Kalista Aldara,gadis cuek yang senang bela diri sejak kecil.Tapi sejak ia ditolak oleh cinta pertamanya,ia berubah menjadi gadis dingin.Hingga suatu ketika, takdir mempertemukannya dengan laki-laki berandalan bernama Albara. "Gue akan lepasin Lo, asalkan Lo mau jadi pacar pura-pura gue."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jaena19, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
tiga puluh
Terdengar bunyi menggema ketika topinya terjatuh diatas lantai.Ia berdecak melihat bercak merah di bajunya dan celananya.Meski tidak banyak tapi pasti akan membuat Albara menyadarinya.
"Dikasih jalan mudah,malah milih yang ribet."
Ujar Aldara menatap sinis dua preman yang kini sedang terkapar di lantai dengan wajah babak belur.Napas keduanya terengah-engah karena menahan sakit.
"Nanti kalau ditanya,bilang aja kalian bonyok karena ada cowok yang kebetulan lewat dan nolongin gue.Kalau kalian sampai cerita tentang gue,gue habisin Lo berdua",ancam Aldara.Meski ia berbicara dengan nada tenang,namun kedua preman itu tau jika ancaman Aldara tidak main-main.
"Ampun.. Ujar kedua preman itu.
Aldara tidak berniat untuk menyakiti siapapun sungguh.Andai saja kedua preman ini bisa diajak bernegosiasi tadi,mungkin wajah mereka tidak akan babak belur seperti itu.Tapi mereka yang tidak bisa diajak bicara baik-baik,sehingga ia menjadi lepas kendali.Bisa dibilang mereka seperti itu karena kesombongan mereka sendiri.
Ia menatap baju dan celananya yang terkena bercak merah.Ia mengigit bibir,bingung mencari alibi untuk Albara.Tas-nya ia tinggal di meja dan tidak mungkin ia beralasan jika bajunya terkena lipstik.Lagipula sekarang ia tidak membawa benda itu.
"Dara!"
Baru saja dipikirkan,suara laki-laki itu sudah terdengar.Matanya sontak terbelalak.
"Bangun! Cepet pergi!",ujarnya seraya menepuk-nepuk kaki kedua preman itu agar segera bangun.Bisa kacau kalau Albara melihat ini.Apalagi laki-laki itu sempat mencurigainya sebagai Kalista.
"Ih,buruan bangun! Kalau engga gue bikin kalian tambah babak belur,mau?!", ancamnya sambil menghunuskan tatapan tajam pada kedua preman itu.
Dengan susah payah kedua preman itu berdiri.
"Eh,bentar!", Aldara menahan salah satu tangan preman itu.
"Tampar gue dulu."
Kening preman itu berkerut,menatap Aldara dengan tatapan bingung.
"Cepet! Tampar gue sampai berdarah.Kalai engga gue akan serahin kalian ke cowok itu,gue jamin kalian pasti masuk penjara."
"T-tapi..."
Preman itu terlihat kebingungan,dirinya baru saja dikalahkan,masa ia harus menampar orang yang mengalahkannya.Ini tidak masuk akal.
"Aldara!", suara Albara terdengar mendekat.
"Cepet!"
Satu tamparan mengenai pipi mulus Aldara.Preman itu memasang wajah takut,takut jika yang barusan dia lakukan akan berimbas buruk.
Aldara berdecak."Yang bener,gue bilang tampar sampai berdarah."
Preman itu menelan ludahnya dengan susah payah.Tpi firasatnya mengatakan ada hal yang lebih mengerikan jika ia tidak menampar gadis itu.Ia menghela napasnya seraya mengumpulkan kekuatan.
Satu tamparan kembali mengenai wajahnya,kali ini ia sampai menoleh.Ia mencium aroma darah dari mulutnya.
"Oke,cepetan pergi!"
Setelah kedua preman itu pergi dengan langkah tertatih,ia menjatuhkan dirinya.Selain itu ia mengacak rambutnya,juga menyeka darah yang keluar dari bibirnya menggunakan bajunya sehingga menimpa darah yang sebelumnya.
"Dara!", suara Albara semakin mendekat.
Aldara pun mengeluarkan air matanya.
"Aldara."
Albara menemukannya.
Laki-laki itu melangkah dengan cepat ke arahnya Ia berjongkok di depan Aldara dan terlihat terkejut melihat kondisinya saat ini.
"Dar,Lo kenapa bisa kayak gini."
Aldara tidak menjawab,ia hanya terisak.
Albara mengedarkan pandangannya,matanya tertuju pada bayangan orang yang menjauh.Rahangnya mengeras,ia hendak menyusul orang itu,namun Aldara menahannya.
"Bar.." Ucap Aldara dengan lirih dengan tatapan nanar,membuat rahang Albara semakin mengeras.
Albara merengkuh tubuh Aldara kedalam dekapannya.Ia memeluk erat tubuh rapuh itu se"raya mengusap punggungnya.
"Mereka tadi tiba-tiba naik gue,mereka mukul gue.Tadi ada yang nolong,terus mereka kabur," ucap Aldara dengan terbata-bata,agar menyakinkan Albara jika dirinya sedang kesakitan.
