Hidup bergelimang harta, mempunyai istri yang cantik dan seorang putri yang manis tak membuat seorang Demian merasakan kebahagiaan hidupnya.
Rasa bersalahnya pada seorang wanita 8 tahun yang lalu selalu menghantui hidupnya. Wanita itu sudah berhasil mengubah hatinya yang hangat menjadi sedingin es, beku dan keras.
"Ariana, di mana kamu? aku merindukanmu sayang."
Disisi lain jauh dari ibu kota Ariana sedang bekerja keras seorang diri untuk menghidupi anaknya.
Anak yang tidak pernah mengetahui di mana sang ayah, karena 8 tahun yang lalu Ariana meninggalkan laki-laki yang sudah menyakitinya bersama janin yang tak pernah terucap.
Akan kah keduanya akan bertemu dan kembali bersama meski keadaan tidak seperti dulu lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part~8
"Kamu tidak apa-apa, Nak ?" tanya Herman pada Ricko.
"Ricko, tidak sengaja yah." sahut Ricko ketakutan.
Herman nampak terkejut ketika melihat Demian, pemilik perusahaan tempatnya bekerja. Dengan sedikit menundukkan kepalanya ia menyapa Demian yang juga nampak menatapnya dengan pandangan tak bisa ia artikan.
"Tuan Demian." sapa Herman.
Sedangkan Demian hanya menanggapi sapaan Herman dengan anggukan kepalanya.
Sementara Monica yang melihat kedatangan Herman nampak tersenyum sinis, di lihat dari manapun laki-laki itu hanya karyawan biasa. Berbeda dengan sang suami yang notabennya seorang pengusaha sekaligus pemilik perusahaan dengan ribuan karyawan.
"Baguslah, kalau sudah kumpul semua di sini. Jadi saya menginginkan pertanggung jawaban dari kalian selaku orangtuanya." ucapnya dengan sinis.
"Nyonya lebih baik kita mendengarkan penjelasan dari guru olahraganya langsung, bagaimana kejadian yang sebenarnya ?" tegas Ariana.
"Benar bapak-bapak dan ibu-ibu dari tadi saya mau menjelaskan tapi sama sekali tidak mendapatkan kesempatan. Jadi begini sebenarnya tadi di saat Ricko mendapatkan giliran melemparkan bola tiba-tiba Olive masuk ke dalam lapangan dan tanpa sengaja bola tersebut mengenai wajahnya." ujar guru olahraga tersebut.
"Itu tidak mungkin pak, memang anak saya bodoh ingin mencelakai dirinya sendiri. Lihat anak saya sampai babak belur begini." sungut Monica.
"Itu hanya memar biasa nyonya di beri salep juga akan membaik." tegas Ariana.
"Baiklah kalau begitu saya meminta ganti rugi 10 juta pada kalian." ucapnya lagi dengan lantang yang langsung membuat Ariana menatap sinis padanya.
"Jadi anda mau memeras saya, bukannya anak saya juga tidak bersalah ?" ujar Ariana kesal.
"Hey orang kampung kamu dengar ya, anak saya sejak lahir setiap sakit selalu mendapatkan perawatan dengan obat yang terbaik dan mahal jadi wajar kalau saya minta ganti segitu." sungut Monica.
Mendengar ucapan Monica kemarahan Ariana langsung memuncak, sedari tadi ia berusaha untuk tidak menatap Demian meski laki-laki itu sama sekali tak berkedip menatapnya.
Tapi kali ini Ariana sudah tidak tahan, bagaimana bisa istri dari laki-laki brengsek itu berbuat semena-mena seperti itu.
Ricko yang notabennya juga anak kandung dari laki-laki itu, setiap sakit hanya menggunakan obat herbal di sekitar rumah karena keterbatasan uang yang dia miliki.
Tapi justru anak yang lainnya mendapatkan perawatan yang begitu mahal, dengan menguatkan hatinya Ariana menatap tajam pada Demian seakan ini adalah bentuk protes pada laki-laki itu.
