NovelToon NovelToon
The Dark Prince

The Dark Prince

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: PASTI SUKSES

Di negeri Eldoria yang terpecah antara cahaya Solaria dan kegelapan Umbrahlis, Pangeran Kael Nocturne, pewaris takhta kegelapan, hidup dalam isolasi dan kewaspadaan terhadap dunia luar. Namun, hidupnya berubah ketika ia menyelamatkan Arlina Solstice, gadis ceria dari Solaria yang tersesat di wilayahnya saat mencari kakaknya yang hilang.

Saat keduanya dipaksa bekerja sama untuk mengungkap rencana licik Lady Seraphine, penyihir yang mengancam kedamaian kedua negeri, Kael dan Arlina menemukan hubungan yang tumbuh di antara mereka, melampaui perbedaan dan ketakutan. Tetapi, cinta mereka diuji oleh ancaman kekuatan gelap.

Demi melindungi Arlina dan membangun perdamaian, Kael harus menghadapi sisi kelam dirinya sendiri, sementara Arlina berjuang untuk menjadi cahaya yang menyinari kehidupan sang pangeran kegelapan. Di tengah konflik, apakah cinta mereka cukup kuat untuk menyatukan dua dunia yang berlawanan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PASTI SUKSES, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tamu yang Membawa Kekacauan

Malam itu, angin di Umbrahlis terasa lebih dingin dari biasanya. Arlina duduk di balkon kamarnya, memandangi langit malam yang dipenuhi bintang. Di benaknya, ada rasa tak nyaman yang terus mengusik sejak kedatangan Putri Celestine. Perempuan itu terlalu anggun, terlalu sempurna, dan, yang paling menyebalkan, terlalu sering mencari perhatian Kael.

Kael masuk ke kamar dan menemukan Arlina termenung. "Kamu tidak tidur, Arlina?" tanyanya lembut.

Arlina menoleh. "Aku hanya berpikir... apakah tamu kita akan tinggal lebih lama?"

Kael duduk di sampingnya, mengusap punggungnya pelan. "Celestine hanya seorang tamu, Arlina. Tidak ada yang perlu kau khawatirkan."

"Tapi dia selalu ada di dekatmu," Arlina menjawab tanpa menatapnya. "Dia bahkan tak segan mendekatkan dirinya, seolah-olah aku tak ada."

Kael mendesah panjang. "Arlina, dia hanya berbicara tentang kerja sama antara Umbrahlis dan Ephyria. Aku melakukannya untuk negeriku."

Arlina tersenyum tipis, meski jelas tersirat bahwa perasaannya belum benar-benar tenang.

****

Hari berikutnya, istana menjadi ramai dengan persiapan untuk jamuan makan malam. Celestine, dengan keanggunannya, memikat perhatian semua orang. Ia mengenakan gaun biru muda yang berkilauan seperti kristal, membuat para pelayan dan penjaga terkagum-kagum.

Arlina, yang berdiri di sudut aula, memperhatikan tamu itu dari jauh. Lyra mendekat dan berbisik, "Nyonya, Anda jauh lebih cantik darinya."

Arlina tertawa kecil. "Kau terlalu baik, Lyra. Tapi dia memang memikat, bukan?"

Saat makan malam berlangsung, Celestine menunjukkan bakat yang mengejutkan. Ketika salah satu pelayan menjatuhkan piring, Celestine melambaikan tangannya, dan pecahan piring itu kembali menyatu dalam sekejap. Semua orang terdiam, terkagum-kagum oleh kekuatan magisnya.

Arlina menatap Kael, berharap melihat reaksi suaminya. Namun, wajah Kael tetap datar, meski matanya sedikit menyipit.

"Hebat sekali, Putri Celestine," kata salah satu penasihat Kael. "Kekuatan seperti itu jarang terlihat."

Celestine tersenyum. "Oh, ini hanya hal kecil. Di Ephyria, kekuatan seperti ini biasa saja."

Arlina merasa dadanya semakin sesak. Tidak hanya Celestine cantik dan anggun, tetapi ia juga memiliki kekuatan magis yang luar biasa.

Di taman istana, Kael dan Celestine sedang berbicara serius tentang aliansi antara kedua negeri. Arlina berdiri di balkon, melihat pemandangan itu dengan hati yang berat.

