan kakinya ke dalam ruangan. Begitu dia memasuki ruangan, dia segera menemukan ribuan besi tua yang menumpuk membentuk gunung di dalam ruangan.
"Guru, apakah benda-benda ini bisa di gunakan?" tanya Chen Xuan sambil menatap tumpukan besi yang di penuhi oleh debu dan karat di depanya.
Cahaya abu-abu perlahan keluar dari dalam pisau emas kemudian membentuk tubuh pria tua ilusi yang tidak lain adalah Shen Jian.
Shen Jian melayang di depan tumpukan besi tua yang menggunung, alisnya sedikit mengerut saat dia mengelus janggutnya sambil berpikir.
"Senjata-senjata tua ini telah di tinggalkan terlalu lama, sehingga unsur besi di dalamnya juga telah berkurang sangat banyak!" kata Shen Jian.
Mendengar ini, Jiang Xin bertanya dengan penasaran. "Guru, sebenarnya apa yang ingin guru lakukan dengan banyak besi?"
"Guru akan membangun tubuh fisik yang baru untukmu, dan ini membutuhkan banyak unsur besi sebagai bahan utama. Jika unsur besi tidak memenuhi standar, hasilnya juga tidak akan baik!" ujar Shen Jian, kemudian menjelaskan. "Saat ini, kamu sedang berada dalam tahap pelatihan yang penting. Apa yang kamu lakukan hari ini akan menentukan pencapaianmu di masa depan, dan jika itu tidak di lakukan dengan baik. Kelak, di masa depan. Kamu akan sangat menyesalinya!"
"Guru sangat mementingkanku." kata Jiang Xin saat perasaan hangat merayap di hatinya.
"Tentu saja, kamu adalah murid keduaku selama jutaan tahun. Dan kamu juga satu-satunya penerus Jalan Dao Pedang, jika kamu tidak tampil hebat di masa depan. Maka itu akan membuat malu para pendahulumu!" ucap Shen Jian dengan senyum tipis di wajahnya, setelah itu. Dia menatap tumpukan besi tua di depannya dengan hati-hati.
Jiang Xin juga tersenyum dan berhenti bertanya tetapi memandang tumpukan besi tua di depan dengan hati-hati.
Pada saat ini, dari balik tumpukan besi tua. Terlihat sebuah cahaya kilauan samar yang redup, dan itu sangat sulit untuk di temukan. Bahkan Jiang Xin tidak melihat cahaya tersebut, tetapi Shen Jian yang berdiri paling dekat tentu saja menemukan fenomena itu.
"Ada sesuatu di dalam sana!" gumam Shen Jian dengan ekspresi penasaran di wajahnya, setelah itu. Dia melambaikan tangannya.
Ketika Shen Jian melambaikan tangannya, semua tumpukan besi yang terlihat di permukaan segera bergetar, dan perlahan. Itu meninggalkan tumpukan besi hanya untuk menggantung di udara.
Melihat ini, ekspresi di wajah Jiang Xin menunjukan kejutan saat dia berseru. "Bagaimana mungkin?"
Shen Jian tersenyum tipis kemudian bergerak ke arah kilau putih itu berasal, kemudian. Dia mengulurkan tangannya yang ilusi dan memasukkannya ke dalam tumpukan besi.
"Guru, apa yg kamu lakukan?" tanya Jiang Xin dengan penasaran.
"Guru menemukan sesuatu yang bisa membantu!" kata Shen Jian sambil mendorong jauh tangannya ke dalam tumpukan besi.
"Oh. " Jiang Xin terkejut lalu memperhatikan dengan penasaran.
Beberapa saat kemudian, Shen Jian menarik kembali tangannya dari dalam tumpukan besi, dan begitu tangannya keluar. Orang bisa melihat sebuah kepingan logam yang permukaanya di penuhi oleh karat.
Melihat ini, Jiang Xin dengan wajah heran bertanya. "Guru, apa ini?"
"Logam berkarat, apa kamu tidak bisa melihatnya?" Shen Jian menatap Jiang Xin dengan aneh.
Wajah Jiang Xin di penuhi garis-garis hitam.
"Hehe. " Shen Jian tertawa, kemudian berkata. "Ini adalah Logam Mulia, di Benua Tengah. Orang-orang menyebutnya Logam Sihir, benda ini tidak berasal dari Benua ini tetapi berasal dari benda-benda di luar dunia. Logam Sihir ini mengandung Unsur Besi yang sangat besar, bahkan jika itu di biarkan dalam air selama ratusan tahun. Tetap saja, Unsur Besinya tidak akan menghilang!"
