Alisa terpaksa menerima pernikahan kontrak dengan seorang CEO kakak dari sahabatnya, yang di tinggal pergi oleh calon istrinya saat 1 hari acara pernikahan mereka.
Alisa menerima pernikahan itu dengan terpaksa, karena ayahnya yang membutuhkan uang yang lumayan banyak untuk pengobatan jantungnya.
Selama 5th menjalani pernikahan kontrak itu, pernikahannya terbilang baik baik saja, karena suaminya menerima keberadaan Alisyah di sisinya, karena Alisa gadis yang penurut dan pintar mengambil hati suami dan keluarganya.
Namun pernikahan yang sudah berjalan 5th itu harus kandas karena ke datangan calon istri sang suami yang telah menghilang tanpa kabar selama 5th itu.
Lalu bagaimana kehidupan Alisa setelah itu?
Yuk.... Ikuti cerita selengkapnya, jangan lupa tinggalkan jejak😁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
**Masih REVISI**
Raffi menatap bangga adik iparnya itu, sungguh Alisa yang sekarang jauh lebih tegas, dari yang dulu hanya akan manut saja saat di hina oleh mamanya itu, Raffi keluar dari persembunyiannya, dan mengagetkan ibu tirinya itu dengan gelak tawa di bibirnya.
"Hahaha.... Gimana ma, apa kau bisa menindas menantumu seperti dulu kala, pasti tidak akan bisa, andai pun dia pergi lagi dari Rafael, justru anak mu itu yang akan gila, klau lihat. Betapa cintanya Rafael kepada Alisa, bahkan saat di tinggal sama Anita saja, Rafael tidak saya lihat dia frustasi, dan dengan mudahnya dia menerima permintaan mama untuk menikahi Alisa, bahkan selama menikah tidak sekalipun saya melihat Rafael berusaha mencari Anita, tapi.... Saat Alisa yang pergi dari hidupnya, dia hancur se hancur hancurnya, berapa kali wanita murahan itu membuka selangkangannya di depan Rafael, namun Rafael tidak tergoda sedikitpun, justru Rafael jijik melihat wanita itu, Rafael setia menunggu kedatangan Alisa kembali, aku harap mama sadar diri untuk itu, jangan memaksakan kehendak mama sendiri, jangan sampai mama menyesal di kemudian hari." ujar Raffi yang tadi juga baru datang, dan melihat mama sambungnya itu menarik kasar tangan Alisa, dan dia juga mendengar pembicaraan mereka.
Bu Sarah terjengkit kaget mendengar suara orang di belakangnya, dia tidak menyangka aksinya tadi di lihat oleh anak sambungnya, sungguh Bu Sarah tidak tau harus berbuat apa dan tidak bisa membela diri.
"R-raffi...." gumam bu Sarah menatap sang anak dengan wajah gugupnya.
"Sudahlah ma, tidak usah menunjukan wajah melas mama itu, untuk apa mama datang ke sini, bukankah mama bilang, mama tidak bisa mencium bau rumah sakit, sekarang pergilah dari sini, takutnya mama pingsan di sini." ucap Raffi dengan sinis, bu Sarah memang sangat jarang darang kerumah sakit, dengan alasan dia tidak bisa mencium bau rumah sakit, dan membuat dia pusing dan ingin pingsan katanya, jelas jelas bukan itu alasan bu Sarah, dia tidak yang tidak ingin menunggui mertuanya itu di rumah sakit, dan memilih bersenang senang di luar sana.
"Dasar anak si alan, bisa bisanya dia berkata seperti itu dengan ku, kenapa ngak mati saja bersama ibunya dulu." gerutu bu Sarah menatap kepergian Rafael.
"Tidak usah mengumpat saya dari belakang ma, beruntung saya tidak mati bersama mama saya waktu itu, andai saya tidak ada, belum tentu papa saya akan mau bersama anda, anda tentu masih ingat bukan, anda menikah dengan papa saya karena apa." seru Raffi tanpa melihat bu Sarah.
Bu Sarah di buat kaget mendengar ucapan sang anak sambung, bagaimana bisa Raffi tau dia sedang mengumpat dirinya, apakah Raffi cenayang, pikir bu Sarah.
"Assalam mu'alaikum, oma opa." seru Alisa masuk ke dalam ruangan oma Prita.
"Wa'alaikum salam, sayang." seru Oma Prita dan Opa Sean.
"Gimana kabar oma hari ini." ucap Alisa setelah bersalaman dengan opa Sean dan oma Prita.
"Jauh lebih baik dari kemaren, karena sekarang oma sudah punya banyak penyemangat hidup oma." kekeh oma Prita, memang itu ada benarnya, oma Prita siuman karena mendengar suara cucu menantunya yang sangat dia rindukan, di tambah kehadiran cicit cicit yang menggemaskan, sudah barang tentu semangat sembuh oma Prita kembali hadir.
"Ahhh.... Syukurlah, aku jadi sangat senang, coba aku periksa dulu ya." ujar Alisa lembut.
