Kejora wanita yang memiliki sindrom bersin-bersin jika sedang berbohong layaknya sebuah cerita Pinokio, di undang ke sebuah pernikahan yang sangat mewah dan megah sebagai tamu VVIP tanpa tahu yang menjadi pengantin pria nya adalah atasan di tempatnya bekerja sekaligus pria yang selalu antipati terhadapnya.
Dan tanpa di duga oleh Kejora di tempat itulah ia terjebak dijadikan pengantin pengganti di saat mempelai wanita atasannya itu melarikan diri.
"Kenapa harus aku?" KEJORA
"Karena kau satu-satunya wanita yang tidak akan pernah bisa membuat aku jatuh cinta." MARS
Dua nama yang berada di tata Surya akankah bisa bersatu? Akankah Kejora bisa menaklukkan planet merah itu, di saat ada sebuah nama wanita lain di hati Mars sejak dulu? Apakah Mars tercipta untuk Kejora? Ataukah tercipta untuk wanita lain?
Jangan lupa follow aku dibawah ini
Ig mom_tree_17
Tik Tok Mommytree17
Ig mom_tree_17
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 21
"Kalian sudah saling mengenal?" Dila menatap Mars dan Kejora, secara bergantian.
Baik Kejora dan Mars, saling diam dan menatap. Mereka berdua begitu terkejut, dipertemukan di tempat yang tidak terduga.
"Mars! Kau mengenal Kejora?" Dila menatap intens putranya.
"Eh, dia itu karyawan aku." Jawab Mars, dengan ekspresi datarnya.
"Karyawan?" Dila beralih menatap Kejora.
"Oh my God, mati aku." Kejora tersenyum kaku, tiba-tiba ia merasa hawa di sekitarnya berubah menjadi sangat panas. Kejora teringat pada perkataannya tentang Mars pada Aunty Dila. "Mudah-mudahan Aunty lupa, dengan semua yang pernah aku ceritakan tentang Mars."
"Kejora, apakah pria ini yang kau sebut, kejam dan tidak berperasaan. Tua, gendut, dan botak. Bukankah kau bilang pria itu menggunakan nama planet?" Dila menautkan kedua alis matanya. "Dan pria itu adalah pria yang sama yang kau sebut sebagai atasanmu?"
"Eh itu -- "
"What? Dia mengatakan aku apa?" Mars mulai meninggikan suaranya.
"Dia cerita kalau atasan nya itu --- "
"Tidak Aunty, kau salah. Pria itu bukan tuan Mars." Setelah mengatakan itu, Kejora mulai bersin-bersin.
"Kau jangan bohong, Kejora! Kalau memang pria itu adalah Mars, maka Aunty akan menghukumnya." Geram Dila, menatap tajam pada Mars. Lalu menatap Tom, yang ada di sebelah Mars. Dila merasa kesal, kenapa Tom tidak menceritakan semua perbuatan buruk Mars kepadanya.
Tom yang di tatap tajam oleh Nyonya Dila, hanya bisa menundukkan kepalanya. "Alamat tidak bisa melihat matahari terbit." Gumam Tom, dalam hati.
"Tidak Aunty, aku tidak bohong. Hacih .. hacih. Pria itu bukan tuan Mars, Hacih .. hacih .. " Kejora yang terus berbohong, semakin memperparah bersin-bersinnya.
"Kejora, kau jangan takut. Aunty -- "
"Mom, sudahlah! Ini hari pernikahan aku, dan aku tidak ingin membahas hal yang tidak penting." Mars menatap Kejora, yang terlihat menundukkan kepalanya.
Dila menepuk bahu Mars, dengan kencang. Lalu menatap Kejora yang terlihat bersin-bersin.
"Kejora, kau kenapa?"
"A-aku tidak papa, Aunty." Kejora berusaha menahan bersin-bersinnya.
"Kau yakin?" Dila memberikan sapu tangannya untuk Kejora.
"Iya, Aunty. Aku tidak papa, hacih .. hacih .."
Dila menghela napasnya, lalu matanya menatap tajam pada Tom.
"Tom, ikut aku!" Dila berkata dengan tegas.
"Baik, Nyonya." Tom kini hanya bisa pasrah pada nasibnya. Bekerja dengan keluarga Graham, selalu membuatnya sport jantung.
"Kejora, Aunty keluar dulu. Kau tunggulah sini!"
Setelah melihat Kejora menganggukkan kepalanya, Dila bergegas keluar dari ruangan dengan di ikuti oleh Tom. Meninggalkan Kejora, yang sedang di tatap tajam oleh Mars.
"A-aku permisi dulu." Kejora yang hendak pergi, langkah kakinya terhenti saat tangannya di cengkram oleh seseorang.
"Aku pastikan, kau akan mendapatkan hukuman! Karena sudah berani menghina diriku." Setelah mengatakan ancamannya, Mars menghempaskan tangan Kejora dengan sangat kasar, lalu berjalan menghampiri Boy dan Agam.
"Hacih .. hacih ..., ya ampun. Kenapa hari ini sial sekali." Gumam Kejora, melangkahkan kakinya hendak pergi dari tempat yang membuatnya sesak napas. Namun lagi-lagi langkahnya terhenti, saat tangannya kembali di cengkram oleh seseorang.
"Kejora, kau mau ke mana?" Venus menarik tangan Kejora, membawanya duduk di kursi yang ada di ruangan tersebut.
"Venus, hacih ... Maaf, aku harus keluar dari ruangan ini." Kejora harus segera mencari tempat, yang bisa membuatnya tenang. Agar bersin-bersinnya bisa berhenti.
"Tapi -- " Venus menatap Kejora yang dari tadi bersin-bersin. "Kau sakit?"
"Tidak, aku tidak sakit. Aku hanya butuh udara segar, agar bersin-bersin ku hilang."
"Oh, kalau begitu aku temani." Venus membawa Kejora, keluar dari ruangan.
Mereka berdua kini berada di ballroom, yang sudah mulai di datangi oleh para tamu undangan. Kejora yang masih bersin-bersin, terus berjalan di sisi Venus. Namun Langkahnya langsung terhenti, saat matanya menangkap sosok yang selama ini dibencinya. Sosok yang sudah membuat ayahnya bangkrut, sosok yang sudah membuat ayahnya pelan-pelan meninggal dunia. Sosok yang sudah menyiksanya, dan membuatnya mengalami trauma yang berkepanjangan.