Kalandra terpaksa menerima perjodohannya itu. Padahal dia akan dijodohkan dengan perempuan yang sedang hamil lima bulan.
Saat akan melangsungkan pernikahannya, Kalandra malah bertemu dengan Anin, perempuan yang sedang hamil, dan dia adalah wanita yang akan dijodohkan dengannya. Ternyata Anin kabur dari rumahnya untuk menghindari pernikahannya dengan Kalandra. Anin tidak mau melibatkan orang yang tidak bersalah, harusnya yang menikahinya itu Vino, kekasihnya yang menghamili Anin, akan tetapi Vino kabur entah ke mana.
Tak disangka kaburnya Anin, malah membawa dirinya pada Kalandra.
Mereka akhirnya terpaksa menikah, meski tanpa cinta. Apalagi Kalandra masih sangat mencintai mantan kekasihnya. Akankah rumah tangga mereka baik-baik saja, ketika masa lalu mereka mengusik bahtera rumah tangga mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hany Honey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua Puluh Dua
Kala masih saja terdiam di kamarnya, memikirkan ucapan Anin. Iya, dia salah, dia yang egois, bagaimana dia tidak egois, dia marah saat Anin memberikan nomor ponsel kepada sahabatnya, padahal dia sama sekali tidak pernah memahami Anin, tidak pernah memperlakukan Anin layaknya seorang istri yang seutuhnya. Walaupun dia sudah memberikan nafkah dari segi materi yang terbilang cukup, bahkan lebih dari cukup. Tapi tidak untuk nafkah batin yang selama Enam bulan ini Anin rindukan. Ini malam ketiga Kala tidak tidur dengan Anin, rasanya dia begitu tersiksa, setiap malam dia tidak bisa tidur.
"Maafkan aku Anin, aku janji, sedikit demi sedikit aku akan berubah," gumam Kala dalam hati.
Kala keluar dari kamarnya, sudah pukul dua dini hari dia tidak bisa memejamkan matanya. Dia masih teringat akan Anin, wajah Anin selalu hadir di dalam bayangannya. Dia berjalan menuju ke arah kamar Anin, dia memegang handle pintu kamar Anin dan akan memutar handle pintu, namun saat seperti itu, Anin juga akan keluar dari kamar. Anin membuka pintu dengan mata yang masih sedikit tertutup karena masih sangat mengantuk. Dia merasakan haus jadi terpaksa harus mengambil air putih ke dapur.
Saat membuka pintu, yang ia lihat pertama adalah Kala yang sedang berdiri di depan pintu kamar Anin.
"Kala, sedang apa kamu di sini? Kamu belum tidur?" tanya Anin.
"Kamu kenapa bangun Anin?" tanya Kala juga.
"Aku haus sekali, aku mau ambil minum di dapur," ucap Anin.
Anin berjalan ke arah dapur dan Kala mengekorinya, Anin mengambil gelas dan mengangsurkan air putih hangat dari dispenser yang ada di pojok dapurnya. Kala duduk di kursi minibar yang ada di dapurnya memandangi Anin yang masih mengambil air putih. Anin berjalan ke arah Kala dengan membawa air putih, dia duduk di sebelah Kala dan meneguk air putih hangat yang ia ambil tadi.
"Kenapa belum tidur?" tanya Anin.
"Tidak bisa tidur," jawabnya singkat.
"Kenapa? Ingat Sandra?" tanya Anin sengaja biar hati Kala tamabh gelisah.
"Sandra? Aku tidak bisa tidur karena tidak ada kamu di sampingku Anin, sudah tiga malam ini kamu selalu tidur di kamarmu dan mengunci pintu kamarmu," gumam Kala.
"Kenapa diam? Iya masih memikirkan Sandra?" tanya Anin. Dan Kala masih terdiam saja.
"Kala, untuk apa pernikahan ini? Tidak ada cinta, tidak ada perasaan, pernikahan ini hanya dilandasi rasa kasihanmu terhadapku. Ceraikan aku, kembalilah dengan Sandra, itu kan yang kamu inginkan? Jangan membuatku semakin berharap untuk mendapatkan secebis hatimu, Kala," ucap Anin, dia beranjak dari tempat duduknya, dan saat dia akan berjalan kembali menuju kamarnya, Kala meraih tangan Anin.
Kala beranjak dari tempat duduknya, dia bangun dan membawa Anin ke dalam pelukannya.
