Setelah 3 tahun bercerai dengan Dimas Anggara. Anna Adiwangsa harus kembali ke kota yang menorehkan banyak luka. Anna dan Dimas bercerai karena sebuah kesalah pahaman. Tanpa di sadari, ke duanya bercerai saat Anna tengah hamil. Anna pergi meninggalkan kota tempat tinggalnya dan bertekad membesarkan anaknya dan Dimas sendirian tanpa ingin memberitahukan Dimas tentang kehamilannya.
Mereka kembali di pertemukan oleh takdir. Anna di pindah tugaskan ke perusahaan pusat untuk menjadi sekertaris sang Presdir yang ternyata adalah Dimas Anggara.
Dimas juga tak menyangka jika pilihannya untuk menggantikan sang ayah menduduki kursi Presdir merupakan kebetulan yang membuatnya bisa bertemu kembali dengan sang mantan istrinya yang sampai saat ini masih menempati seluruh ruang di hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy kirana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Dimas membawa Yessa ke dalam rumah. Deon menyunggingkan senyumnya, lalu bangun dari ayunan dan mendekatiku. "Sepertinya ada yang cemburu!" ucapnya padaku. Aku tau jika dia mengatakan perihal Dimas.
"Baru kemarin aku bertemu dengan Daddy-nya Yessa." ucapku.
Deon mengangguk dan mengacak rambutku. "Sepertinya aku kehilangan kesempatan untuk menjadi Daddy-nya Yessa."
Aku terkekeh mendengarnya. Beberapa kali Deon melamarku, tapi aku menolaknya. Deon memang baik, dia bisa menerima kondisi ku yang seorang janda dengan satu anak. Dia juga menyayangi Yessa. Tapi aku tidak yakin keluarganya bisa menerima statusku dan juga Yessa.
"Masih banyak gadis, aku janda Deon." kataku.
"Lebih baik aku menikahi Janda seperti gadis sepertimu, dari pada gadis tapi rasa janda."
Aku kembali terkekeh mendengar perkataannya. "Masih banyak gadis baik-baik De." kataku lagi.
"Aku rasa sulit menemukan gadis perawan, aku menjaga keperjakaanku hingga 30 tahun, jadi aku harus menikahi gadis perawan. Tapi jika kamu mau menikah denganku, aku benar-benar sangat senang sekali, sama sekali tidak keberatan. Yang Sudah jelas statusmu." katanya.
"Mau gadis atau janda sama saja De, yang terpenting bagaimana kamu memperlakukannya."
Deon menggeleng dan kembali mengacak rambutku.
"Anna! Masuk!" tiba-tiba teriakan Dimas mengagetkanku dan Deon. Aku tau jika Dimas cemburu.
"I-iya mas." Balasku dengan berteriak. Aku menatap Deon, merasa tidak enak.
Deon menggedikkan bahunya dan mengangguk.
"Sory ya De!" kataku.
"No problem. Masuklah, aku akan pulang." kata Deon.
"Aku merasa tidak enak denganmu De."
"Santai saja Anna. Tidak ada satupun pria yang rela wanita nya bersama dengan pria lain. Sekarang masuklah, mulai sekarang aku tidak akan datang ke sini. Jika kamu tidak mengundangku."
"Terimakasih atas pengertianmu De."
Deon tersenyum dan mengangguk.
"Anna!" pekik Dimas lagi.
"Sudah sana masuk."
Aku menganggukkan kepala. "I-iya mas!" lalu berlari ke dalam rumah meninggalkan Deon.
Semoga Deon tidak marah padaku. Selama ini Deon sudah sangat baik. Dirinya rela jauh-jauh dari kota A untuk menemui ku disini. Tapi malah Dimas memperlakukannya seperti ini.
Aku menemui Dimas dan Yessa yang sedang bermain di ruang tengah. Aku membuat ruang bermain Yessa di sana.
"Yessa om Deon pulang dulu ya." kata Deon, aku melihat Deon berdiri di tengah-tengah pengubung antara ruang tengah dan ruang tamu.
"Iya om!" jawab Yessa. Ia sedang asik bermain dengan Dimas. Jadi tidak terlalu memperdulikan Deon. Aku benar-benar merasa tidak enak dengan Deon.
"Mas!" aku memanggil Dimas dan mengajaknya berdiri. Aku ingin mengenalkan Dimas dan Deon.
Dimas menurutiku, ia berdiri dan mengikutiku mendekati Deon. "Mas, kenalkan in Deon. Deon kenalkan ini Mas Dimas, daddy-nya Yessa." Deon mengulurkan tangannya terlebih dulu. Aku melihat Dimas seperti enggan menjabat tangan Deon. Tapi ia akhirnya menjabat tangan Deon.
"Mas! Deon yang selama ini membantuku, Deon yang memasukkan ku ke perusahaan. Sehingga aku bisa bekerja di perusahaan milik papa Wili. Jika bukan karena Deon yang membantuku bekerja di perusahaan, mungkin kita tidak akan pernah bertemu. Dan mas Dimas nggak akan pernah tau jika sudah memiliki anak." kata ku menjelaskan. Aku tidak ingin Dimas bersikap seperti ini pada Deon.
