"Ketika cinta dan kesetiaan diuji oleh kebenaran dan darah, hanya hati yang tahu siapa yang benar-benar layak dicintai." - Kenzie William Franklyn.
•••
Vanellye Arch Equeenza, atau Ellyenza. Perempuan nakal dengan masa lalu kelam, hidup dalam keluarga Parvyez yang penuh konflik. Tanpa mengetahui dirinya bukan anak kandung, Ellyenza dijodohkan dengan Kenzie, ketua OSIS yang juga memimpin geng "The Sovereign Four." Saat rahasia masa lalunya terungkap—bahwa ia sebenarnya anak dari Sweetly, sahabat yang dikhianati ibunya, Stella—Ellyenza harus menghadapi kenyataan pahit tentang jati dirinya. Cinta, dendam, dan pengkhianatan beradu, saat Ellyenza berjuang memilih antara masa lalu yang penuh luka dan masa depan yang tidak pasti.
Akan seperti apakah cerita ini berakhir? mari nantikan terus kelanjutan untuk kisah Kenzie dan Ellyenza.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meka Gethrieen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ZIELL - 10 Kevin
..."Baik-buruknya seseorang itu urusannya dengan tuhan. Tapi bahagianya kamu atau tidak adalah urusanku."...
...- Kenzie to Ellyenza -...
...•••...
Siang telah berlalu, malam pun datang menghampiri. Ellyenza yang baru saja tiba didalam kamar apartemen miliknya itu langsung menjatuhkan dirinya diatas kasur.
Apartemen mewah yang baru saja dibeli olehnya tiga hari yang lalu. Tepat dimalam setelah pertengkaran dirinya dengan sang mama, ketika ia memilih untuk pergi dari rumah dengan perasaan yang bercampur aduk.
Ellyenza menghembuskan nafasnya kasar seraya memejamkan kedua matanya. Ia merasa sangat lelah hari ini. Permasalahan yang selalu didapatkan olehnya setiap hari juga hubungan buruk dengan ibunya terus menghantui fikirannya.
Belum lagi dengan fakta kehadiran Kenzie yang selalu membuatnya frustasi setiap hari.
Biasanya ia yang selalu mempermainkan orang lain. Tapi kini, setelah ia bertemu dengan Kenzie justru dialah yang dipermainkan balik oleh laki-laki tersebut.
Benar-benar membuatnya jengkel!
Huft.
Ting!
Dering ponselnya berbunyi, menandakan bahwa ada pesan masuk ke dalam handphone nya.
Segera Ellyenza melihatnya. Ternyata sebuah pesan yang berisikan perintah dari kakaknya.
..._____...
...Chat...
Ell, balik!
^^^Kenapa emangnya?^^^
Lu bakal tau setelah balik nanti.
^^^Gak! Males..^^^
Balik Ell.. nyokap yang nyuruh.
Buru balik!
Gua tunggu lu dirumah.
Hati-hati dijalan, udah malem soalnya.
^^^Bacot.^^^
..._____...
Ellyenza mengacak rambutnya frustasi.
Apa lagi ini?!
Mengapa ibunya belum pergi?
Kenapa juga ia disuruh pulang?!
Aaarrgghhh!!!
Memikirkannya Benar-benar membuat frustasi. Ia sudah sangat lelah hari ini, tidak bisakah hari besok? Ya tuhan.. ia hanya butuh ketenangan, walaupun hanya sebentar. Persetan dengan perintah sang kakak! Kali ini ia sudah benar-benar lelah. Lagipula sudah larut malam, bukankah juga bahaya bagi seorang perempuan yang keluar malam-malam sendirian?
Menghela nafas jengah, Ellyenza akhirnya memutuskan untuk pergi mandi terlebih dahulu sebelum akhirnya ia bergelut diatas ranjang tempat tidur.
Selama dua belas menit Ellyenza telah selesai. Kini dirinya tengah memilih pakaian apa saja yang ingin dikenakan olehnya malam ini. Namun saat ia hendak mengambil salah satu setelan baju tidur favourite miliknya, tiba-tiba saja lampu kamar tidur apartementnya mati dan dari arah belakang seseorang membekapnya dengan obat bius hingga ia tak sadarkan diri.
...•••...
Ellyenza terbangun dari tidurnya, ia menatap sekeliling ruangan kamar yang tampak terlihat sangat asing baginya.
Dimana ia?
"Sshhh.." tiba-tiba saja kepalanya terasa pusing.
Sebenarnya apa yang terjadi pada dirinya? ah iya, dia ingat! Semalam setelah mandi, tiba-tiba saja lampu kamar tidur apartemennya mati ketika ia sedang memilih baju untuk dipakainya. lalu..
Lalu seseorang membekapnya dari belakang!!
Oh astaga!
Buru-buru Ellyenza menyingkap selimut yang menutupi seluruh bagian tubuhnya hingga ke leher itu dan kemudian bernafas lega ketika mendapati bahwa dirinya sudah mengenakan pakaian.