"Jangan bicara seperti itu lagi, iya mungkin belum ada rasa cinta dalam hatiku, belum ada perasaan yang dalam di hatiku untukmu, tapi aku tak menginginkan kita berpisah, Anin. Please jangan bicara seperti itu lagi. Aku akan berusaha memperbaiki diriku Anin. Maafkan aku." Kala menjatuhkan air matanya di kepala Anin.
Dia ingin bisa memiliki Anin seutuhnya, tapi selalu saja saat akan melakukan hubungan suami istri yang ia tatap adalah Sandra, bukan Anin. Oleh sebab itu dia lebih baik menghentikannya, dari pada di saat dia menikmati semua denan Anin, dia menyebut nama Sandra.
"Anin, bisakah temani aku tidur. Hingga aku terlelap saja, setelah itu, kembalilah ke kamarmu," pinta Kala.
"Aku tidak bisa Kala," tolak Anin.
"Aku tidak bisa tidur tanpa memelukmu Anin," ucap Kala.
"Bukankah sebelum menikah dengan ku kamu biasa tidur sendiri?" tanya Anin.
"Itu sebelum aku merasa ...," ucpan Kala terhenti.
"Sebelum merasa apa?" tanya Anin dengan tatapan menggoda Kala/
"Sebelum merasakan nyaman berada di pelukanmu," ucap Kala.
Anin menarik nafasnya dalam-dalam dan menghembuskan ya perlahan.
"Ya sudah, tidurlah di kamarku. Jika di kamarmu, aku takut ketiduran, kasihan Dava," ucap Anin.
"Aku ingin di kamarku saja," pinta Kala.
"Kala, kasihan Dava," ucap Anin.
"Kita bawa ke kamarku, di kamar kamu ranjangnya terlalu sempit, Anin," ucap Kala. "Dan sepertinya kita butuh keranjang bayi untuk Dava," imbuh Kala.
"Untuk apa?" tanya Anin.
"Biar kita bisa tidur di kamar satu ranjang, dan Dava di ranjang sendiri," ucap Kala dengan tersenyum pada Anin. Dai mengankat dagu Anin dan mencium bibir tipis Anin. Ciuman mereka semakin dalam. Iya, Anin memang merindukan itu dari Kala.
"Lakukan apa yang kamu inginkan Kala, walaupun kamu tak pernah memberikannya hingga ke bagian yang intim. Aku ikhlas dan rela, karena kamu suamiku," gumam Anin dalam hati.
Tangan Kala sudah mulai bergerilya di tubuh indah Anin. Iya, meskipun sudah beranak satu, tubuh Anin masih sangat indah, Anin selalu menjaganya, di bantu dengan ramuan dari Bi Imah yang menurut Anin sangat mujarab.
"Tuan, Mba Anin!" seru Imah yang tiba-tiba nongol di dapur dan melihat adegan Anin dan Kala yang sudah semakin memanas, dengan segera Kala melepaskan tangannya dari dalam kaos Anin.
"Bibi!" teriak mereka tak kalah serunya
"Maaf tuan, Bi Imah tidak tau," ucapnya.
"Ya sudah bi, oh iya temani Dava di kamar ya, Anin akan tidur di kamarku," pinta Kala.
"Kala, jangan seperti itu," ucap Anin.
"Sudah, Bi Imah tidak apa-apa kok," ucap Kala. Sebenarnya mereka masih malu karena kepergok Imah. Kala tahu itu, kalau Anin pun merasa sangat malu. Dia menarik tangan Anin dan berjalan menuju kamarnya. Setelah sampai di kamarnya, Kala segera mengunci pintu kamarnya.
"Kamu sih, aku malu kepergok bibi," ucap Anin kesal.
"Aku juga sama, Anin," ucap Kala.
"Sudah tidur, sudah hampir jam 3 pagi, mata kamu sudah merah sekali, tidurlah besok kamu kerja," ucap Anin. Kala dan Anin segera menuju ke atas ranjang, Anin tidur di samping Kala namun membelakangi Kala
"Bagaimana aku bisa tidur, kalau kamu seperti itu. Bisa tidak menghadap ke sini," ucap Kala. Anin memutar tubuhnya menghadap suaminya.
"Sudah tidur, kamu seperti Dava saja, jika belum dipeluk belum tidur," ucap Anin dengan mengusap wajah Kala. Kala tidur, dia menenggelamkan wajahnya di dada Anin. Anin mengusap lembut kepala Kala.