"Mengapa dia harus selalu bersamanya?" gumamnya pelan.

Lyra, yang ada di sampingnya, mencoba menghibur. "Tuan Kael hanya menjalankan tugasnya. Anda tahu bagaimana dia sebenarnya."

Arlina mengangguk, tetapi perasaan cemburu tetap menghantuinya.

Sore harinya, Arlina memutuskan untuk berjalan-jalan di taman. Ia berharap bisa melupakan kegelisahannya, tetapi langkahnya terhenti saat mendengar suara tawa Celestine.

"Kau terlalu serius, Kael," kata Celestine sambil tertawa kecil. "Cobalah menikmati hidup sedikit."

"Aku menikmati hidupku dengan caraku," jawab Kael singkat.

Arlina tidak tahan lagi. Ia mendekati mereka dengan langkah mantap. "Kael, apakah aku mengganggu?" tanyanya dengan senyum dipaksakan.

Kael menoleh, terlihat sedikit kaget. "Arlina, tidak sama sekali."

Celestine tersenyum lembut. "Arlina, kau datang tepat pada waktunya. Aku baru saja bercerita tentang tradisi di negeriku. Mungkin kau ingin mendengarnya juga?"

"Tentu saja," jawab Arlina, meski suaranya terdengar dingin.

Namun, sebelum Celestine melanjutkan ceritanya, tiba-tiba angin di taman berubah menjadi lebih kencang. Pohon-pohon bergoyang, dan suasana menjadi mencekam. Celestine berdiri dan mengangkat tangannya, menciptakan perisai magis yang melindungi mereka dari angin liar.

Kael segera berdiri di depan Arlina, melindunginya. "Apa yang terjadi?" tanyanya tajam.

Celestine menatap angin yang berputar di depan mereka. "Ini bukan angin biasa. Ada sesuatu yang mencoba masuk ke sini."

Dengan lambaian tangannya, Celestine menghentikan angin tersebut. Namun, ia tampak kelelahan setelahnya.

Kael menatapnya dengan curiga. "Bagaimana kau tahu cara menghentikannya?"

Celestine tersenyum samar. "Seperti yang kukatakan, di negeriku, kekuatan magis adalah hal biasa. Aku hanya melakukan apa yang bisa kulakukan."

Arlina merasa ada yang tidak beres, tetapi ia tidak tahu bagaimana mengungkapkannya.

Malam itu, di kamar mereka, Kael tampak gelisah. Ia berjalan mondar-mandir sambil memikirkan kejadian di taman.

"Kael, ada apa?" tanya Arlina.

Kael berhenti dan menatapnya. "Celestine terlalu sempurna. Kecantikannya, kekuatannya, semuanya terasa... mencurigakan."

Arlina mengangguk. "Aku juga merasakannya. Tapi apa yang bisa kita lakukan? Dia adalah tamu kita."

Kael mendesah. "Aku akan mencari tahu lebih banyak tentang dia. Untuk sekarang, kau tetap waspada. Aku tidak ingin sesuatu terjadi padamu."

Arlina mendekat dan menggenggam tangannya. "Aku percaya padamu, Kael."

Kael menariknya ke dalam pelukan. "Dan aku tidak akan membiarkan siapa pun menyakitimu, Arlina."

Di luar kamar mereka, Celestine berdiri di lorong gelap, mendengarkan percakapan mereka dengan senyum penuh arti. "Kalian boleh waspada, tetapi aku selalu satu langkah di depan," gumamnya sebelum berjalan pergi.

****

Keesokan paginya, suasana istana terasa aneh. Para pelayan terlihat lebih berhati-hati, dan prajurit berjaga lebih ketat dari biasanya. Arlina memutuskan untuk berjalan ke ruang makan, berharap menemukan Kael. Namun, yang ia temukan adalah Celestine sedang duduk santai di meja panjang dengan senyum menggoda.

"Arlina, kau datang tepat waktu," sapa Celestine ceria. "Aku sedang menunggu seseorang untuk menemani sarapan. Ternyata kau orangnya."

Arlina memaksakan senyum. "Tentu. Kau menikmati waktumu di sini?"

Celestine mengangkat cangkirnya, memutar-mutar minuman di dalamnya. "Tentu saja. Istana ini begitu megah, tetapi ada sesuatu yang terasa... misterius."