"Tenang,ada gue di sini.Mereka gak bakal ganggu Lo lagi."
Aldara mengangguk di sela isakannya.
Lumayan memakan waktu hingga tangisan Aldara berhenti.Albara segera membawa gadis itu dalam gendongannya.Ia pun membawa Aldara menuju ke mobilnya.Laki-laki itu mendudukkan Aldara di samping kursi kemudi.
"Gue mau ke dalam dulu,mau ambil tas Lo.Tunggu di sini,jangan kemana-mana.Jangan buka pintunya sebelum gue datang."
Aldara menerima kunci mobil milik Albara yang dia serahkan padanya.Seolah tak ingin membuang waktu sedikitpun, laki-laki itu segera pergi dan masuk ke dalam pusat belanja itu.
Aldara menoleh,setelah memastikan laki-laki itu benar-benar masuk,ia mengentikan tangisannya.Dia membelokkan kaca diatas dasboard ke arahnya.Ia mendengus melihat penampilannya yang sungguh mengenaskan.
"Jelek banget si gue," rengek Aldara.Ini gimana gue bisa jadi model kalau bonyok begini? Ia menatap memar biru keunguan di pipinya.Sudah gagal maskeran sekarang wajahnya malah babak belur.
Ia menghela napasnya.Kenapa juga dirinya tidak bisa menahan diri.Coba aja,kalau ia tidak menghajar preman-preman itu,sudah pasti wajahnya masih mulus.
"Cewek yang namanya Siska tuh, bener-bener stress." Aldara mengepalkan tangan lalu memukul pahanya sendiri.
Albara punya dosa apa si sampai harus berurusan dengan perempuan seperti itu.
Namun,jika dipikir lagi hal ini bisa menjadi solusi supaya Aldara bisa lepas dari laki-laki itu.Ia bisa mendramatisir seolah dirinya trauma dengan kejadian ini.Melihat bagaimana raut panik Albara tadi,membuat ia berspekulasi kalau laki-laki itu tidak akan membiarkan orang lain tersakiti hanya karena egonya.
Albara pasti melepaskannya.Ia terbebas dan tidak perlu melakukan sandiwara lagi.Lagipula ia tidak punya kewajiban untuk menaruh simpati pada Albara yang dikejar-kejar cewek gila.
Albara sudah kembali dengan akurasi waktu yang ia rasa cukup cepat.Tidak hanya membawa atas Aldara, laki-laki itulah juga membawa serta obat-obatan mungkin di beli dari dalam sana.
Albara masuk dan duduk kedalam kursi kemudi,ia menyerongkan tubuhnya sehingga menghadap ke arah Aldara.Gadis itu sudah tidak menangis,meski wajahnya masih terlihat sendu.
Albara meraih dagu gadis itu,membuatnya sedikit mendongak.Hatinya memanas ketika melihat sobekan di sudut bibir Aldara yang terlihat masih berdarah.
Biadab!
Manusia biadab itu berani melakukan hal kejam ini pada seorang perempuan.Jika ia menemukan orang itu,ia tidak akan memaafkannya.Albara berjanji.
Albara mengambil kapas,lalu menuangkan antiseptik ke sana."Tahan ya,pasti agak sakit." Ia mengaplikasikan kapas itu ke luka Aldara.
Aldara mengigit bibirnya karena menahan sakit.
"Maaf ya."
Keninh Aldara mengkerut." Kenapa minta maaf?"
"Maaf karena gue gak bisa jagain Lo," ujarnya dengan penuh sesal.
Aldara merasa tidak enak,padahal bukan laki-laki itu yang menyakitinya.Ia juga hanya berpura-pura.
"Gak usah minta maaf,bukan ki yang nyakitin gue."
"Tetep aja,kalau seandainya gue bisa jagain Lo,gak akan kayak gini."
Albara mengeluarkan obat dan air mineral,ia lalu mendekatkannya pada mulut gadis itu.
"Kata mbak yang jual obat,ini bisa buat redain rasa sakit."
Aldara menurut,ia menelan obat itu. Setelahnya ia menyandarkan dirinya dengan tubuh yang melemas,seolah ia benar-benar merasakan sakit.Ia juga memejamkan matanya agar menambah efek dramatis.
Aldara terkejut ketika merasakan sensasi dingin pada pipinya.Ternyata Albara menempelkan cold pack kompres instan pada pipinya,ternyata laki-laki itu cukup teliti dalam mengobati.
"Gak apa-apa biar gue yang pegangin.Lo tidur aja," ujar Albara ketika gadis itu hendak mengambil alih cold pack dari tangannya.
Aldara sebenarnya tidak suka dalam situasi seperti ini,karena dengan begini ia akan semakin dekat dengan Albara.Tapi sebagai orang yang tengah sakit tentu saja ia tidak bisa banyak protes.
"Gue bener-bener minta maaf," ujar Albara dengan suara lembut,bahkan laki-laki itu kini tengah merapihkan rambut Aldara dengan sebelah tangannya.
Sejenak Aldara terpaku.Albara cowok pentolan sekolah karena tukang tawuran dan suka nongkrong sama preman ini,bisa bertindak setulus ini?