“Kau akan menjadi pacar eksklusifku selama batas waktu yang tak ditentukan. Rubah penampilan kuno-mu itu. Aku tak suka melihat penampilan burukmu itu. Jika kau menolak perjanjian ini, kau bisa mengundurkan diri dari perusahaanku,” ucap Dimitrei Uvarov—seorang CEO di mana Thalia Brown bekerja. Thalia yang sangat membutuhkan pekerjaan saat ini dan tak punya pilihan jawaban lain, akhirnya mengangguk setuju. “Baiklah, Tuan. Aku menerima dan tak menolak perjanjian ini.” Siapa yang bisa menolak pesona Dimitrei Uvarov— putra angkat dari seorang mafia kawakan yang cukup terkenal di dunia bawah. Namun, alih-alih melanjutkan usaha sang ayah angkat, Dom Petrov, yang terbilang sangat sukses, Dimitrei justru membangun dinasti kejayaannya sendiri meskipun semua modal dibiayai oleh ayah angkatnya. Melihat kehidupan sang ayah angkat yang selalu ditinggalkan wanita dan tak pernah mendapatkan cinta sejati, membuat Dimitrei tak berniat untuk menikah karena baginya itu adalah hal yang sia-sia. Namun, berbeda dengan Dom yang menginginkan Dimitrei membangun rumah tangga dengan wanita yang tepat. Kondisi kesehatan Dom yang memburuk membuat Dimitrei akhirnya menyetujui perintah Dom untuk menjalin hubungan dengan wanita yang akan diseleksi langsung oleh Dom. Dan pilihan itu jatuh pada pegawai culunnya yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata yaitu Thalia Brown.
Follow ig : zarin.violetta
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zarin.violetta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ke Rusia
Keesokan paginya, udara di bandara terasa dingin, tetapi matahari terbit yang memancar di cakrawala memberikan kehangatan tersendiri.
Thalia dan Dimitrei berdiri di landasan pacu, menatap pesawat pribadi milik Dimitrei yang akan membawa mereka ke Rusia.
Dimitrei menggenggam tangan Thalia yang terasa dingin, agar wanita itu merasa sedikit hangat.
“Siap?” tanya Dimitrei, matanya menatap Thalia.
Thalia mengangguk pelan. “Siap. Ayo kita berangkat.”
Mereka menaiki tangga pesawat. Pesawat itu adalah simbol kemewahan, dilengkapi dengan segala fasilitas yang bisa membuat perjalanan mereka nyaman.
Begitu mereka duduk, pelayan segera menyuguhkan minuman hangat dan selimut tebal.
Pesawat lepas landas dengan mulus, meninggalkan kota itu dan menuju ke negara yang asing bagi Thalia.
Dia menatap keluar jendela, melihat kota yang semakin mengecil, pikirannya melayang pada pertemuan yang akan datang.
Dimitrei bercerita banyak tentang Dom, ayah angkatnya. Seorang pria yang keras, tetapi penuh kasih sayang.
Dom adalah sosok yang telah membesarkan Dimitrei dan membentuknya menjadi pria yang sekarang ada di samping Thalia.
"Bagaimana jika dia tidak menyukaiku, Dimi? Apakah aku akan gagal kontrak?"
"Dia menyukaimu dan dia pasti sudah menyelidiki tentang latar belakangmu, itu lah mengapa Uncle Dom ingin segera bertemu denganmu."
"Apakah aku harus melalui sebuah tes terlebih dulu nanti? Mungkin kau bisa memberikan kisi-kisinya padaku."
Dimitrei tertawa pelan mendengar itu. "Kau akan bisa mengatasinya dengan mudah, Thalia. Jangan khawatir."
Dimitrei bisa membaca kegelisahan Thalia. “Dia mungkin terlihat menakutkan pada awalnya, tapi dia orang yang menyenangkan.”
Thalia tersenyum, berusaha menenangkan dirinya. “Aku harap begitu. Aku hanya ingin membuat kesan yang baik. Dan tugasku terlaksana dengan baik sesuai kesepakatan kita."
“Percayalah padaku, kamu akan melakukannya dengan sempurna seperti biasanya,” balas Dimitrei sambil mengusap punggung tangan Thalia sekilas.
Jika saja tak ada kesepakatan dan aturan jelas di antara mereka, pasti Thalia sudah salah paham dengan sikap manis yang dilakukan Dimitrei padanya.
*
*
Beberapa jam kemudian, pesawat mulai menuruni ketinggian dan kota Moskow muncul di bawah mereka.
Keindahan kota itu dengan kubah-kubah yang berwarna-warni dan sungai yang membelahnya memberikan kesan pertama yang mengagumkan bagi Thalia.
Mereka mendarat dengan mulus di bandara khusus. Di sana, mobil mewah sudah menunggu untuk membawa mereka ke mansion megah Dom yang bak istana.
Dalam perjalanan, Dimitrei menceritakan kenangan masa remajanya di Moskow dan keindahan kota itu pada Thalia.
Thalia senang karena Dimitrei lebih banyak bicara dan mulai terbuka dengan kehidupan pribadinya. Dan wanita itu tampak menikmati cerita Dimitrei yang menarik.
Rumah Dom terletak di pinggiran kota, sebuah mansion yang besar dan elegan, dikelilingi oleh taman yang luas dan tertata rapi.
Pintu gerbang terbuka lebar saat mobil mereka tiba, dan Dom sudah menunggu di pintu utama. Thalia menelan ludah, merasakan jantungnya berdebar lebih kencang saat mereka keluar dari mobil.
Dom adalah seorang pria paruh baya dengan postur yang tegap meskipun memegang tongkat dan ekspresi wajahnya sangat tegas. Namun, ada kelembutan di matanya saat ia melihat Dimitrei.
Kini Dom dan Dimitrei saling berpelukan erat, menunjukkan betapa dalam hubungan ayah-anak mereka meskipun tak ada hubungan darah di antara keduanya.
Lalu Dom melihat ke arah Thalia. "Kau pasti Thalia."
Thalia mengangguk dan tersenyum lalu maju ke arah Dom. "Ya, senang bertemu dengan anda."
Lalu Dom memeluk Thalia dengan hangat. "Ayo, kita ke belakang. Acaranya sudah siap."
Dimitrei menautkan alisnya. "Acara apa? Tak perlu menyambut kami dengan sebuah pesta, Uncle."
"Tentu saja aku harus mengadakan pesta karena hari ini adalah pesta pernikahan kalian, bukan?"
"APA??" Dimitrei dan Thalia kompak menjawab.