Dia bukannya tidak sayang sama suaminya lagi, tapi sudah muak karena merasa dipermainkan selama ini. Apalagi, dia divonis menderita penyakit mematikan hingga enggan hidup lagi. Dia bukan hanya cemburu tapi sakit hatinya lebih perih karena tuduhan keji pada ayahnya sendiri. Akhirnya, dia hanya bisa berkata pada suaminya itu "Jangan melarangku untuk bercerai darimu!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Geisya Tin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Erin, bibinya Shima itu pulang ke kota Surala dua tahun yang lalu. Kepulangan Erin, hampir bersamaan dengan kemunculan Karina. Walaupun, kebetulan itu sedikit aneh, tapi itulah takdir. Kebetulan juga perusahaan ayahnya terbakar dan Wisra pun bangkrut.
Kebakaran di perusahaan itu disebabkan oleh unsur kesengajaan hingga Wisra gagal meng-klaim asuransi. Sementara dia harus menanggung kerugian baik materil maupun imateril.
Semua itu terjadi pada tahun yang sama.
Erin mengunjungi rumah keluarga Wisra, dan menelepon Shima, karena mendapati kediaman itu dalam pengawasan bank dan akan segera dilelang. Dari sanalah Erin tahu perusahaan keluarga Wisra yang, digadang-gadang menjadi penghasilan utama sudah terbakar dan dinyatakan bangkrut.
Saat diperjalanan Shima masih ingat terakhir kali dia mengobrol dengan ibunya sebelum menikah dengan Deril.
“Seandainya Tante Erin masih di sini, dia pasti akan mengucapkan selamat atas pernikahanmu!” kata Martha dengan sinar mata yang berbinar-binar. Dia menggenggam tangan anaknya lembut.
Martha wanita yang manis dan punya kemampuan bisnis yang bagus. Sejak berumah tangga dengan Wisra, dia manjadi mitra terbaik dalam bekerja sama dengan suaminya.
Mereka membangun perusahaan Wisra dari nol, hingga memiliki omzet penjualan sampai milyaran. Bahkan, sebelum perusahaan itu terbakar, omzetnya dikabarkan sudah mencapai satu triliun rupiah.
Mungkin bukan takdir Shima untuk bisa mewarisi perusahaan ayahnya, dengan keuntungan yang besar. Namun, nasib membawanya menjadi gadis yang sepenuhnya tergantung pada Deril, sampai mereka berpisah rumah.
Kabar tentang pernikahan dan keadaan Shima, tentu tidak diketahui oleh Erin karena dia berada di luar negeri. Shima tidak pernah mengumumkan atau mengadakan pesta pernikahan. Lagi pula, Shima juga enggan membicarakannya saat dua tahun lalu, Erin menghubunginya.
Sebelum meninggal, Martha pernah berpesan pada Shima untuk menyampaikan permintaan maafnya pada Erin.
“Katakan pada Tante Erin, aku sudah tidak marah lagi dan aku menyesal dulu memarahinya hanya karena dia menikah dengan duda, suaminya itu sudah punya anak gadis, yang umurnya gak jauh beda dengan kamu,” kata Martha sambil mengusap lembut kepala anaknya.
“Pernikahan seperti itu akan menuai banyak masalah, aku menyayangi Erin, tapi dia sudah cinta buta pada pacarnya itu! Kamu harus bersyukur sudah punya suami seperti Deril yang sayang sama kamu!” Itu ucapan ibunya yang masih diingatnya sampai sekarang.
Shima melepas kenangan itu dengan rasa pilu di ulu hatinya. Di saat yang sama dia sudah tiba di depan rumah Erin.
“Shima?” sapa Erin begitu melihat keponakannya, di depan pintu. Lalu, dia mempersilakannya duduk di ruang tamu. Erin wanita yang sangat cantik dan wajahnya mirip dengan Martha. Dia juga memakai busana muslimah seperti dirinya.
“Alhamdulillah! Akhirnya kamu datang juga mengunjungi Tante!” Erin berkata sambil memeluk Shina dan terlihat bahagia.
Shima tersenyum gembira, dia melihat keadaan bibinya yang hidup berkecukupan. Erin hidup makmur dan sepertinya dimanjakan oleh sang suami. Shima pun turut bahagia.
“Ya, akhirnya kita bisa bertemu lagi, Tante Erin,” Katanya.
Shima juga bersyukur, Erin tidak kekurangan apa pun juga. Perhiasan serta pakaian yang dikenakannya terlihat mahal. Itu artinya kekhawatiran sang ibu tidak beralasan, karena sekarang Erin sangat bahagia.
Suaminya bernama Erman, pria mapan berdarah campuran yang kabarnya, merupakan broker terpercaya dalam jual beli saham.
Erman seorang konsultan keuangan dan memiliki bisnis yang berhubungan dengan mata uang asing. Selain memegang saham di beberapa perusahaan, dia memiliki kekayaan yang patut diperhitungkan.