"Bukannya aku yang bersandar didadamu malah kamu yang seperti ini, Kala?" gumam Anin. Iya, itu adalah temapat favorit Kala sekarang, tidur dengan menenggelamkan kepalanya di dada Anin.
Tanpa hitungan menit, Kala sudah memejamkan matanya, dan tertidur sangat pulas, hingga dengkuran lirih terdengar oleh Anin.
"Bagaimana aku tidak jatuh cinta denganmu, Kala. Kamu bisa membuat aku senyaman ini dan bisa membuat sakit hatiku pada Vino menghilang dengan begitu cepat. Aku rela Kala, hanya di jadikan bahan fantasimu saja, walau tidak sampai melakukan hubungan intim yang seharusnya aku dapatkan karena sudah menjadi istrimu," gumam Anin dalam hati. Anin merasa mengantuk lagi, dia tidur dengan memeluk Kala. Membiarkan kepala Kala tetap berada di atas dada Anin.
Ke esokan harinya, Anin terbangun dan melihat posisi tidur Kala masih sama, tidak berubah sedikitpun. Anin tersenyum melihat suaminya yang seperti itu.
"Kala bangun, sudah pagi," ucap Anin lirih.
"Masih ngantuk Anin," ucapnya dengan suara serak.
"Kamu harus ke kantor, Kala," ucap Anin.
"Aku akan berangkat siangan. Sebentar aku masih ingin berada di tempat ternyamanku," ucapnya.
"Ya sudah." ucap Anin. Tak terasa tangan Kala kembali bergerilya di atas tubuh Anin, Kala memberikan sensasi yang membuat Anin dimabuk kepayang. Anin sangat menikmati sentuhan yang di berikan oleh Kala. Dia sedikit mengeluarkan napas yang tak beraturan dan desahan kecil lepas dari mulutnya. Kala yang mendengarkan dia tambah semangat menjelajahi tubu Anin dengan tangannya. Entah apa yang Kala rasakan, dia berani membuka semua piyama Anin bagian atasnya. Hingga Anin tak memakai sehelai benangpun di tubuhnya.
Semua keegoisan hilang seketika, yang ada hanyalah dua insan yang sedang di mabuk cinta pagi hari.
"Anin, boleh aku melakukannya?" tanya Kala dengan Syarah serak dan penuh dengan hasrat.
"Lakukanlah apa yang kamu inginkan, aku terima jika aku harus kecewa lagi seperti kemarin," ucap Anin dengan suara tersengal karena napasnya tak beraturan.
"Aku akan berusaha Anin," ucap Kala. Dengan segera Kala melukan apa yang seharusnya ia lakukan dari dulu dengan Anin.
Suara decitan ranjang mereka terdengar nyaring di kamar diiringi dengan suara erangan mereka yang menyatu hingga mencapai puncak. Kala bisa melakukannya, Kala sudah sempurna menjadi suami Anin hari ini. Kala terkulai lemas di atas tubuh mungil Anin. Dia memandang Wajah istrinya dan tersenyum lalu mencium setiap inci wajah Anin.
"Terima kasih, Sayang," ucap Kala. Betapa bahagianya Anin di panggil sayang oleh Kala.
"Kamu tadi berkata apa?" tanya Anin denga tersenyum dan mengalungkan tangannya ke leher Kala.
"Sayang, sudah jangan menggoda ku lagi," ucap Kala.
"Memang aku ingin menggoda suamiku," ucap Anin lirih di telinga Anin
"Jangan seperti itu, nanti aku ingin lagi, Anin," ucap Kala lirih di telinga Anin. Anin tak bisa menolak apa yang Kala inginkan. Mereka kembali melakukan lagi hingga mencapai puncaknya lagi.
"Anin, kamu pernah melahirkan, kan?" tanya Kala yang masih berada di atas tubuh Anin.
"Iya lah, itu Dava emang kamu yang ngeluarin, Kala?" ucap Anin dengan menarik hidung suaminya.
"Punyamu seperti masih gadis," ucap Kala yang membuat pipi Anin memerah.
"Ahh, udah sana mandi, kamu harus ke kantor," ucap Anin.
"Mandi bersama ya," pinta Kala, Anin mengiyakan apanyang suaminya inginkan. Dia dengan segera menggendong tubuh Anin ke kamar mandi dan merek mandi bersama.