“Kuberi kau dua ratus juta satu bulan sekali, asal kau mau menjadi istri kontrakku!” tiba-tiba saja Alvin mengatakan hal yang tidak masuk akal.
“Ha? A-apa? Apa maksudmu!” Tiara benar-benar syok mendengar ucapan CEO aneh ini.
“Bukankah kau mencari pekerjaan? Aku sedang membutuhkan seorang wanita, bukankah aku ini sangat baik hati padamu? Kau adalah wanita yang sangat beruntung! Bagaimana tidak? Ini adalah penawaran yang spesial, bukan? Kau akan menjadi istri seorang CEO!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irna Mahda Rianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13. Ketahuan
“Selamat Tuan Hardy Satria, istri Anda, Nona Sisilia Paramitha, telah melahirkan. Kalian berdua di karuniai seorang putri yang cantik! Lahir pada pukul 23.54 dengan berat badan 3,4 kg dan tinggi 50 cm …”
“Dia tidak premature Dok?” tanya Hardy penasaran.
“Tentu saja tidak, Tuan. Bayinya sangat sehat dan cukup umur!” ujar sang Dokter kandungan.
Sisil masih berada di ruang nifas. Ia tak mendengar obrolan Dokter dengan Hardy saat ini. Dokter berinisiatif membawa bayi mungil itu ke pangkuan Hardy.
Hardy terdiam sejenak, namun ia melupakan pikiran buruknya karena telah melihat bidadari kecil disampingnya. Hardy pun memangku bayi kecilnya, dengan penuh kasih sayang dan kebahagiaan.
“Akhirnya kau hadir juga, sayang,”
“Selamat Tuan, bayinya sangat cantik. Kau harus segera memberi nama untuknya!” tutur Andi.
“Syafika Aliya Paramitha, namanya …”
“Kenapa?” Andi sedikit heran.
“Apa?”
“Kau tidak memberi nama Utama pada nama panjangnya?”
Tidak, dia perempuan. Terlalu berat jika menggunakan nama besarku,”
“Baiklah, aku mengerti, Tuan.” Andi hanya mengangguk lepas.
Ada sebuah perasaan aneh dan tanda tanya, perihal kelahiran bayi ini. Tapi Hardy berusaha untuk menahannya, dan tetap bahagia suka cita, melihat kehadirannya.
.
Hari ini jadwal Alvin begitu padat sekali. Sudah tiga investor yang ia temui dalam satu waktu sekaligus. Akhirnya Alvin bisa istirahat sejenak, ia mengajak sekretaris Doni untuk bersantai di sebuah cafe elit di dekat kantornya.
“Americano saja,”
“Baik, Tuan, akan kupesankan,”
Alvin merenung seorang diri. Ia tiba-tiba teringat pada nasib hubungannya dengan Tiara. Agak rumit memang, karena Alvin hanya memikirkan awalnya saja, agar ia bisa menyelamatkan perusahaan.
Akan tetapi, bagaimana Alvin akan mengakhirinya? Perjanjian pernikahan itu pasti harus ada akhirnya. Semua berawal hanya karena sebuah kontrak perjanjian. Jika kontrak berakhir, maka perjanjian pun selesai.
“Tuan, aku sudah mencari informasi tentang Hardy Satria. Kau memang harus waspada pada dia, Tuan,”
“Ceritakan apa yang kau temukan tentang dia!” pinta Alvin.
“Dia dulu sempat berpura-pura miskin, karena mencintai seseorang, yaitu Nona Tiara. Dia memalsukan identitasnya agar bisa mendapatkan hati Nona Tiara. Mereka sepertinya memang saling mencintai, Tuan. Mereka berpacaran selama satu tahun, akhirnya keluarga Tiara menyetujui hubungan mereka, dan mereka pun menikah.”
“Jika dia menikah dengan Tiara, lantas keluarga si brengsek Hardy bagaimana?”
