Kaiya Agata_ Sosok gadis pendiam dan misterius
Rahasia yang ia simpan dalam-dalam dan menghilangnya selama tiga tahun ini membuat persahabatannya renggang.
Belum lagi ia harus menghadapi Ginran, pria yang dulu mencintainya namun sekarang berubah dingin karena salah paham. Ginran selalu menuntut penjelasan yang tidak bisa dikatakan oleh Kaiya.
Apa sebenarnya alasan dibalik menghilangnya Kaiya selama tiga tahun ini dan akankah kesalapahaman di antara mereka berakhir?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Hampir seminggu berlalu dan selama itu Kaiya dan Ginran tidak pernah bertemu. Kaiya lebih memilih serius ikut pelajaran kuliah daripada mengikuti kegiatan-kegiatan club. Tidak satupun club kampus yang ia ikuti. Dirinya mulai terkenal sebagai gadis sombong di jurusannya.
Awalnya wajah cantiknya membuat banyak orang ingin merekrutnya masuk club apapun, namun karena gadis itu menolak semuanya, mereka jadi menganggapnya sombong. Padahal menurut mereka Kaiya pun tidak ada cocok-cocoknya masuk jurusan musik. Ia tidak berbakat. Main pianonya juga tidak jago. Beberapa teman seangkatannya membicarakan permainan pianonya didepannya kalau ia berjalan di koridor dan melewati mereka.
"Kaiya, lo yakin nggak mau gabung sama club? Lo bisa memilih club apa aja yang lo suka. Lihat, banyak teman-teman yang nggak senang sama lo karena anggap lo sombong." kata Lory.
Kaiya tampak tidak peduli. Toh waktu SMA dulu dia juga dianggap aneh dan sombong sama teman-temannya dan dia biasa saja. Masih mending sekarang Lory mau berteman sama dia.
"Biarin aja ry, lagian aku juga nggak apa-apa."
Lory berdecak pelan.
"Lo tuh yah. Pokoknya gue akan daftarin lo di club yang sama bareng gue titik. Lo nggak boleh nolak." Kaiya menaikkan wajahnya menatap Lory, ia bermaksud ingin protes tapi tapi tidak jadi. Biarin deh. Biar gadis itu senang.
Sorenya, Lory langsung menarik Kaiya. Katanya ada pertemuan club dan dia sudah mendaftarkan nama gadis itu. Walau setengah hati Kaiya tetap mengikuti langkah Lory. Keningnya berkerut. Pertemuan club jurusan musik tapi kok mereka malah datang ke jurusan bisnis?
Perasaannya tidak enak. Ia sudah tenang tidak bertemu dengan Ginran dan yang lain selama seminggu ini, tapi kalau datang ke jurusan ini artinya ada kemungkinan mereka bisa ketemu. Kaiya berpikir betapa canggungnya dia melihat mereka kalau bertemu nanti. Ia ingin balik tapi Lory terus menariknya tidak membiarkan dirinya kabur.
Mereka masuk ke sebuah ruangan. Kaiya tidak tahu club apa itu, namun sepertinya club itu cukup terkenal melihat banyaknya orang dalam ruangan tersebut. Mungkin hampir empat puluh orang. Ketika Lory mengajak Kaiya ke tempat duduk dibagian tengah, gadis itu terkejut melihat Ginran ada dalam barisan bangku itu. Hanya pria itu sendiri, Kaiya tidak melihat yang lain.
Mereka saling menatap lama dan tatapan tajam Ginran menusuk sampai kebagian dalam matanya. Rata-rata bangku sudah penuh, hanya dibagian tempat Ginran duduk saja yang semua bangku berjejernya masih kosong. Mungkin itu buat kelompok cowok itu.
Kaiya tidak berani duduk di situ, apalagi beberapa pasang mata menatapnya seperti tidak suka begitu. Ia juga akan merasa sangat canggung duduk bersebelahan dengan Ginran. Ia berbalik ke belakang bermaksud ingin bilang ke Lory buat cari tempat lain saja tapi gadis itu sudah tidak ada, entah menghilang kemana.
Entah kenapa Kaiya merasa kesal. Lory yang membawanya ke sini tapi gadis itu sendiri malah menghilang. Lebih baik dia pulang saja. Kaiya sudah bersiap-siap mau keluar namun suara Ginran menghentikannya.
"Mau kemana?" tanya pria itu tetap dengan wajah dinginnya.
"Pulang." jawab Kaiya. Namun hanya Ginran yang bisa mendengarnya karena suara gadis itu sangat pelan. Pria itu tersenyum miring.
Pulang? Apa karena melihat dirinya gadis ini jadi ingin buru-buru pulang? Huh! Jangan harap.
Ginran tiba-tiba berdiri dari bangku itu hingga mengundang perhatian yang lain.
"Duduk." perintahnya tegas. Kaiya mengangkat sebelah alisnya, mereka terus bertatapan dan belum ada pergerakan sedikitpun dari gadis itu.
