Menikah dengan wanita yang jelek membuat Gilang enggan untuk menyentuh istrinya, sikap Gilang yang keterlaluan membuat Nindi istrinya merubah penampilannya dan bekerja sebagai sekertaris Gilang sendiri.
Apakah Gilang nanti akan tau penyamaran sang istri? ikuti terus ceritanya yuk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon el Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kalut part 2
Rara terdiam sesaat, dia sungguh tak menyangka kalau dia akan keceplosan.
Dan kini dia bingung harus alasan apa supaya Gilang tidak curiga.
"Iya maksud aku suamiku memang tidak menganggap aku mas tapi bukan bearti aku harus bersikap semauku, begitu pula dengan kamu hargailah pasangan kita," ucap Nindi beralasan.
Dia menatap Gilang semoga dia percaya dan tidak curiga namun Gilang hanya diam tanpa merespon perkataan Nindi sehingga membuat Nindi sedikit frustasi.
"Baiklah mas, nanti malam kita jalan-jalan," kata Nindi pasrah.
Gilang menyunggingkan senyuman, "Ok," katanya lalu mencubit hidung Nindi.
Tak berselang lama mereka sudah sampai di kantor, sebelum memulai pekerjaannya, Gilang mendekati meja Nindi.
Dia duduk di ujung meja Nindi dengan kaki yang turut menumpu berat badannya.
"Aku mencintaimu Ra, kamu juga mencintaiku jadi tolong jangan hambat perasaan kita. Kita lakukan saja apa yang membuat kita senang tanpa memikirkan perasaan pasangan kita," kata Gilang.
"Jangan egois mas," sahut Rara
Gilang mendekat dengan sedikit membungkukkan tubuhnya, dia memegang dagu Rara lalu menciumnya.
Mereka kini dikuasai nafsu, tanpa melepas pautan mereka baik Gilang dan Nindi sama-sama berdiri sekarang.
Gilang meremas pantat Nindi sehingga membuat Nindi ingin merasakan hal yang lebih.
Karena pintu yang terbuka membuta Veri langsung masuk saja tanpa mengetuk pintu, matanya harus ternodai oleh adegan dewasa bos serta rekan kerjanya tersebut.
"Parah, sudah memiliki pasangan masing-masing tapi malah terlibat cinta lokasi," gumam Veri.
Melihat adegan panas tersebut membuat otak Veri traveling kemana-mana, bagaimanpun juga dia adalah seorang yang normal jadi kalau melihat hal-hal yang berbau panas membuat hasratnya keluar.
Puas berpaut kini Nindi dan Gilang saling mencari oksigen, memenuhi pasokan oksigen yang habis karena pautan mereka tadi.
"Bagaimana kalau nanti kita menginap di hotel Ra?" tanya Gilang.
"Pak, jaga batasan anda," ucap Rara kesal.
"Aku kan sudah bilang, aku akan bertanggung jawab asal kamu mau cerai dengan suami kamu," sahut Gilang
"Dan kamu akan menceraikan istri kamu?" tanya Rara
Gilang mengangguk, "Kalau itu terjadi kandas juga hubungan pura-pura ini mas," batin Rara.
"Aku tau kamu menginginkan sentuhan kan? yang tidak pernah kamu dapat dari suami kamu," kata Gilang.
"Karena kamu tidak pernah memberinya mas," batin Nindi.
Air mata Nindi lolos begitu saja, sesak dadanya dengan sikap Gilang yang mengabaikannya.
Lalu bagaimana selanjutnya? baik Nindi maupun Rara juga tidak tau, karena mereka sama-sama terbawa arus cinta Gilang yang entah membawa dirinya kemana.
Melihat Rara menangis tentu membuat Gilang bersedih, dia memeluk Rara dan mencoba menenangkannya.
"Maafkan sikap brengsek aku Ra, tak seharusnya aku mengajak kamu menginap di hotel, aku hanya ingin memberi apa yang kamu inginkan yang tidak diberikan oleh suami kamu," kata Gilang lalu mengecup kening Rara.
Rara semakin kalut dengan perasaannya, apa dia harus mengakhiri sandiwaranya dan bilang sejujurnya pada Gilang kalau dia adalah Nindi? atau terus melakukan drama itu dan membawa Gilang jauh terbuai dengan Rara?
entahlah, ya jawaban ambigu yang bisa Nindi berikan pada dirinya, karena dia sendiri tidak kuasa menahan cinta pertama yang datang pada dirinya.
