seorang wanita yang memiliki sifat pendiam ternyata memiliki khas pesona tersendiri,sehingga menarik perhatian peria,termasuk kakak sepupunya sendiri.
keceriaannya hilang seketika ketika kakak sepupunya membuatnya sangat trauma.
ingin tau yuk ikut i terus keseruan ceritanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Naseha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10 ; Ratapan orang tua
setelah para guru berhasil mengumpulkan wali siswi hai si yang memiliki kaitan dengan kasus Sovia lalu kepada sekolah segera menjelaskan kenapa mereka di panggil ke sekolah,beberapa dari mereka menyangka bahwa mereka akan mendapat bantuan atau kabar bahagia tetang anaknya.
namun siapa sangka setelah kepala sekolah menjelaskan seketika itu wajah-wajah nahan emosi,namun di antara mereka juga ada yang tidak terima atas tuduhan yang di tujukan untuk anaknya,pada hal setau mereka anak mereka adalah anak-anak yang baik.
"gak mungkin pak anak saya melakukan hal tersebut yang saya tau anak saya orangnya mudah bergaul dan juga tidak pernah main kasar dengan teman sendiri".
setelah beberapa dari mereka merasa tidak terima akhirnya kepala sekolah menunjukan barang bukti berupa rekaman vidio percakapan anak-anaknya waktu di kantin ternyata ayah Sovia secara diam-diam telah merekam semua percakapan mereka.
setelah vidio rekaman selesai di tonton lalu para wali tersebut merasa kaget dan bingung harus berbuat apa,mereka takut bila anaknya akan di laporkan ke kantor polisi.
"Dasar ini anak di suruh sekolah yang bener malah bikin ulah kayak gini bikin orang tua malu".
cetus salah seorang dari mereka yang tidak abis pikir dengan kelakuan anaknya,pada hal anak perempuan kok bisa nakalnya melebihi anak laki-laki.
"sudah lah ibu-ibu jangan marah i anaknya lagi,yang seharusnya kita pikirkan saat ini bagaimana caranya agar keluarga Sovia mau memaafkan kelakuan anak kita".
setelah selesai musyawarah akhirnya mereka memutuskan untuk menjenguk Sovia dan bersedia membantu kedua orang tua Sovia untuk menanggung semua biaya pengobatan Sovia sampai Sovia benar-benar sembuh.
bagaikan ada yang hilang dalam hidup Bram menjadikan Bram hampir putus semangat untuk berjuang demi Sovia,melihat putrinya terbaring lemah membuat hati Bram juga ikut melemah seakan benar-benar kehilangan semangat untuk hidup,namun Bram harus tetap berjuang demi putri penyemangatnya.
setelah Bram mencari rumah sakit rujukan Sovia,sekitar setengah jam perjalanan akhirnya Bram sampai,ia langsung menuju ruangan di mana Sovia di rawat dan dari kejauhan Bram melihat istrinya sedang duduk dengan raut wajah yang sangat sayup dan terlihat matanya memerah akibat terlalu lama menangis.
Bram lalu menghampiri istrinya yang duduk di kursi yang ada di depan ruang rawat inap Sovia,istrinya yang menyadari keberadaan Bram langsung memeluk dan merintih menanggapi keadaan putrinya.
"bagaimana ke adaan anak kita?..semua baik-baik saja kan?...
lalu Bram menatap wajah Sonia dengan sejuta pengharapan,ketika Sonia menjelaskan kondisi Sovia saat ini benar-benar membuat Bram meneteskan air mata seakan tanda ia benar-benar sudah tidak kuat menahan kesedihan ini,tapi demi anak dan istrinya ia haru tampak kuat.
"tadi Sovia sempat sadar dan ingin memeluk ku tapi tiba-tiba Sovia menjerit kesakitan dan meremas perutnya,setelah di periksa dokter ternyata usus besarnya mengalami pembengkakan yang menimbulkan rasa sakit dan nyeri dari dalam perut dan dokter menjelaskan bahwa Sovia harus menjalan ni rawat inap terlebih dahulu jika besok tidak ada perubahan maka Sovia harus menjalani oprasi".
Bram dan Sonia hanya bisa berharap dan terus berdoa supaya Sovia bisa sembuh seperti semula dan mereka tetap di beri kekuatan untuk terus bersabar.
tak selang beberapa lama akhirnya mereka di perbolehkan untuk masuk ke ruangan dan menjaga Sovia,sesampainya di dalan ruangan Sonia yang melihat Sovia hanya bisa meneteskan air mata.