Selama ini Erman dan Erin tinggal di luar negeri. Kedatangannya di Surala, hanya untuk urusan bisnis. Meskipun begitu, mereka tetap menempati rumah mewah yang berada di kawasan elit.
“Apa yang membawamu datang sepagi ini ke rumahku? Aku harap kamu tidak buru-buru dan bisa menginap, ngomong-ngomong kita sudah lama gak ngobrol begini, kan?” kata Erin setelah pembantu rumah tangga menghidangkan dua cangkir teh di atas meja.
Tanpa basa basi, Shima mengungkapkan maksud dari kedatangannya di sana.
“Tante tahu, kan, kalau keluarga kita sudah bangkrut dan Ayah sekarang di rawat di rumah sakit? Aku ingin meminta bantuan Tante.”
“Ya, bagaimana keadaan Mas Wisra sekarang?”
Shima bercerita bagaimana kejadian kebakaran di perusahaan dua tahun yang lalu. Wisra mengalami syok berat karena harus menanggung beban hutang dan bisnis yang tidak bisa berjalan seperti sebelumnya. Di tambah lagi Martha tidak ada di sisinya, hingga tidak ada yang mendampinginya.
Setahun yang lalu keadaan Wisra semakin memburuk, hingga menjadi vegetatif. Lalu, tiga hari terakhir ayahnya itu mendapatkan serangan jantung.
Walaupun semua hutang sudah terbayar lunas, tapi seluruh aset dan kekayaan keluarga Wisra juga habis. Semua sisa uang yang ada, bahkan kurang untuk membiayai perawatan Wisra.
“Tante, aku sudah tidak punya uang lagi untuk biaya Ayah sekarang, bolehkah aku meminjam uang sama Tante, sekarang?” kata Shima di akhir cerita.
Erin terdiam dan menatap Shima dalam-dalam, ada kekhawatiran terpancar di matanya.
“Aku berjanji, akan mengembalikannya pada Tante suatu hari nanti!” kata Shima lagi. Dia harus mengatakannya, meski tidak tahu bagaimana membayarnya.
Namun, belum sempat Erin menjawab, suara tangisan anak kecil terdengar dari dalam.
Oaa ...! Oaa ...!
Erin menoleh ke ruangan di mana ada seorang bayi perempuan merangkak ke ruang tamu, dia mencari ibunya.
“Karina! Anakmu bangun!” seru Erin dan membuat Shima terkejut.
Karina?
Pikiran Shina berkelebat ke sana kemari dengan dugaan acak. Mungkinkah Tante Erin menikah dengan ayah Karina dan itu artinya, mereka secara tidak langsung menjadi saudara?
Mungkin saja bukan Karina yang sama.
Di saat yang bersamaan, sebuah mobil mewah berwarna hitam berhenti di halaman rumah Erin.
Shima melihat ke luar dan dia tahu siapa pemilik mobil yang baru datang itu.
Deril?
Meskipun Deril sering berganti-ganti mobil, tetapi, selalu menggunakan plat nomor polisi yang sama setiap waktu.
Erin hanya menatap sekilas pada anak kecil yang menangis. Ada seorang pengasuh sedang menggendong dan menenangkannya tapi, anak itu tetap menangis. Setelah itu dia menatap ke luar rumah.
Tanpa diminta, Shima menghampiri anak itu dan melihat wajahnya dengan saksama. Bayi itu pernah dilihatnya saat di rumah sakit, di gendong oleh Karina. Akan tetapi baru sekarang dia bisa menyentuhnya. Itu artinya benar, bahw Freya adalah, buah cinta dari Deril dan Karina.
Namun, wajah Freya sama sekali tidak mirip Karina, bisa dibilang kalau dia adalah Deril versi perempuan. Sementara matanya, seolah bintang kecil di langit dan berkedip penuh pengharapan.
Saat berada dalam gendongan Shima, bayi itu diam dan tersenyum. Lalu, menggosok-gosokkan wajahnya di dada Shima, sambil berkata, “Ma—ma, ma—ma!”
Shima tersenyum miris, “Aku bukan mamamu, Nak!” katanya. Dia belum pernah bertemu dengan kakak iparnya yang bernama Ganiarta. Namun, melihat wajah Freya, bisa jadi laki-laki sangat mirip dengan Deril, suaminya.
Tiba-tiba pengasuhnya berkata pada Erin, “Eh, Nyonya, Freya bisa ngomong kata pertamanya, apa Anda mendengar juga?”
Erin yang diajak bicara pun mengangguk dan tersenyum pada Shima. Lalu, dia berdiri untuk menyambut Deril.
“Deril, silakan duduk, mungkin Karina belum selesai ganti baju,” katanya.
semoga mendapatkan lelaki sederhana walaupun tidak kayak raya tapi hidup bahagia
aku cuma bisa 1 bab sehari😭