Cinta yang baru dia rasakan hanya pada Gilang.
Nindi semakin erat memeluk tubuh Gilang, dia mencari ketenangan pada dada suaminya.
Lama berdiri membuat mereka lelah juga, akhirnya mereka memutuskan untuk menyudahi pelukan mereka.
Kini mereka sudah kembali dan berkutat dengan pekerjaaan masing-masing hingga sang waktu cepat bergulir, tak terasa hari semakin sore dan menjelang malam.
Gilang menutup laptopnya dan menandatangani berkas yang butuh tanda tangannya.
Setelah selesai dia mendatangi Rara yang belum selesai menyelesaikan pekerjaannya.
"Ra, masih belum selesai?" tanya Gilang
"Belum pak, kurang dikit lagi," jawab Rara dengan mata yang masih fokus dengan laptopnya.
Gilang melihat luar jendelanya nampak hujan deras dan kilat menyambar.
"Ra, hujan," kata Gilang
"Kenapa pak kalau hujan?" tanya Rara
"Nggak kenapa-kenapa," jawab Gilang.
Rara menggelengkan kepalanya dan kini dia sudah menyelesaikan pekerjaannya.
"Pulang?" tanya Gilang
"Nggak, mau nginap di sini saja!" jawab Rara ketus
"Duh, galaknya," ucap Gilang sambil mencubit hidung mungil Rara.
Rara dan Gilang kini keluar kantor bersama, Gilang mengambil mobilnya lalu melaju memecah hujan lebat yang mengguyur kota tersebut.
"Ra ada badai, akan bahaya jika kita nekat menerobos hujan bagaimana kalau kita belok mencari tempat berteduh," kata Gilang.
"Baiklah mas," sahut Nindi setuju.
Gilang membelokkan mobilnya di hotel terdekat, lalu dia memesan kamar untuk mereka dengan dobel bed.
Kelihatannya keadaan mendukung Gilang, alam mengirim hujan badai supaya dia dan Gilang bisa menginap di hotel.
"Baik alam dan keadaan kelihatannya mendukung kita untuk bersama mas," kata Nindi.
Setalah di kamar Nindi meletakkan tasnya di tempat tidur lalu menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
seharian bergulat dengan pekerjaan membuat dirinya kegerahan.
Mau nggak mau Nindi memakai baju kerjanya tadi, Gilang juga ikut membersihkan dirinya, dia berbeda dengan Nindi, Gilang lebih memilih handuk kimono yang disediakan oleh hotel.
Melihat Gilang yang hanya menggunakan handuk membuat Rara menelan salivanya, bahkan kini otaknya traveling kemana-mana, dia nampak gugup juga.
"Apa hari ini kegadisanku akan hilang?" batin Rara dengan sesekali menatap Gilang yang terlentang di bed sebelahnya.
Gilang tersenyum saat tau kalau Rara curi-curi pandang padanya, kemudian dia beranjak dan berjalan menuju bed Rara.
"Dari tadi aku perhatikan kamu curi-curi pandang padaku Ra," kata Gilang
Rara tersipu malu saat aksinya ketahuan Gilang, tanpa berkata apa-apa Rara menundukkan kepala lalu dia beranjak turun dari bed nya dan menatap kotanya yang diguyur hujan dari jendela kamarnya.
Rara dan Gilang berada di lantai paling sehingga kota mereka nampak kecil.
Gilang tersenyum dan mendekati Nindi, dia memeluk Nindi dari belakang dan mendengus leher belakang Nindi menikmati aroma sabun yang menempel di kulit Nindi.
Gilang membalikkan tubuh Nindi lalu mencium bibir Nindi dengan rakus, Nindi meronta namun Gilang tidak memberi kesempatan pada Nindi.
Dia terus menikmati bibir Nindi dan sekarang Nindi mulai mengikuti permainannya.
Nindi terbius oleh permainan Gilang, bahkan dia tak sadar kalau penutup tubuhnya sudah terbuka.
Tangan Gilang menyusup masuk dan memainkan apa yang ada di dalamnya sehingga membuat Nindi melenguh bahkan tubuhnya bereaksi sekarang menginginkan hal lebih pada Gilang.
Gilang mengendong tubuh Nindi ala bridal dan membawanya ke tempat tidur, dia melanjutkan aksinya.
Nindi menatap Gilang dengan sendu, dia bingung kini melanjutkan hubungan sah mereka atau menyudahinya yang tentunya akan membuat Gilang maupun tubuhnya kecewa.