Kalista Aldara,gadis cuek yang senang bela diri sejak kecil.Tapi sejak ia ditolak oleh cinta pertamanya,ia berubah menjadi gadis dingin.Hingga suatu ketika, takdir mempertemukannya dengan laki-laki berandalan bernama Albara. "Gue akan lepasin Lo, asalkan Lo mau jadi pacar pura-pura gue."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jaena19, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
dua puluh sembilan
Aldara menatap wajahnya di cermin,ia mengamati wajahnya yang baru saja ditempeli masker wajah dari brand ternama.Masker itu baru saja menempel di wajahnya, masalahnya harga dari masker ini cukup menguras kantongnya.
Aldara menatap sayang masker yang tidak akan digunakan secara maksimal itu.Albara sangat menyebalkan,kenapa dia tidak mendiskusikan ini dari siang si? Kalau begitu kan ia akan memakai masker itu nanti ketika akan tidur.
"Ini malam Minggu kan? Kenapa kita kayak pacaran beneran, anjir."
Aldara bangkit menuju kamar mandi untuk mencuci wajahnya dari masker yang belum kering sama sekali.Setelah itu,ia berjalan menuju lemari untuk mengambil pakaian.Ia memilih untuk memakai jeans berwarna biru dan kaos warna putih berukuran agak besar dari tubuhnya,ia lalu memakai topi hitam untuk menutup rambutnya yang tergerai. Pergi dengan Albara bukan suatu hal yang harus membuatnya pusing menentukan outfit,kan?
Tidak ada kendala apapun saat ia bersiap-siap,tapi satu hal yang Aldara lupakan.Ia lupa bilang pada Albara untuk menunggunya di depan minimarket dekat perumahannya.Alhasil ketika ia membuka pintu kamar,tiga sosok manusia yang tak lain adalah keluarganya sedang menunggu di depan kamarnya dengan mata berbinar dan juga senyuman lebar.
"Dek,Lo punya pacar? Akhirnya adik gue normal."
Aldara mendelik." Lo pikir selama ini gue gak normal gitu?"
Kakaknya hanya menunjukkan deretan giginya.
Mamahnya mendekat lalu menggenggam tangan anaknya dengan penuh rasa sayang."Nak,kamu udah punya pacar? Anak mamah sudah besar."
Aldara menghela napasnya." Tapi dia bukan pacar aku,mah."
"Oh,masih pendekatan ya? Papah doain semoga lancar ya."
"Engga,dia cuma teman aku,kok."
Kakaknya tersenyum jahil."Temen tapi sampai ngajak malam mingguan,mana jemput ke rumah lagi.Temen apa demen,nih?"
"Apa si kak? Udah ah,aku mau pergi dulu.Oh,iya yanh tadi bukain pintu bukan mamah kan?"
Mamahnya menggeleng." Kakak kamu yang bukain."
Aldara menghela napas,ia bingung menjelaskan kalau saja Albara melihat tangan berotot mamahnya yang tidak tertutup lengan daster.
Aldara menyalimi orang tua serta kakaknya."Aku berangkat, jangan ngikutin ke depan ya."
Ketiganya mengangguk,ia lalu berjalan ke depan rumah.Disana ia melihat Albara tengah duduk di kursi teras.
"Bar.."
Albara yang tadinya sibuk dengan ponselnya pun mendongak.
"Kenapa gak nunggu di dalam?",tanya Aldara.
"Gak enak,jadi gue nunggu disini aja."
Aldara mengangguk,ia mengerutkan dahinya ketika melihat Albara yang terus menatapnya."Kenapa si liatin gue gitu banget? Cantik ya?",tanyanya sambil tersenyum usil.
Albara menggeleng cepat lalu berdeham,salah tingkah.
"Yuk!",ujarnya seraya bangkit dari duduknya.
____
Selama perjalanan menuju bioskop,ia merasa diikuti.Aldara belum bisa menebak siapa yang di targetkan.Dirinya atau Albara,yang pasti sedari tadi mereka tidak membiarkan Albara dan dirinya lepas dari pandangan mereka.Setiap detik ia merasakan tatapan mereka.
Albara masih terlihat santai dan tidak menyuruhnya untuk bersikap sebagai pacar pura-puranya.Aldara menebak jika laki-laki itu belum sadar jika mereka sedang diikuti.Buruk juga kepekaan laki-laki itu,padahal jika dia sering bertarung sudah pasti ia terlatih untuk waspada terhadap musuh.
