Kerajaan Avaris yang dipimpin oleh Raja Darius telah menjadi kekuatan besar di benua Estherya. Namun, ancaman datang dari Kekaisaran Zorath yang dipimpin oleh Kaisar Ignatius, seorang jenderal yang haus kekuasaan. Di tengah konflik ini, seorang prajurit muda bernama Kael, yang berasal dari desa terpencil, mendapati dirinya terjebak di antara intrik politik dan peperangan besar. Dengan bakat taktisnya yang luar biasa, Kael perlahan naik pangkat, tetapi ia harus menghadapi dilema moral: apakah kemenangan layak dicapai dengan cara apa pun?
Novel ini akan memuat konflik epik, strategi perang yang mendetail, dan dinamika karakter yang mendalam. Setiap bab akan menghadirkan pertempuran sengit, perencanaan taktis, serta perkembangan karakter yang realistis dan emosional.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zylan Rahrezi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rahasia Eldrin dan Jalan Menuju Ibu Kota
Bab 5: Rahasia Eldrin dan Jalan Menuju Ibu Kota
Pagi datang dengan cepat, membawa angin segar yang menusuk kulit. Kael membuka matanya perlahan, mendapati Eldrin sedang duduk di depan perapian kecil di tengah pondok. Pria tua itu tampak tenang, meski sorot matanya menyiratkan kekhawatiran.
“Bangunlah,” ujar Eldrin tanpa menoleh. “Kita punya banyak hal yang harus dibicarakan sebelum perjalanan dimulai.”
Kael bangkit dengan hati-hati, membangunkan Liora dan Finn. Pak Thalion sudah duduk di sisi lain ruangan, tampak sedang merenung.
“Katakan, Eldrin,” Kael memulai, duduk di depan pria tua itu. “Apa sebenarnya yang sedang kita hadapi?”
Eldrin menghela napas panjang. “Musuh kalian bukan hanya pasukan biasa. Mereka dipimpin oleh seorang panglima bernama General Morvath, seorang ahli sihir hitam yang telah mempelajari seni gelap selama puluhan tahun. Senjata yang mereka bawa bukan senjata manusia biasa, melainkan artefak kuno yang dikenal sebagai Obsidian Core.”
“Obsidian Core?” Finn mengerutkan kening. “Apa itu?”
“Sebuah kristal dengan kekuatan destruktif yang luar biasa,” jawab Eldrin. “Dengan itu, Morvath bisa menghancurkan kota-kota dan menundukkan seluruh kerajaan. Dan jika dia berhasil mencapai ibu kota dengan senjata itu, tidak ada yang bisa menghentikannya.”
Misi Baru
Kael mengepalkan tangannya. “Jadi, kita harus menghentikan dia sebelum itu terjadi.”
Eldrin mengangguk. “Benar. Tapi perjalanan kalian ke ibu kota tidak akan mudah. Jalan-jalan utama dijaga ketat, dan hutan ini penuh dengan perangkap magis yang dibuat oleh pasukan Morvath.”
Liora menatap Eldrin dengan cemas. “Apakah ada cara lain?”
“Ada satu jalan rahasia,” jawab Eldrin. “Sebuah terowongan bawah tanah yang dulu digunakan oleh para penjaga hutan. Tapi jalannya berbahaya dan penuh dengan makhluk-makhluk yang tidak bersahabat.”
“Tidak ada pilihan lain,” kata Pak Thalion dengan tegas. “Kita harus mengambil risiko itu.”
Eldrin tersenyum tipis. “Aku suka semangat kalian. Tapi ingat, keberanian tanpa kehati-hatian adalah kebodohan.”
Persiapan Perjalanan
Eldrin memberikan mereka beberapa ramuan dan jimat pelindung sebelum mereka berangkat. Kael merasa kekuatan aneh mengalir dalam tubuhnya saat Eldrin menyerahkan sebuah pedang kecil berukir rune.
“Ini adalah Blade of Aether,” kata Eldrin. “Pedang ini akan membantumu melawan sihir hitam.”
Kael memegang pedang itu dengan rasa hormat. “Terima kasih.”
“Gunakan dengan bijak,” Eldrin memperingatkan. “Pedang itu hanya sekuat orang yang menggunakannya.”
Setelah semuanya siap, mereka meninggalkan pondok dan menuju pintu masuk terowongan rahasia yang tersembunyi di balik air terjun kecil.
“Berhati-hatilah,” Eldrin mengingatkan sebelum mereka masuk. “Aku akan mengawasi dari jauh.”
Di Dalam Terowongan
Terowongan itu gelap dan lembab, dengan dinding yang dipenuhi lumut bercahaya samar. Suara tetesan air dan langkah kaki mereka menggema di sepanjang lorong.
“Kau tahu,” Finn berbisik, mencoba mengurangi ketegangan. “Ini terasa seperti cerita rakyat yang pernah kuceritakan pada anak-anak di desaku.”
“Sayangnya, ini bukan cerita,” jawab Kael dengan serius. “Ini kenyataan.”
Perjalanan mereka berlangsung tanpa hambatan selama beberapa jam, tetapi suasana berubah saat mereka mencapai ruang besar yang dipenuhi stalaktit dan stalagmit.
“Berhenti,” bisik Liora tiba-tiba. “Ada sesuatu di sini.”
Suara geraman rendah terdengar dari kegelapan. Dari bayang-bayang muncul makhluk besar dengan kulit bersisik dan mata merah menyala. Makhluk itu adalah Guardian of the Depths, penjaga terowongan yang legendaris.
Kael menghunus pedangnya. “Bersiaplah!”
Pertempuran di Kegelapan
Makhluk itu menyerang dengan kecepatan yang mengejutkan. Kael melompat ke samping, menghindari cakar raksasa yang menghantam tanah, menciptakan retakan besar. Liora dan Finn segera mengambil posisi, melepaskan panah dan batu ke arah makhluk itu.
Pak Thalion mengayunkan kapaknya, mencoba melukai makhluk tersebut, tetapi sisiknya terlalu keras. “Serang bagian bawahnya!” teriaknya. “Perutnya adalah titik lemahnya!”
Kael mengingat peringatan itu dan mencoba mencari celah untuk menyerang. Eldrin tidak salah—pedang Aether bersinar terang, merespons kehadiran sihir gelap di sekitar mereka.
“Liora, buat aku jalan!” Kael berteriak.
Liora menembakkan panah bertubi-tubi, memaksa makhluk itu mundur beberapa langkah. Finn melemparkan batu besar ke kepala makhluk itu, membuatnya terguncang.
Kael melihat kesempatan dan berlari secepat mungkin, mengayunkan pedang Aether ke arah perut makhluk itu. Pedang menembus kulit kerasnya, membuat makhluk itu mengaum kesakitan. Cahaya biru terang menyelimuti tubuh makhluk tersebut sebelum akhirnya runtuh dengan suara gemuruh.
Semua orang terdiam, mencoba memahami apa yang baru saja terjadi.
“Kau berhasil,” kata Liora dengan napas terengah-engah.
Kael mengangguk, membersihkan pedangnya. “Kita harus terus bergerak.”
Menuju Cahaya
Mereka melanjutkan perjalanan dengan hati-hati, melewati beberapa lorong bercabang sebelum akhirnya melihat cahaya di ujung terowongan.
“Itu dia,” kata Pak Thalion dengan lega. “Kita hampir sampai.”
Namun, Kael tahu bahwa tantangan sebenarnya masih menunggu mereka di luar. Pertempuran ini hanyalah permulaan.