"Benarkah?" Jiang Xin menatap Logam berkarat di telapak tangan Shen Jian dengan terkejut, dia tidak menyangka bahwa ada benda seperti itu di dunia ini.
"Heheh, kamu harus bersyukur bahwa orang-orang Klan Jiang tidak mengetahui tentang Logam Sihir ini atau mereka tidak akan membuangnya di tempat ini!" tawa Shen Jian.
"Oh, memangnya apa kegunaan lain dari Logam Sihir ini?" tanya Jiang Xin.
"Banyak!" Shen Jian menatap Logam berkarat di tangannya sambil berkata. "Logam sihir ini tidak hanya berguna untuk menempa tubuh pedang, tetapi juga bisa di gunakan untuk membuat senjata berkualitas tinggi. Ini mungkin tidak begitu berguna bagi Praktisi Dao Sihir yang mengandalkan senjata berunsur elemen, tetapi bagi Praktisi Dao Pedang. Ini adalah harta karun yang tidak terbayangkan, dalam hal ini. Aku aku harus memuji keberuntunganmu nak!"
"Benarkah?" Jiang Xin terkejut, lalu berkata dengan semangat. "Jika begitu, apa aku akan memiliki pedang yang hebat?"
"Tentu saja!" Shen Jian mengangguk, kemudian berkata. "Ayo, bahan sudah terkumpul. Sekarang kita akan membentuk tubuh pedang yang kuat untukmu!"
Setelah mengatakan itu, dia segera berubah menjadi asap abu-abu dan masuk ke dalam pisau emas yang terselip di pinggang Jiang Xin.
Saat itu terjadi, besi-besi yang menggantung di langit secara serempak jatuh di atas tumpukan besi lainya. Menciptakan suara dentingan logam yang memekakkan telinga.
"Guru, apa yang kamu lakukan?" protes Jiang Xin dengan kesal.
"Oh, maaf. Aku lupa bahwa besi-besi itu masih ada di sana!" Suara santai Shen Jian terdengar di telinga Jiang Xin, membuat pemuda itu tidak bisa membatu tetapi mengumpat dengan kesal.
Beberapa saat kemudian, Jiang Xin mendengar suara langkah kaki yang tergesa-gesa berjalan mendekat. Kemudian, pintu kayu terbuka dan seorang pria paruh baya muncul di hadapan Jiang Xin.
Menyapu ruangan dengan matanya, tatapan pria paruh baya itu jatuh di tubuh Jiang Xin yang berdiri sendirian. Sudut matanya menyipit saat dia dengan curiga bertanya. "Jiang Xin, apa yang kamu lakukan di sini?"
Jiang Xin terkejut, namun dia dengan cepat menstabilkan kepanikan di dalam hatinya. Lalu dengan ekspresi tenang, dia berkata. "Tidak ada, aku hanya melihat-lihat apakah aku bisa menemukan senjata untuk aku gunakan?"
"Mencari senjata?" Pria paruh baya itu menatap pemuda di depannya dengan heran, lalu berkata dengan aneh. "Jiang Xin, kamu harus tahu bahwa ini bukan Paviliun Senjata tetapi gudang pembuangan besi tua. Kamu tidak bisa mendapatkan apapun di sini!"
"Ya, aku tahu. " Jiang Xin mengangguk, kemudian dengan acuh tak acuh berkata. "Sebelumnya aku pergi ke Paviliun Senjata, tapi penjaga Paviliun tidak mengizinkan aku untuk mengambil senjata di sana. Alasannya karena aku adalah orang yang tidak berguna!"
Mendengar ini, pria paruh baya itu menghela nafas. Setelah itu berkata. "Kamu bisa mencari pemimpin Klan, dia akan membantumu untuk mendapatkan senjata. Itu lebih baik daripada mencari senjata di tempat ini!"
"Baiklah, aku akan mencari ayahku. Terimakasih atas sarannya tetua Ning!" kata Jiang Xin sambil berjalan melewati Tetua Ning sebelum akhirnya menghilang di balik pintu.
Melihat ini, Tetua Ning menggelengkan kepala. Tatapannya menyapu ruangan sekali lagi sebelum akhirnya berbalik dan menutup pintu kayu.