Sedangkan Demian nampak menelan ludahnya sendiri, ketika pandangan mereka bertemu. Seketika ia merasakan denyut jantungnya berlalu-talu seakan ingin lompat dari tempatnya.
Sungguh ia tidak kuat mendapatkan tatapan kebencian dari wanita yang sudah meremukkan hatinya serta membawa separuh jiwanya pergi selama bertahun-tahun itu.
Ehmmm
Dengan sedikit berdehem Demian mencoba memperbaiki suasana hatinya, kemudian ia mulai membuka suaranya.
"Saya rasa masalah ini sudah beres dan tidak perlu ada ganti rugi." ucapnya yang langsung mendapatkan protes dari sang istri.
"Sayang, apa aku tidak salah dengar. Kenapa kamu jadi membela mereka ?" sungut Monica.
"Saya tidak membela tapi bukannya kejadiannya memang seperti itu dan anak laki-laki itu tidak bersalah." tegas Demian seraya menatap sekilas Ricko yang berada dalam pelukan Herman.
"Benar Om, saya saksinya." tiba-tiba Bryan yang notabennya kakak kelas dari Ricko nampak masuk ke dalam ruangan UKS tersebut bersama Angel yang tadi sempat mendorong Olive masuk ke dalam lapangan.
"Bryan ?" Gumam Demian, Bryan adalah anak dari sahabat baiknya yaitu Gilang Adithama.
Dimana Gilang adalah sosok laki-laki yang membuat Demian dekat dengan Ariana meski dengan cara yang berbeda yaitu 'sebuah taruhan'.
"Jadi kamu melihat semua kejadiannya, Nak ?" tanya Ariana.
"Benar tante, waktu itu saya sedang memperhatikan kelas dua sedang berolahraga di lapangan dan saya perhatikan ketika Ricko melemparkan bola tiba-tiba Angel mendorong Olive hingga masuk ke dalam lapangan." sahut Bryan menjelaskan.
"Benar tante, saya minta maaf saya hanya becanda tadi." ucap Angel sembari menunduk.
"Kalian sedang tidak berbohong kan ?" sungut Monica tak percaya.
Bisa-bisanya Bryan dan Angel yang notabennya teman Olive dari orok justru membela Ricko si anak kampung yang baru di kenalnya.
"Kami tidak berbohong tante." sahut Bryan dan Angel bersamaan.
Ariana nampak tersenyum sinis menatap Monica. "Baiklah, jadi sekarang tidak ada masalah lagi kan? apa kalian tidak berniat untuk meminta maaf pada anak saya karena tadi sudah menuduhnya dan membentaknya." ujar Ariana seraya melirik ke arah Demian.
Ternyata sebelum masuk ke dalam ruang UKS tadi, Ariana sempat mencuri dengar bagaimana Demian dan istrinya membentak anaknya dan itu membuat Ariana semakin membenci laki-laki itu.
"Jangan mimpi." sinis Monica, sedangkan Demian nampak membisu. Ada perasaan bersalah sekaligus gengsi di hatinya.
"Baiklah, kalau begitu saya bisa bawa anak saya pulang sekarang kan pak ?" ucap Ariana pada gurunya Ricko.
"Silakan bu kebetulan jam sekolah sudah usai." sahutnya.
"Permisi, ayo mas pulang." ajak Ariana dengan lembut pada Herman dan Ricko.
Herman nampak menganggukkan kepalanya sejenak menatap Demian, kemudian ia berlalu pergi bersama Ariana dan juga Ricko.
Melihat keluarga kecil bahagia tersebut, Demian nampak mengepalkan tangannya penuh amarah.
Kemudian tanpa sepatah kata Demian langsung keluar dari ruangan UKS tersebut meninggalkan anak dan istrinya.
"Mas, tunggu mas. Kamu mau kemana ?" teriak Monica panik, ia segera mengajak putrinya untuk mengejar ayahnya.