Arlina mengernyit. "Misterius bagaimana maksudmu?"

Celestine menatap langsung ke matanya. "Kael, misalnya. Dia tampak penuh rahasia, tidak seperti pria biasa. Kau pasti tahu banyak tentangnya, bukan?"

Arlina menahan napas, mencoba membaca maksud tersembunyi di balik pertanyaan itu. "Kael adalah pria yang sangat melindungi negerinya. Semua tindakannya bertujuan menjaga Umbrahlis."

Celestine tersenyum tipis. "Menarik. Kau membicarakan dia seperti seorang raja yang sempurna."

Arlina tidak menjawab. Sebelum suasana menjadi lebih canggung, Kael muncul dari balik pintu. Langkahnya tegas, matanya langsung tertuju pada Celestine.

"Ada sesuatu yang perlu kubahas denganmu, Celestine," katanya tanpa basa-basi.

Celestine berdiri, memperlihatkan senyum memikat. "Tentu saja, Kael. Apa pun yang kau butuhkan."

Mereka berjalan menjauh, meninggalkan Arlina yang merasa terpinggirkan.

****⁸

Kael membawa Celestine ke ruangan yang hanya bisa diakses oleh dirinya sendiri. Begitu mereka masuk, ia menutup pintu dengan keras.

"Siapa kau sebenarnya, Celestine?" tanyanya tajam.

Celestine terkekeh pelan, seolah pertanyaan itu tak mengejutkannya. "Aku adalah apa yang terlihat, seorang putri dari negeri seberang."

"Jangan berbohong," tegas Kael. "Kau tahu lebih banyak tentang magis dibandingkan siapa pun di sini, bahkan aku. Apa tujuanmu datang ke Umbrahlis?"

Celestine menatapnya dengan senyum penuh teka-teki. "Kael, kau begitu serius. Tidakkah kau berpikir bahwa mungkin aku hanya tertarik pada dirimu?"

Kael mendekat, ekspresinya mengancam. "Jika kau mencoba menyakiti Arlina atau negeriku, aku tidak akan ragu menghancurkanmu."

Celestine tertawa kecil. "Kael, aku tidak berniat menyakiti siapa pun. Tapi, jika kau ingin jawaban sebenarnya, kau harus bersabar."

Sementara itu, Arlina memutuskan untuk mencari tahu sendiri. Perasaan tidak nyaman yang terus menghantuinya sejak kedatangan Celestine membuatnya sadar bahwa ia tak bisa hanya diam. Dengan bantuan Lyra, ia mulai menyelidiki barang bawaan Celestine yang disimpan di kamar tamu.

"Apa yang sebenarnya kita cari?" tanya Lyra cemas.

"Apa saja yang bisa membuktikan siapa dia sebenarnya," jawab Arlina tegas.

Mereka membuka peti kayu yang tampak biasa, tetapi di dalamnya ada benda-benda aneh—sebuah buku dengan tulisan yang tidak dikenal, botol-botol kecil berisi cairan berwarna cerah, dan sepotong batu hitam yang terasa dingin di tangan Arlina.

"Apa ini?" tanya Lyra dengan suara bergetar.

Arlina menggeleng. "Aku tidak tahu, tapi aku yakin ini bukan benda biasa."

Saat mereka masih memeriksa, suara langkah mendekat membuat mereka panik. Mereka segera mengembalikan barang-barang itu ke tempatnya dan keluar sebelum ketahuan.

****

Malam itu, Celestine berdiri di balkon kamarnya, memandangi bulan yang bersinar terang. Dengan satu gerakan tangan, ia menciptakan lingkaran cahaya kecil yang memunculkan bayangan wajah seseorang.

"Rencananya berjalan lancar," katanya kepada bayangan itu. "Kael mulai curiga, dan Arlina semakin gelisah. Semua sesuai rencana."

Bayangan itu mengangguk. "Bagus. Teruskan, Celestine. Waktu kita hampir tiba."

Lingkaran itu menghilang, dan Celestine tersenyum puas. "Umbrahlis akan menjadi milikku, cepat atau lambat."

1
Aini Nurcynkdzaclluew
Jangan nggak baca, sayang banget
amoakakashisensei
Ngga nyangka, seru banget!
gadGoy13
Ngagetin deh! 😱
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!