Eh, tapi.. tunggu!
Detik itu juga Ellyenza membelalakkan matanya lebar kala menyadari sesuatu.
Ceklek!
Pintu ruangan kamar tersebut terbuka, menampilkan sesosok pria tampan dengan setelan jas hitam dan kemeja putih kantornya yang dipadukan dengan sepatu pentofel berwarna senada tengah berjalan menghampiri ke arahnya seraya membawa sebuah nampan berisikan makanan dan minuman ditangannya.
Kehadirannya yang kembali membuat ke dua mata Ellyenza tertegun melihatnya. Perempuan itu tak pernah menyangka bahwa laki-laki tersebut akan benar-benar kembali lagi dalam hidupnya.
"Oh, kamu udah bangun?" Sapa pria tersebut basa-basi dengan senyuman manisnya yang merekah. Memandang ke arah perempuan itu seolah tidak pernah ada sesuatu yang terjadi diantara mereka.
Ellyenza tak menanggapi perkataan tersebut. Ia membuang wajahnya ke arah lain ketika pria itu mendudukkan dirinya dipinggir ranjang dekatnya.
Kevin Xulingga Alaso, pria muda berumur dua puluh tahun yang memiliki nama panggilan Kevin itu menatap sendu ke arah Ellyenza. Sorot tatapan matanya mengisyaratkan kerinduan yang begitu besar dan dalam.
"Kamu berubah.. Ell." Ada genangan air mata di kedua pelupuk mata bulat tersebut.
Kevin ingin meraih wajah itu. Wajah yang selalu hadir dan menghantui fikirannya setiap saat, sosok yang memiliki tempat istimewa di dalam hatinya. Ellyenza, satu kata yang mampu berhasil membuatnya ingin kembali dan memperjuangkan lagi kisah percintaannya yang belum selesai.
Ellyenza menepis tangan tersebut dari wajahnya. Dan dengan enggan ia bertanya, "Kenapa? sejak kapan?"
Kevin tersenyum tipis mendengarnya. Ia pun menjawab, "Nggak lama, beberapa hari yang lalu."
Ellyenza tidak langsung membalasnya, ia menatap datar ke arah Kevin yang masih dengan setia terus memandangnya tanpa berniat mengalihkannya.
"Gue mau pulang." Ujar Ellyenza mengutarakan keinginan hatinya.
"Ok, tapi nanti. Karena masih ada banyak hal yang harus kita bicarain."
"Gak, sekarang. Gue maunya pulang sekarang!" Bantahnya tidak mau.
Kevin sedikit kesal mendengar bantahan Ellyenza, tatapan matanya kini berubah menjadi tajam dengan aura dingin yang sedikit menusuk.
Apa perempuannya ini lupa, kalau ia paling tidak suka dibantah?!
"Later.. or not at all?"
Ellyenza mengepalkan kedua tangannya erat, ia benci mendengar pilihan yang lebih mirip seperti ancaman baginya tersebut.
"Gue harus pulang, Kevin! Nyokap yang yang nyuruh!" Bantah Ellyenza tidak mau kalah juga.
Perempuan itu merasa tidak nyaman, jadi meminta untuk segera pulang agar bisa secepat mungkin pergi dan menjauh dari laki-laki tersebut.
"Don't you miss me, my love..?" Tatapannya berubah lagi menjadi sendu.
Ellyenza terkekeh pelan mendengarnya, ia menatap muak ke arah Kevin.
"Gue bahkan gak berharap buat lo kembali lagi dalam hidup gue, Kevin Xulingga Alaso." Ia menekankan nama lengkap laki-laki tersebut dalam perkataannya.
"But, i came back for you Ell. For you!!"
"Did i ask for it?! Am i, kevin?!" Bentaknya marah.
Kevin menghela nafas berat, laki-laki itu mengusap wajahnya gusar. Merasa kesal dengan sikap Ellyenza yang telah berubah padanya sekarang.
"Okay, sorry. I'm sorry.." Tuturnya lembut.
"I don't need your apology! Gue mau pulang! Sekarang!!"
"Tapi kita perlu bicara dulu, Ell." Ujarnya masih berusaha sabar agar tidak menyakiti perempuan tersebut.
"Apa?! Lo mau bicara apa, hah?!!" Ellyenza benar-benar sudah merasa tidak sabar, marah, dan muak menjadi satu. Sekarang yang dia inginkan hanyalah pergi menjauh dari laki-laki yang paling tidak ingin dia lihat itu.
"Aku bisa jelasin soal waktu itu. Waktu itu-" ucapannya terpotong oleh perkataan Ellyenza yang tiba-tiba saja menyelanya.
"Jelasin soal waktu itu apa?! hari itu?!" Ia terkekeh pelan sebelum melanjutkannya, "Bukan itu semua udah jelas, hah?!"
"Ya, oke. Aku akui itu! Aku salah.. aku minta maaf. Ell.. tapi kamu harus tau alasan dibalik aku pergi ninggalin kamu saat itu!"