Untungnya saat ini mereka sedang menonton sehingga tidak mengharuskan mereka melakukan banyak interaksi,hingga orang yang mengikuti mereka curiga.Ia curiga jika orang itu adalah suruhan Siska.
Jika kecurigaannya benar,sungguh Siska harus mendapatkan perawatan.Rasa ketertarikan gadis itu pada Albara sudah pada level sakit.Membuat orang sampai harus memiliki pacar pura-pura, menguntit,fiks wajib di bawa ke RSJ si itu.
Film pun berakhir tanpa Aldara nikmati sama sekali.Padahal sebelumnya ia sangat emang menonton,apalagi drama Korea.Tapi kali ini fokusnya teralih pada orang yang mengikutinya.Setelah keluar Aldara menggandeng tangan Albara yang tentu saja membuat laki-laki itu terkejut.Meski begitu laki-laki itu hanya diam,Aldara memberikan senyuman pada Albara dan laki-laki itu membalasnya.
"Mau makan?" Tanya Albara sambil menggaruk bagian belakang kepalanya.Aldara tau laki-laki itu sedang salah tingkah.
"Gue gak mau makan," jawab Aldara,ucapan yang sudah seperti template sekali.Namun Aldara berpikir jika laki-laki itu belum makan,Albara tidak mungkin diet sepertinya.Pasti rasanya tidak enak kalau harus makan sendiri.
"Tapi kalau pesenin yang ringan,boleh deh."
Albara lalu membawanya ke sebuah tempat makan.Sesuai request,Albara memesankannya makanan sehat.Aldara dengan senang hati memakannya.Hari ini,Aldara merasa seperti orang yang menyenangkan untuk Albara.Apakah dirinya sedang dirasuki peri baik hati?
"Kakak Lo binaragawan,ya?"
Aldara yang sedang menyantap makanannya sontak mendongak dan terkekeh sebentar."Nada sama kalimat Lo kayak mau gombal."
"Gak gitu,itu pertanyaan asli kok,bukan mau gombal."Sergah Albara cepat.
"Iya tau.Bukan,dia cuma mahasiswa biasa.Kenapa?"
"Badan dia bagus."
"Mungkin karena dia suka nge-gym.kenapa?Lo suka?"
Albara sontak langsung melotot.
"Gue gak aneh si,soalnya dari dulu banyak cowok yang centil ke kakak gue."
Albara langsung mendelik."Gue masih normal,Aldara."
"Ya kali aja gitu,kalau Lo tertarik,gue bis bantu sampein ke kakak gue."
"Gak! Amit-amit."
Sontak Aldara langsung tertawa melihat reaksi laki-laki itu.Di sisi lain ia menatap Aldara yang sedang tertawa,dia cukup terpesona dengan tawa gadis itu,terlihat sangat lepas dan tidak jaim.
Mungkin karena sebelumnya ia tak pernah dekat dengan perempuan,jadi perasaannya jadi aneh begini.
Tidak ada lagi obrolan,Aldara terlihat fokus pada makanannya.Albara juga ikut fokus pada makanannya meski beberapa kali ia melirik ke arah gadis itu.Keningnya berkerut ketika makanan gadis itu belum sepenuhnya habis,tapi dia terlihat akan beranjak.
"Udah? Mau kemana?",tanya Albara.
Aldara mengangguk."Gue mau ke toilet sebentar,ya."
"Oke."
Aldara mulai melangkahkan kakinya menuju ke toilet,ketika tubuhnya sudah aman dari penglihatan Albara,ia mengubah arah jalannya,bukan menuju ke toilet,melainkan menuju ke arah luar.
Aldara berjalan sangat santai meskipun dibelakangnya ada dua pria berbadan besar sedang mengikutinya.Ia tersenyum miring,jadi sedari tadi mereka mengincar dirinya
Aldara berbelok ke arah basemen, ia memilih tempat yang cukup sepi ,memberi kesempatan pada penjahat agar bisa beraksi.
Benar saja,saat tak ada pasang mata yang terlihat lagi,salah satu orang itu membekap mulut Aldara dan menyeretnya ke tempat yang lebih sepi.Selain bobot Aldara yang ringan,juga ia tak memberikan perlawanan pada kedua preman itu.