"Aku bilang duduk Yaya." ulang Ginran penuh penekanan. Ia memanggil Kaiya dengan panggilan yang biasa dia panggil dulu. Panggilan kesayangan mereka untuk Kaiya.
Tatapan Ginran begitu mengintimidasi hingga Kaiya merasa ciut. Apalagi ada banyak orang yang memperhatikan. Ia mau tak mau tidak jadi pergi dan duduk dibagian dalam diikuti Ginran yang duduk di sebelahnya. Keduanya tak saling bicara sama sekali.
Ginran terus menatap gadis itu dari sudut matanya. Sudah seminggu dia tidak melihatnya. Lelaki itu pikir dia akan bisa melupakan Kaiya, namun saat tidak melihat gadis itu ternyata ia merasa rindu, tapi ketika melihatnya ia juga tidak bisa meredam emosi yang bercampur aduk dalam hatinya. Marah, kecewa, benci, senang, dan entah apalagi semuanya menjadi satu dalam dirinya. Hanya Kaiya yang sanggup membuatnya sekacau ini.
Tak lama kemudian Naomi dan Jiro juga beberapa senior lain sudah berdiri didepan sana. Oh, jadi mereka ada didepan. Kaiya pikir tidak ada atau mereka belum datang. Ia tidak melihat Darrel. Mungkin dalam kegiatan-kegiatan begini Darrel jarang gabung dengan mereka.
Tanpa sadar gadis itu menguap. Matanya mulai terasa berat, sepertinya efek obat tidur yang diminumnya tadi mulai bekerja. Sudah hampir dua tahun ini ia mengonsumsi obat tidur karena insomnianya. Tantenya dan dokter Kean tidak tahu karena ia mengonsumsi obat itu diam-diam. Ia sudah membawanya kemana-mana sejak SMA bahkan sampai sekarang.
Kaiya akan meminumnya kalau ia sedang menyendiri di tempat persembunyiannya di atap kampus sambil menunggu jam kuliahnya dan akan terbangun setelah alarm berbunyi. Gadis itu sudah terbiasa. Hidupnya begitu-begitu saja, tidak ada yang menarik.
Akhirnya Kaiya sudah tidak bisa fokus lagi dengan senior yang berbicara didepan sana, entah apa yang dia bilang. Mata gadis itu perlahan menutup sampai akhirnya kepalanya terjatuh di bahu Ginran.
Ginran yang awalnya pikir gadis itu pingsan berubah panik. Namun setelah memeriksa keadaannya dan tahu kalau Kaiya hanya tertidur, pria itu akhirnya menghembuskan nafas lega. Banyak gadis di situ yang menuduh Kaiya sengaja pura-pura tidur karena mau mendekati Ginran, tapi yang aneh dan membuat mereka makin bingung, Ginran tidak terlihat risih sama sekali seperti yang ditunjukkannya pada cewek-cewek lain yang sengaja mau mendekatinya.
Ginran bahkan mengangkat tubuh Kaiya, menggendongnya keluar dari ruangan itu. Ia membawa Kaiya keruangan mereka dan menidurkannya di sofa dengan pahanya sebagai bantal. Terlepas dari hubungan mereka yang dingin sejak awal bertemu lagi, Ginran ingin melupakannya sebentar dan menatap Kaiya. Tangannya menelusuri seluruh wajah gadis yang terlelap di pangkuannya itu, lalu tanpa ijin mengecup bibirnya sekilas.
Dari dulu Ginran sudah tergila-gila pada Kaiya. Sejak pertama kali melihat gadis itu awal mereka masuk SMA. Meski dulu waktu ia meminta gadis itu menjadi pacarnya Kaiya belum pernah menjawab setuju, ia bisa merasakan bahwa Kaiya juga memiliki perasaannya untuknya. Dan hubungan mereka memang dekat seperti orang pacaran. Sampai peristiwa malam itu, ketika Kaiya kedapatan sedang bersama ketua osis mereka di dalam tenda dengan pakaian yang berantakan.
Tangan Ginran mengepal kuat. Emosinya kembali tak terkendali. Ia berdiri dari sofa, mengusap wajahnya kesal dan kembali menatap Kaiya yang masih setia menutup matanya dengan berkacak pinggang.
Benarkah gadis yang dicintainya ini sudah ternoda? Tapi .. kenapa dengan gampangnya dia mengaku? Ginran masih berharap kalau Kaiya sebenarnya hanya membohonginya. Tapi ... pakaiannya memang berantakan dulu.
"Argh." Ginran hanya bisa menggeram kesal.
katanya cinta Kaiya ...
tp gak berusaha cari fakta yg detil ...
jangan cuma why why aja donk ....
Tambah pinisirin .... 🤔
3 thn itu bukan waktu yg sebentar lhoh ...
bukan cuma Ginran yg berubah ... kan kamu juga ....
gak nyadar ya ? 🤭
kisah Nauroz sama Amber seru ga terlalu Tegang dan ketawa terus
Untuk kisah Yara juga bagus
Agus sedih Banget Wkwkkwkwk
Agus Dipabel ( Iwak ?? )
A Gus Miftah??