"Gue gak butuh! Gue nggak butuh!! Lo ngakuin semuanya udah jelas kan? kalo gitu gak perlu ada lagi yang diperjelas!!!"
"Tapi kamu harus tau, Ell. Tolong dengerin penjelasan aku kali ini.."
"Jadi apa? gue gak perduli, Kevin!"
"Waktu itu.. hari itu aku.. sebelum aku pergi, nggak. Sehari sebelum terakhir kalinya kita bertemu, mama kamu nemuin aku Ell."
Perkataan Kevin berhasil membuat Ellyenza tersontak kaget. Perempuan itu mendadak terdiam seribu bahasa. Tatapan matanya beralih menatap mata tajam itu, mencoba mencari kejujuran di dalam sana yang dapat ia temukan sebagai kebenaran.
Dengan bibir kelu Ellyenza bertanya, "A-apa.. apa yang dia bilang?"
"Mama kamu ngasih tau aku. Ngasih tau aku kalo kamu.. hamil." Seuaranya memelan diakhir kata.
Deg..
"T-terus.."
Tes..
Kevin yang melihat air mata keluar dari kedua kelopak mata Ellyenza segera menghapusnya.
"Terus mama kamu bilang.. kalo aku pergi, dia bakal pastiin kamu hidup dengan baik." Kedua matanya berkaca-kaca, tatapan matanya kian menjadi lebih sendu. Namun Kevin harus bisa menahannya didepan Ellyenza, ia tidak ingin terlihat menyedihkan di depan perempuan itu. ".. Juga anak kita."
Mendengar kalimat terakhir yang Kevin ucapkan, seketika itu juga pertahanan Ellyenza runtuh. Perempuan itu mulai menangis histeris hingga tangisan pilunya membawa ia ke dalam dekapan hangat laki-laki tersebut.
"Maaf, aku minta maaf.." Terlihat dari respon Ellyenza, Kevin cukup tahu kalau mereka berdua telah dibohongi satu sama lain oleh ibunya Ellyenza.
"Maaf.. aku-" Ucapannya terpotong oleh Ellyenza yang melepaskan pelukannya secara tiba-tiba. Lalu ia menatap penuh kecewa pada laki-laki tersebut.
"Jadi, alesan lo nolak gue waktu itu karena nyokap?" Kevin menunduk sesal dan mengangguk kecil sebagai jawaban.
Plak!
"Bajingan! Lo tau apa yang terjadi sama gue setelahnya?"
Kevin terdiam, ia tidak tahu harus menjawab apa pada pertanyaan yang Ellyenza lontarkan kali ini untuknya.
"Lo tau apa yang terjadi sama gue setelahnya?! hah?!!" Ellyenza mengulangi pertanyaannya sekali lagi dengan penuh penekanan disetiap katanya.
Matanya mengisyaratkan betapa terluka dirinya. Lalu ia tiba-tiba saja tertawa keras, tawa hambar yang terdengar dipaksakan. Kevin yang melihat itu merasa sangat kasihan sekaligus bersalah.
"Ell.. maaf."
Mendengar kata itu lagi, Ellyenza reflek menghentikan tawanya. Perempuan itu kembali berwajah datar dengan tatapan matanya yang kosong. Ia bangkit dari tempat tidur yang disusul juga oleh laki-laki tersebut.
"Ell.." panggil Kevin seraya menggenggam sebelah tangan Ellyenza.
Ellyenza berbalik menghadap ke arah laki-laki itu. Ia melepaskan genggaman tangan Kevin pada tangannya.
"Lo tau apa, Kev?" Lirihnya pelan.
"Maaf Ell, aku menyesal.."
Ellyenza terkekeh pelan, kemudian ia berkata, "Bahkan ketika lo gak tau pun juga sama sekali nggak berniat buat mempertanyakannya 'kan, Kev?"
"Nggak Ell, Aku.. aku.."
"AKU APA?!! Persetan sama semuanya! Penyesalan lo udah terlambat!! Terlambat Kev!! Jadi Buat apa lo balik? Buat apa lo kembali lagi, hah?!! Gak ada gunanya! Lo cuman bikin gue semakin benci sama lo! Lo seharusnya tau itu, kan?!" Bentaknya seraya menunjuk ke arah laki-laki tersebut.
Kevin menangis, ia lemah ketika dihadapkan dengan Ellyenza yang seperti ini.
"Maaf.." Ujarnya sambil berusaha mendekati Ellyenza. Namun perempuan itu justru melangkah mundur, mencoba untuk enghindari dirinya.
"Lo mau apa? Berhenti! Jangan deket-deket gue!! Berhenti disitu! Gue bilang berhenti, Kevin!!!" Teriaknya, Bersiap-siap mengepalkan ke dua tangannya kalau saja laki-laki itu mencoba melakukan suatu hal yang buruk pada dirinya.
Namun, diluar dugaan Kevin justru bersimpuh dihadapan Ellyenza. Memegangi kedua kakinya dengan wajah yang menunduk ke bawah.
...To be continue...