“Keluarganya tahu, dan mereka tentu saja tak merestui hubungan Nona Tiara dengan Tuan Hardy. Tuan Hardy dijebak, agar mau pulang ke rumah. Setelah resepsi pernikahan, ada kabar ayahnya meninggal, akhirnya dia pun pulang …” Doni menghela napas dahulu.
“Lalu?”
“Ternyata, itu hanya jebakan. Tuan Hardy dibawa paksa ke luar negeri. Dia telah dijodohkan dengan seorang wanita dari keluarga Angkasa Grup. Mereka bisa menyelamatkan Gelora Utama yang bangkrut dengan perjodohan itu. Entah apa alasannya, Pihak Angkasa Grup memaksa agar menjodohkan Tuan Hardy dan Nona Sisil,”
“Mungkin wanita itu bukan wanita baik-baik. Atau ada aib yang mereka sembunyikan, hingga Hardy harus menutupinya dengan pernikahan!” tebak Alvin.
“Sepertinya memang begitu. Tapi itu tentu saja bukanlah urusan kita. Yang menjadi urusan kita adalah, Tuan Hardy meninggalkan Nona Tiara karena keterpaksaan, jadi, akan ada kemungkinan mereka berdua akan kembali, jika semuanya telah terbongkar. Kurasa, baik Nona Tiara, maupun Tuan Hardy, mereka masih sama-sama saling mencintai, Tuan. Jika saja nanti Tuan Hardy tahu, bahwa kalian hanya menikah kontrak, maka sudah kupastikan, jika Nona Tiara akan direbutnya, dan dia bisa saja menghancurkan karir dan perusahaanmu Tuan.”
“Dia akan menghancurkanku? Apa yang bisa dia lakukan? Dia hanya pria bodoh yang tak tahu diri!” Alvin tak mau kalah.
“Tuan, dia bisa saja meracuni pikiran petinggi perusahaan lain, jika kau telah membohongi mereka dengan status pernikahanmu. Mereka pasti berpindah haluan … bukankah dalam dunia bisnis ini, kebohongan sekecil apapun, pasti akan besar dampaknya, Tuan? Kau harus hati-hati,” jelas Doni.
“Lalu, harus bagaimana aku? Bukankah si brengsek itu sudah curiga, jika ini hanya pura-pura?” tanya Alvin seperti orang bodoh.
“Apakah kau bisa mencintai Nona Tiara dan melakukan pernikahan ini tanpa sandiwara? Apakah kau bisa menjadi suami yang mampu menyayangi dan melindunginya? Dan …, apakah kau bisa membuat Nona Tiara jatuh cinta padamu? Jika jawabanmu iya, maka kau tak akan berada dalam ancaman kehancuran. Kau bahkan akan semakin lebih kuat!” tanya Doni tanpa tedeng aling-aling.
Alvin ngelag, ia kaget dengan perkataan Doni padanya. Untuk beberapa saat, Alvin terdiam, dan hanya melongo dengan pikiran yang berkecamuk “Hah? A-apa katamu? Kau bilang apa barusan?”
“Tidak, lupakan saja, Tuan. Ayo, minum kopinya,” Doni tahu, jika tak semudah itu bagi Alvin untuk menjawabnya.
Sial. Kenapa harus pertanyaan seperti itu yang kau lontarkan padaku? Mana bisa aku menjawabnya! Batin Alvin.
.
Satu minggu kemudian ….
Tiara akhirnya bisa bernapas lega, karena adiknya sudah dioperasi. Fani kini sedang dalam masa pemulihan, dan Fani sudah dibantu oleh seorang perawat yang ditugaskan khusus oleh Alvin untuk menjaganya.
Tiara sangat bahagia, ada hikmah dibalik semua kejadian yang menimpanya. Pernikahannya dengan Alvin bisa membuat Fani dioperasi, dan diurus dengan baik oleh utusan suami kontraknya itu.
Di tempat lain, hari ini, ternyata ibunda Alvin, tengah bersiap membawakan beberapa makanan dan bahan makanan untuk diantar ke apartemen putranya, Alvin.