Deon menatapku dengan kening berkerut. Aku tau jika ia penasaran mendengar perkataan ku.
"De, mas Dimas ini adalah Presdir yang menggantikan pak Willi. Aku baru tau ternyata pak Willi adalah ayah kandung mas Dimas." aku juga menjelaskan hal ini pada Deon.
Ia mengangguk paham. "Ternyata dunia ini sempit. Ya sudah, aku akan pulang sekarang. Aku senang jika andai kalian akan rujuk, demi Yessa. Tapi jika tidak, maka aku selalu menunggumu An!" ucap Deon.
"Kami pasti akan rujuk. Terimakasih karena telah berbaik hati membantu Anna selama ini. Maaf akan sikapku yang tadi." kata mas Dimas. aku lega mendengarnya mengakui kesalahannya.
"Santai saja, jika aku menjadi kau juga. Aku pasti akan melakukan yang sama. Tidak akan rela miliknya di sentuh orang lain." jawab Deon legowo.
Aku tersenyum melihat hubungan mereka yang sudah membaik.
"Jangan pernah menelantarkan Anna, jika sampai aku mendengar kau melakukan hal itu lagi. Maka tanganku akan selalu terbuka untuk mengambilnya. Dan tidak akan pernah memberikannya padamu lagi."
"Tidak akan! Aku akan memperbaikinya mulai sekarang."
"Ya sudah, aku pamit pulang." Deon menepuk bahu mas Dimas dan berjalan menuju keluar rumah. Kami mengantarkannya sampai ke depan rumah.
"De, kau datang jauh-jauh untuk menemuiku?" tanyaku saat mengantarnya ke depan.
"Hmm, ya! Aku akan berpamitan padamu dan Yessa."
"Kamu mau pergi?"
Deon mengangguk dan tersenyum. "Aku di pindah tugaskan di perusahaan cabang yang berada di Singapura. Jadi aku berencana untuk menghabiskan waktu bersamamu dan Yessa selama beberapa hari sebelum pergi ke Singapura." kata Deon.
Mendengar penjelasan Deon, Dimas mengeratkan rangkulannya. Deon terkekeh melihat Dimas yang mulai posesif.
"Tenang saja Dude, aku bukan pebinor. Aku tidak ingin memiliki hubungan yang rumit dengan wanita milik pria lain." ucap Deon.
"Syukurlah jika memang kau sadar! Ngomong-ngomong kenapa kau di pindah tugas?" tanya mas Dimas.
Deon menggedikkan bahunya. "Entahlah, aku rasa mungkin karena aku terlalu jujur." jawabnya dengan seringai di bibirnya.
"Maksudmu?" tanya mas Dimas penasaran.
Deon kembali menggedikkan bahunya dan menghela nafas kasar. "Lain kali datang langsung ke perusahaan cabang lainnya. Kau akan tau maksudku. Ya sudah, aku akan pulang sekarang. Hatiku terlalu sakit jika terlalu lama berada disini."
"Sialan!" Dimas meninju bahu Deon. Tapi Deon malah tertawa. Lalu masuk ke dalam mobil.
Setelah mobil Deon keluar dari dalam halaman rumah, Dimas menatapku intens.
"Sayang, kamu tau maksud yang Deon katakan?"
Aku menganggukkan kepalaku. Tentu saja aku tau, desas desus Deon yang akan di pindahkan memang sudah lama terdengar.
"Di perusahaan cabang banyak pihak yang bermain curang mas. Deon sebagai salah satu manager di perusahaan cabang, sering bersitegang dengan yang lainnya. Aku rasa dia memang sengaja di singkirkan agar tidak membahayakan mereka semua." ucapku. Aku mengetahui semua ini tentu dari Deon. Deon sering bercerita padaku mengenai masalah ini.
Dimas mengangguk paham. "Kalau begitu atur jadwalku agar aku bisa datang ke perusahaan cabang." ucapnya. Ia merangkul bahuku dan mengajakku masuk ke dalam.
"Siap bos!"
"Kau tau siapa-siapa saja yang terlibat?"
Aku mengangguk. "Hmm! Deon sering menceritakannya padaku."
"Kapan kira-kira aku bisa pergi?"
"Aku akan atur jadwalnya dulu mas, undangan makan malam tuan River di undur besok malam, di resort miliknya di kepulauan seribu."
"Kalau begitu malam ini kita ke rumah mama dan papa, aku sudah tidak sabar ingin mempertemukan kalian."
"Hmm, baiklah."
Kami tidak jadi pergi ke istana Playground karena hari sudah sore. Yessa juga malah tidur, aku mengatur ulang jadwal milik Dimas. Agar bisa secepatnya datang ke perusahaan cabang. Dimas sudah menghubungi orang tuanya, dan mengatakan jika malam ini akan berkunjung. Tapi Dimas tidak mengatakan akan membawaku dan Yessa. Ia ingin membuat kejutan pada kedua orang tuanya.
ada ada aj kau dim
good job Leo,.maklum lah Dimas kan CEO amatir..
Leo dikerjain bos yang lagi nyidam...