Lensi Deva Gumilang. Seorang anak kandung yang tersisih. Anak pengusaha ternama, namun lebih bahagia hidup di dunia hitam. Siapa sangka pergaulannya di dunia itu, menjadikan dirinya dijuluki sebagai Dewi judi.
Lensi seorang gadis lulusan design. Menjadi seorang model busana muslim. Prkerjaan sampingan yang tidak seorangpun tahu, kecuali sahabat setianya. Perjodohan bisnis yang dilakukan ayahnya membuat dirinya kabur dari rumah, dan mengikuti perjudian kelas kakap. Lensi memenangkan hasil perjudian 300 milyar dan dikejar oleh bandar judi. Hingga dirinya masuk kedalam kawasan terlarang dari dunianya, dan bertemu seseorang yang mampu menggetarkan hatinya.
Akankah Lensi selamat? apakah Lensi mampu menundukkan hati pria pujaannya?
Yuk kepoin kisahnya🙈🙈🙈
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Neti Jalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10. WO
Lensi mengenakan kaos oblong dengan celana jeans dan juga sepatu kets saat Alex datang menjemput kerumahnya. Rambutnya yang panjang dia biarkan terurai. Tak ada kesan cantik dan anggun yang dia perlihatkan seperti tempo hari, saat Alex melamarnya. Namun Alex memandang Lensi dari sudut yang berbeda. Kesan cuek dengan penampilan yang Lensi tunjukkan, malah membuat Alex jadi penasaran.
"Maaf membuatmu lama menunggu," ujar Lensi.
"Tidak masalah. Itu sebanding, karena sedang menunggu seorang gadis cantik," ucap Alex.
"Bisa kita berangkat sekarang?" tanya Lensi, yang sama sekali tidak terpikat dengan pujian Alex.
"Silahkan."
Alex mempersilahkan Lensi berjalan lebih dulu. Sementara tanpa Alex dan Lensi tahu, Vega menatap kepergian mereka dari atas balkon kamarnya.
"Kalian boleh saja fitting baju pengantin, tapi pada akhirnya akulah yang akan menjadi pengantin wanitanya," ucap Vega lirih.
Sementara itu Alex dan Lensi yang sudah berada dijalan rpaya, tampak larut dalam pemikiran mereka masing-masing.
"Ada apa dengannya? dia seperti jadi orang yang berbeda saat ini. Sangat berbeda seperti yang aku lihat di waktu acara lamaran itu. Apa sebenarnya dia sedang tegang saat ini?" batin Alex.
"Emm...bagaimana dengan karier modelmu? apa berjalan lancar?" Alex berusaha memecah kesunyian dalam mobil itu dengan berbasa-basi menanyakan tentang karier Lensi.
"Semua berjalan baik." Jawab Lensi datar.
Alex melirik arloji di pegelangan tangannya, dan waktu sudah menunjukkan pukul 11.30.
"Sudah hampir makan siang. Bagaimana kalau kita makan siang saja dulu? setelah itu kita pergi ke WO nya," tanya Alex.
"Boleh." Jawab Lensi.
Alex senang. Karena Lensi sama sekali tidak menolak ajakkannya. Setelah melihat restauran langgananya, Alex membelokkan kemudinya kearah sana.
"Kamu tidak ada masalah dengan makanan kan?" tanya Alex.
"Aku tidak pilih-pilih makanan." Jawab Lemsi.
"Bukan. Maksudku semacam alergi makanan gitu," ujar Alex.
"Tidak ada." Jawab Lensi.
"Baguslah. Soalnya ini restaurant seafood. Takutnya kamu ada alergi makanan laut," ujar Alex.
Lensi tidak lagi menimpali ucapan Alex. Gadis itu langsung turun dari mobil dan bergegas masuk ke restauran.
"Gadis ini menantang sekali. Caranya yang tarik ulur, membuatku gemas. Dia tipe gadis idamanku sekali," batin Alex.
Lensi memilih tempat duduk agak sudut. Dekat dengan dinding kaca yang dibuat aksen seperti air hujan yang merembes membasahi kaca itu. Alex yang kemudian duduk terakhir, menatap Lensi yang wajahnya sangat datar.
Tidak berapa lama kemudian, seorang pelayan restauran menanyakan tenang pesanan Alex dan Lensi.
"Satu porsi udang saus tiram, satu porsi kerang hijau, satu porsi cumi goreng tepung, satu porsi sayur capcay, minumnya es jerukl nipis dua gelas," ujar Lensi.
Alex tidak berkomentar apapun dengan apa yang di pesan oleh Lensi.