"Mmm.... Ini sangat mengejutkan, oma benar benar sudah berangsur sembuh, tapi.... Kita akan melakukan operasi, apa oma siap." tanya Alisa menatap lembut mata sang oma.
"Oma sangat siap, sayang. Oma ingin cepat sembuh dan bermain bermain bersama cicit cicit oma." ucap Oma Prita dengan suara yang masih sedikit lirih.
Alisa tersenyum dan memeluk hangat sang oma.
"Maafkan Alisa ya oma, gara gara Alisa oma jadi sakit." lirih Alisa, sungguh ada penyesalan di dalam dirinya.
"Tidak nak, ini bukan salah mu, sudah memang saatnya oma sakit, kau tau bukan, oma sudah tidak muda lagi, sudah barang tentu akan sering sakit sakitan." terang sang oma, dia tidak ingin Alisa menyalahkan dirinya, mungkin sakitnya oma Prita memang bersangkutan dengan kepergian Alisa, namun itu bukan kesalahan Alisa sepenuhnya, Alisa pergi karena di usir oleh mertuanya, suaminya juga hanya diam saat dia di usir, dan dia dan sang suami juga tidak dapat berbuat apa apa saat itu, wajar Alisa pergi dan tidak ingin bertemu dengan mereka yang telah melukai wanita cantik itu.
Di tempat yang berbeda, Rafael membawa si kembar ke perusahaannya, karena ada beberapa pekerjaan yang tidak bisa dia tinggalkan.
"Ayah, kita mau kemana?" tanya Arsyi, saat ini si kembar memang di asuh oleh sang ayah, karena bundanya sedang di rumah sakit, Rafael tidak ingin si kembar berlama lama di kembar di rumah sakit, karena takut si kembar terserang penyakit.
"Temani ayah ke kantor ya, ayah ada meeting sebentar, setelah itu kita main di time zone." ujar Rafael menatap sayang sang anak.
"Asiiikkkk.... Kita ikut ke kantor." girang Arsyi, sementara Arsya hanya tersenyum tipis, walau dia juga senang bisa ikut ke kantor sang ayah.
"Apakah kau senang boy...." tanya Rafael menatap anak laki lakinya itu.
"Tentu saja aku senang Yah, aku ingin melihat kantor ayah seperti apa." sahut Arsya.
"Tapi... Nanti kita ke rumah sakit bezuk oma kan. Yah?" tanya Arsyi.
"Iya, kita akan membezuk oma, tapi... Kita tunggu kabar dari bunda dulu, apakah oma boleh di bezuk atau tidak, nanti klau tidak bisa di bezuk kan percuma kita datang ke sana." ujar Rafael memberi pengertian.
Arsyi dan Arsya mengangguk tanda mengerti, walau mereka sangat ingin bertemu oma buyut mereka, tapi tidak apalah daya, mereka harus sabar menunggu sebentar lagi.
"Ayo.... Kita ke kantor ayah." ajak Rafael menggandeng ke dua tangan si kembar, sementara di belakang ada si mbak yang menyusul dengan membawa tas si kembar.
"Makasih bibi, sudah membantu membawakan tas kami." sopan Arsyi kepada pembantunya, memang begitulah si kembar kepada para pekerja di rumahnya, karena sudah di ajarkan oleh sang bunda dan kakek nenek mereka. Mereka harus menghormati orang yang lebih tua, walaupun orang tersebut adalah pekerja mereka sekalipun, mereka harus hormat kepada yang lebih tua.
"Sama sama nona Arsyi." ujar si bibi terharu mendapat perlakuan baik dari nona mudanya itu, tidak menyangka anak sekecil itu bisa berterimakasih, sudah berapa kali dia berganti majikan, baru kali ini si bibi di hargai oleh anak bosnya, tentu saja si bibi terharu.
"Kami pergi dulu ya bi, jaga rumah ya, klau bibi capek, bibi istirahat saja dulu, nanti baru di lanjutkan pekerjaannya lagi, jangan memaksakan diri untuk bekerja, nanti sakit." Sekarang si bibi dapat perhatian dari Arsya, sungguh rasanya bibi ingin menangis saat ini, mendapatkan perlakuan baik dari dua bocah kecil itu.
"Oh iya, nanti klau bibi mau pulang, makanan yang di meja makan yang sudah di pisah di dalam box itu punya bibi." lanjut Arsyi dengan suara ramahnya.
"Baik Non." ujar sang bibi makin terharu, bukan hanya anak anak itu yang ramah, ternyata majikannya juga perduli dengan pekerjanya, jadi tidak heran ke dua bocah itu sangat baik, adabnya bagus, ternyata didikan orang tuanya yang bagus.
"Sayang, kamu berhasil mendidik mereka sayang, terimakasih." gumam Rafael ikut bangga menyaksikan anak anaknya yang begitu perduli dengan orang orang di sekitarnya.
Bersambung.....
Haiii.... Jangan lupa like komen dan vote ya.....
Terimakasih suport kalian di setiap karya mamak, mamak makin semangat untuk terus berkarya, peluk sayang dari mamak....🤗🤗🤗😘😘😘
loe aja yg bodoh Rafael nikmati aja kebodohan dan penyesalan loe