Demian yang sedang duduk di sebelah kursi kemudi bersama Victor nampak menatap geram pada Ariana yang terlihat naik motor bersama Herman.
"Tuan, anda baik-baik saja ?" tanya Victor khawatir.
Belum juga ia menjawab, Monica dan Olive sudah masuk ke dalam mobilnya.
"Mas kenapa tinggalkan kami? tadi juga kenapa diam saja tak membela Olive. Apa kamu tidak kasihan pada anak kita." keluh Monica.
"Diamlah Mon, kalau tidak kamu bisa pulang naik taksi." hardik Demian.
Mendengar bentakan suaminya, Monica langsung terdiam. Ia nampak meremas roknya menahan amarah.
"Dan kamu Olive lain kali jangan seperti itu lagi, apa Daddy pernah mengajari untuk berbohong ?" bentak Demian.
Olive nampak ketakutan dalam pelukan sang ibu. "Maafkan Olive, Dad." ucapnya sembari terisak.
Demian nampak menghela napasnya, kemudian ia menyuruh Victor untuk melajukan mobilnya.
"Terima kasih ya mas, sudah datang ke sekolahnya Ricko." ucap Ariana ketika sampai di rumahnya.
"Tidak apa-apa Rin, Ricko sudah ku anggap seperti anak kandungku sendiri." sahut Herman.
Setelah mengobrol sejenak, Herman kemudian berpamitan pulang.
Di sisi lain, setelah mengantar anak dan istrinya pulang. Demian kembali lagi ke kantornya.
Laki-laki itu nampak menghempaskan tubuhnya di kursi kebesarannya. "Aku sudah bertahun-tahun mencarimu, Ariana. Ternyata kamu sudah asyik-asyikan menikah dengan laki-laki lain."
"Aku mencintaimu Ariana, kenapa keadaan menjadi sulit seperti ini." teriaknya lagi.
"Arrgghhhh."
Demian nampak berteriak frustrasi sembari melempar semua benda yang ada di atas meja kerjanya hingga berhamburan ke lantai.
Kemudian ia beranjak dari duduknya, lalu mengambil sebotol wine dari lemari belakangnya. Setelah itu ia meneguknya beberapa kali.
Hingga malam hari Demian tak kunjung keluar dari ruangannya, hingga membuat Victor sangat khawatir.
Tak berpikir panjang, Victor segera masuk ke dalam ruangan atasannya tersebut.
"Tuan, anda baik-baik saja."
Victor nampak terkejut ketika melihat ruangan atasannya itu terlihat seperti kapal pecah dan ia lebih terkejut lagi ketika melihat Demian nampak mabuk tak sabarkan diri.
"Mari saya antar pulang, tuan." ujar Victor sembari memapah Demian keluar dari ruangannya.
Beruntung para karyawannya sudah pulang semua, jadi tak menyaksikan keadaan bossnya saat ini yang pasti akan mempengaruhi image laki-laki itu nantinya.
Sesampainya di rumahnya, nampak Monica menyambut kedatangan suaminya dengan khawatir. Karena tak biasanya Demian minum hingga mabuk seperti saat ini.
Setelah Victor mengantar Demian ke kamarnya, ia segera kembali ke kantornya untuk membereskan kekacauan yang sudah bossnya itu perbuat.
Sedang Monica nampak mengulas senyumnya ketika melihat sang suami tak sadarkan diri di atas ranjangnya.
"Mungkin inilah hari-hari yang ku tunggu untuk memilikimu, sayang."
Gumamnya sembari melepaskan kencing kemeja Demian satu persatu.
wah kamu tuh Victor ga menghargai Nina..
hijrah
ini zinah ya ukhty ya akhy 😊
tunggakan bacaan ini sudah banyak yang melenceng dari ajaran syariat Islam
hijrah ke jalan yang benar dan lurus dengan pemahaman para ulama Sunnah
setidaknya gak harus kerja di bar