"Satu botol air mineral, lobster panggang mentega," Alex menambahkan.
"Baik. Silahkan ditunggu Pesanan anda. Pesanan akan sampai diperkirakan 20 menit lagi," ujar pelayan.
Alex dan Lensi mengangguk saat mendengar ucapan Pelayan.
"Kamu suka seafood?" tanya Alex.
"Salah satu makanan favorite." Jawab Lensi.
"Lensi. Apa kamu bahagia dengan pernikahan ini?" Alex langsung menanyakan ke hal sensitif untuk ditanyakan. Karena Alex merasa ada yang aneh dari sikap Lensi saat ini.
"Tentu saja. Ada apa? apa kamu ingin berubah pikiran?" tanya Lensi.
"Tentu saja tidak. Bisa dibilang aku menyukai perjodohan ini, terlebih saat bertemu jodohku secantik kamu." Jawab Alex.
"Hanya saja, aku merasa sikapmu berubah. Tidak seperti yang aku lihat dihari itu. Aku tidak tahu sebabnya apa, tapi aku harap harapanku ini tidak akan berakhir sia-sia."
Lensi terdiam. Dia menatap pria yang tidak berdosa di hadapannya itu.
"Izinkan aku ke toilet sebentar," ujar Lensi tiba-tiba sembari berdiri.
Tanpa menunggu jawaban dari Alex, Lensi segera berlalu dari hadapan pria itu. Lensi sebenarnya tidak ada perasaan ingin ketoilet sama sekali. Tapi dia berusaha menghindari pertanyaan Alex yang menjurus pada inti masalahnya.
"Lensi?" sapa seseorang saat Lensi tengah menatap cermin di depannya dengan tatapan kosong.
Lensi mengerutkan dahi, saat seorang gadis berhijab memanggil namanya. Dia sama sekali tidak mengingat gadis itu.
"Kamu lupa sama aku? aku Fatimah, kita pernah ketemu di toko buku, waktu kamu beli komik Conan. Ingat?" tanya Fatimah.
"Oh...hai...astaga maaf ya, bukannya aku sombong. Aku memang sedikit payah kalau mengingat wajah orang yang baru dikenal," ujar Lensi.
"Tidak masalah. Orang cantik mah bebas," ucap Fatimah sembari terkekeh.
"Kamu makan disini?" tanya Lensi.
"Ya. Bisa di bilang kami baru saja selesai membicarakan tentang pertunanganku." Jawab Fatimah sembari menunjukkan sebuah cincin yang melingkar di jari manisnya.
"Woah...selamat ya," Lensi memberikan Fatimah pelukkan hangat.
"Bagaimana? apa dia tampan? harus tampan dong, kamunya ayu gini. Apa dia seorang pengusaha?" tanya Lensi kepo maksimal.
"Adalah usaha dikit. Tapi yang aku suka imannya sangat tebal." Jawab Fatimah.
"Bolehlah carikan aku satu yang seperti itu.Siapa tahu nular gitu," ujar Lensi sembari terkekeh.
"Insya Allah kamu bakalan dapat nantinya. Rajin-Rajin berdo'a. Oh ya kamu ngapain disini?" tanya Fatimah.
"Mau berenang. Tentu saja mau makan." Jawab Lensi.
"Ya sudahlah. Kalau kita berjodoh lagi, pasti kita akan ketemu lagi nanti" ujar Fatima.
"Kalau begitu kita test ya?" ucap Lensi.
"Aku duluan ya? nggak enak sama keluarga calon mertuaku," ujar Fatima.
"Oke. Good luck ya?"
Fatimah berlalu dari hadapan Lensi.Lensipun bergegas kembali kemeja, dan ternyata makanan sudah terhidang di sana.
"Maaf membuatmu menunggu," ujar Lensi.
"Tidak masalah. Mari kita makan," ujar Alex.
Lensi dan Alex makan dalan diam. Sesekali Alex melirik ke arah Lensi yang makan dengan lahap, dan tidak jaim sama sekali. Alex tersenyum tipis, saat melihat Lensi makan dengan mulut yang penuh.
"Oh astaga...dia manis sekali. Aku suka dengan gaya cueknya. Disaat semua gadis bersikap sok imut, dia malah tampil apa adanya. Aku sungguh menyukainya," batin Alex.
Alex cukup takjub melihat porsi makan Lensi. Meski Lensi tahu Alex memperhatikan dirinya, namun gadis itu tidak perduli. Dirinya seolah tidak menganggap keberadaan Alex sama sekali.
salam kenal..