Dia ingin memberikan kejutan pada Alvin dan Tiara dengan datang tanpa memberi tahu mereka. Ini hari libur, dan ini juga masih pukul 06.00 pagi. Ibunda Alvin yakin, jika mereka pasti masih berada di rumah dan belum bepergian ke mana-mana.
“Sekretaris Jun, hati-hati membawanya, jangan sampai miring apalagi terjatuh!”
“Tentu saja, Nyonya,”
Sesampainya di apartemen, ibunda Alvin memencet bel berulang kali. Namun tak jua dibuka oleh Alvin. Ia sudah kesal menunggu, akhirnya Sinta, ibunda Alvin pun menerobos masuk dengan mengetik kode pintu yang sudah ia tanyakan pada sekretaris Doni.
Ternyata, Alvin masih terlelap tidur. Kamarnya begitu berantakan dan banyak sekali sampah di bawah ranjangnya. Ibunda Alvin heran, ke mana Tiara? Kenapa bisa-bisanya dia membiarkan apartemen berantakan seperti ini?
“Ke mana Tiara? Bisa-bisanya dia membiarkan rumah anakku jadi kumuh seperti ini?” ibunda Alvin awalnya sangat marah pada Tiara.
Lama-kelamaan, Sinta sadar, jika di apartemen ini, tak ada tanda-tanda seorang wanita tinggal. Sinta curiga, ia lantas mengobrak-abrik lemari dan seluruh laci di apartemen ini, namun hasilnya memang nihil.
Tak ada satupun barang Tiara yang ada di dalam apartemen ini. Hanya ada beberapa gaun yang terlihat belum pernah dipakai. Akhirnya, Sinta pun murka, ia membangunkan Alvin dengan kasar. Membantingnya dengan guling dan bantal, agar Alvin segera bangun.
“Sialan! Doni! Ini weekend! Kenapa kau harus membangunkan aku sepagi ini? Aaarrgggh!”
“Heh, bangun kamu ya! Apa-apaan ini! Jorok sekali! Alvin Gunadi Raharja, bangun kau! Dalam hitungan tiga, jika kau tak bangun juga, akan kusiram kau dengan air di bak mandi! Lihat saja, Vin!”
Deg. Alvin refleks kaget, kenapa suara Doni malah terdengar seperti suara seorang wanita? Alvin terperanjat, ia membuka selimutnya dan refleks langsung duduk. Melihat sosok siapa yang berani membangunkannya dengan kasar seperti ini?
“Astaga, Mama …” Alvin mengucek matanya berulang kali, memastikan penglihatannya agar tak salah.
“Apa? Kenapa? Kau kaget? Rumah macam apa ini? Seperti kandang ayam tahu! Kau, kau jujur padaku! Ke mana Tiara? Kenapa tak ada dia di sini? Kenapa juga tak ada satupun baju- baju miliknya, atau barang miliknya di apartemen ini? Kemana istrimu, hah? Jawaaaab!” Ibunda Alvin meneriaki Alvin dengan penuh emosi.
Deg. Alvin sangat kaget, ia sungguh tak menyangka, jika ibunya akan mendatanginya sepagi ini. Sungguh, ini sangat tak bisa Alvin cegah sebelumnya. Setelah tertangkap basah seperti ini, apa yang harus Alvin lakukan?
“Anu, Ma, aku bisa jelaskan semua ini! Tenang dulu, jangan marah-marah. Duduklah dulu, kau harus dalam keadaan tenang jika ingin berbicara denganku …” Alvin berusaha merayu.
“ALVIN GUNADI RAHARJA, DI MANA ISTRIMU? DI MANA MENANTUKU ITU, HA? KATAKAN PADAKU SEKARANG JUGAAAA!” Ibunda Alvin berapi-api.
Ya Tuhan ... Aku harus menjawab apa?
jangan harap kmu bisa menjebloskan tiara ke penjara karena ada alvin yg akan jadi garda terdepan untuk melindunginya