Setelah sampai di tempat sangat sepi,orang itu menghempaskan tubuhnya.Namun,dengan mudah ia bisa kembali menyeimbangkan tubuhnya,ia menegakkan tubuhnya menatap dua orang yang berbadan besar dengan wajah sangar itu.
"Jauhin cowok itu! Atau Lo bakal habis sama kita!", ucap salah satu preman dengan tato di lengan kirinya.Suaranya cukup serak dan menakutkan,siapapun yang mendengarnya akan lari ketakutan.
"Kalian suka sama Albara?",tanya Aldara seraya merapihkan topinya dengan santai.
"Gak usah bacot! Pokoknya Lo jauhin cowok itu!",ucap pria yang satunya.
Aldara menatap kedua orang itu dengan tatapan polos."Gak mau."
"Nantang kita Lo? Kita bisa buat Lo nyesel!",ucap pria bertato yang terlihat sudah kesal karena Aldara menantangnya.
"Contohnya?", tanya Aldara seraya tersenyum miring.
"Kita akan buat Lo di situasi dimana cowok itu akan jauhin Lo,bahkan cowok lain pun akan akan jauhin Lo."
Aldara menatap kedua oeang itu dengan tatapan datar."Di bayar berapa Lo berdua sama Siska?"
Keduanya nampak terkejut,lalu saling melihat satu sama lain.
"Seimbang gak bayaran yang dia kasih,kalau seandainya kalian dipenjara?",tanya Aldara dengan raut wajah dingin,seketika suasana pun ikut mencekam.
"Preman receh kayak Lo berdua jangan segitunya.Gak usah omong besar,kalian gak punya backingan buat lolos dari hukum.Mau aja di pelarat."
"Apa Lo bilang?!",tanya laki-laki itu tak terima.
"Preman receh!"
"Gak usah gaya Lo,gue bikin mulut Lo gak bisa ngomong lagi,tau rasa Lo!"
Aldara tersenyum miring,ia lalu mengacungkan jari telunjuknya,memberi kode untuk maju melawannya.
Melihat Aldara yang bersikap seolah menantang,membuat pria bertato marah."Sialan!",umpat laki-laki itu.
Dia yang tidak jauh dari Aldara,mulai mau dan hendak melayangkan pukulan pada Aldara.Dengan mudah Aldara menangkis pukulan itu,dengan gerakan cepat ia meninju perut laki-laki itu,kemudian menendang selangkangan laki-laki itu dengan keras.
Dalam sekali serangan pria bertato itu ambruk,terlihat dia meringis sambil memegang selangkangannya yang sakit karena ia tendang.
Pria yang satunya mematung tak percaya ketika melihat temannya ambruk hanya karena satu serangan.
"Wh, ternyata gue masih kuat ya,"ujar Aldara dengan nada bangga.
Aldara lalu menatap preman yang satunya."sini,Lo mau coba juga gak,bang? Biar buktiin kalau yang tadi itu bukan kebetulan."
Preman itu menggeleng kepalanya cepat.
Aldara tersenyum mengejek,ia lalu mendekat ke arah pria itu dan mengangkat tangannya seolah hendak memukul.Laki-laki itu mengangkat kedua tangannya untuk melindungi dirinya.
Aldara tertawa melihat itu." Yah,payah."
"Oke,gue gak akan nyakitin kalian lebih jauh dengan syarat.Kalian pergi dan bilang ke Siska kalau kakian di keroyok sama orang yang bantuin gue.Jangan ceritain apapun soal ini,karena gue gak mau repot."
Baru saja selesai berbicara,pria bertato tadi mencekal pergelangan kakinya dan menariknya.Ia pasti akan terjerembab ke beton kalau saya tidak menahan tubuhnya.
Aldara berdecak karena kakinya masih di cekal,dengan sekuat tenaga ia menendang wajah pria itu,hingga terlihat ada darah mengalir dari hidungnya.Tangan pria itu terlepas dari pergelangan kakinya.
Segera Aldara berdiri dan menatap nyalang kedua pria itu.Ia menghela napasnya berusaha memendam iblis dalam dirinya agar tidak keluar.Ia lalu menatap nyalang pria yang satunya.
Terlihat laki-laki itu memundurkan langkahnya dengan wajah takut."Ampun,gue gak ngapa-ngapain,kok."