"kenapa kamu jadi seperti ini nak?..kenapa harus kamu yang ngalamin ini nak?..Sovia yang sabar ya ibu dan ayah akan terus berjuang agar Sovia cepat sembuh,Sovia janjikan akan terus bersama ayah dan ibu,bangkit lah nak demi senyum mu yang saat ini ibu sendiri tidak dapat melihatnya lagi".
mendengar rintihan dari istrinya Bram hanya bisa memberi pelukan untuk istrinya dan mencoba menenangkan hati istrinya walau pun kondisi hatinya sendiri sedang dalam keadaan tidak tenang,tapi demi istrinya ia harus tetap kuat.
hari mulai berganti siang berubah menjadi malam,namun Sovia masih tetap dalam lelap tidurnya sementara ibunya tidak mau di ajak pulang untuk sekedar mandi dan makan malam.
karena istrinya benar-benar tidak ingin meninggal kan Sovia akhirnya Bram yang pulang dan mengambilkan beberapa baju untuk ganti istrinya dan membawakan makan malam yang sengaja ia masak sendiri,karena Bram harus benar-benar menghemat untuk biaya rumah sakit Sovia.
saat ini mereka menghabiskan waktu malam di rumah sakit dan mereka mencoba ambil posisi yang nyaman untuk tidur dan menikmati seakan do rumah sendiri,namun tetap saja mereka hanya bisa terjaga karena suasana yang berbeda.
tak terasa pagi mulai menyambut hari,namun mereka hanya bisa terjaga sampai i kejutkan dengan sadarnya Sovia dan memanggil ayah dan ibunya.
"ayah...ibu".
seketika ibunya pun berdiri dengan semangatnya melihat putrinya sudah sadar dari tidur panjangnya.
"iya sayang ayah dan ibu di sini,Alhamdulillah akhirnya putri ibu sadar juga,Sovia mau apa ?..sarapan biar ibu ambil kan nya".
Sovia lalu tersenyum tipis melihat kedua orang tuanya begitu perhatian kepadanya,karena selama ini yang Sovia kira orang tuanya hanya sibuk masing-masing dengan pekerjaannya.
setelah usai menyuapi sarapan untuk Sovia kalau ibunya memeluk Sovia dengan belaian hangat yang ibu berikan untuk Sovia.
"ibu janji setelah kejadian ini ibu akan selalu mengawasi mu dan tidak akan ada yang bisa menyentuh anak ibu tanpa izin dari ibu".
Sovia hanya terdiam dalam hatinya sangat bahagia akhirnya Sovia bisa melihat sifat asli ibunya yang selama ini belum pernah sama sekali Sovia lihat.
setelah drama antara anak dan ibu ini selesai kalau Sovia menatap wajah ibunya yang sekarang baru terpancar kebahagiaan.
"bu...ibu jangan khawatir berlebihan kepada Sovia,ibu juga harus memikirkan kesehatan ibu,jangan karena Sovia sakit ibu jadi ikut-ikutan sakit terus nanti yang jaga in Sovia siapa?.."
ibunya mulai tersenyum lepas setelah melihat Sovia sudah mau buka suara untuk nya,kemudian tak selang beberapa lama akhirnya datang beberapa orang menjenguk tapi tidak dengan Dika sebagai saudara mengetahui Sovia di rawat di rumah sakit untuk sekedar menjenguk saja enggan,justru berbeda dengan orang lain yang pada hal belum tentu orang tua Sovia dan Sovia sendiri kenal malah rela menjenguknya.
"Assalamualaikum,bagai mana keadaan mu nak?..apakah semua sudah mulai membaik?.."
tanya kepada sekolah kepada Sovia dan di sana juga terlihat empat sekawan dan orang tuanya juga ikut menjenguk.
"Alhamdulillah pak sudah rumahan baik dan sedikit ada perubahan".
"Sovia kami semua minta maaf sudah membuat kamu seperti ini kami juga berjanji tidak akan mengulang i lagi"
sahut dari empat sekawan yang sepertinya telah menyesali perbuatan ya.
"bapak ibu kami siap membantu untuk pengobatan Sovia sampai sembuh dan kami juga benar-benar minta maaf atas perbuatan anak kami".