Bukan bacaan untuk bocil.
Blurb...
"Hem..ternyata cewek cupu ini cantik juga"
Gumam Albian, saat menanggalkan kacamata tebal dari wajah Khanza.
Demi memenangkan taruhan dengan teman-temannya. Albian yang notabenenya adalah pria paling populer di kampus, sampai rela berpacaran dengan Khanza si gadis cupu dan penyendiri.
Berkat pesona yang dimilikinya. Albian berhasil membuat gadis cupu dan lugu seperti Khanza, kini pasrah berada di bawah kungkungannya.
"A-aku takut Al. Bagaimana kalau aku hamil?"
Tanya Khanza saat Albian menanggalkan kancing kemeja oversize miliknya. Namun Albian yang otaknya sudah diselimuti kabut hawa nafsu tidak mendengarkan ucapan Khanza. Meniduri gadis cupu itu adalah bagian dari taruhan mereka.
"Tenang saja sayang, semua akan baik-baik saja kok"
Ucap Albian sembari menelan salivanya saat melihat gunung kembar milik Khanza yang padat dan menantang.
ikuti kisah selengkapnya dengan membaca karya ini hingga selesai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alisha Chanel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tertangkap basah
"Mari masuk, kalian pasti lelah setelah menempuh perjalan jauh"
Bude Citra meriah lengan Khanza dan membimbingnya masuk ke dalam rumah. Hanumpun mengikuti dari belakang dengan wajah ditekuknya.
"Orang asing di perlakukan seperti keluarga, sedangkan keluarga di perlakukan seperti orang asing" Batin Hanum.
Ribuan paket yang telah selesai di kemas dan siap untuk di kirim pada pemiliknya, menyambut Khanza dan Hanum saat memasuki rumah bude Citra yang luas.
Belum lagi ribuan produk yang terpasang di etalase dan juga yang masih di kemas rapih di dalam dus-dus yang memenuhi ruangan luas tersebut.
Sebenarnya bude citra memiliki puluhan karyawan, tapi Khanza dan Hanum datang saat malam hari, jadi mereka hanya bertemu dengan bude citra saja. Karyawan bude Citra akan mulai bekerja setiap jam 08.00 pagi dan berakhir jam 4 sore setiap harinya. Kecuali kalau ada lembur bisa hingga larut malam.
Bude Citra sengaja menjadikan rumahnya sebagai kantor juga, agar ia tak terlalu kesepian mengingat anak-anaknya sudah punya kehidupan sendiri-sendiri dan sangat jarang pulang ke rumah.
"Ini produk-produk yang nanti akan kalian pasarkan"
Beritahu bude Citra sembari menunjuk pada produk-produk hasil produksi PT.Nusantara yang ready di rumahnya.
"Iya bude"
Ucap Hanum dan Khanza serentak.
Setelah puas melihat-lihat produk kecantikan dan juga produk kesehatan yang masih asing bagi mereka, Khanzapun diminta untuk mengisi formulir pendaftaran. Sedangakan Hanum sudah mengisinya via online saat ia masih ada di Jakarta kemarin.
"Dulu bude adalah penyanyi kampung biasa, berkeliling dari panggung ke panggung dan desa ke desa demi mendapatkan sesuap nasi. Nasib baik kalau lagi musim orang hajatan, bude bisa dapat banyak uang, kalau lagi sepi bude gak ada pemasukan sama sekali. Buat beli susu dan jajan anak-anak saja bude gak punya uang"
Cerita bude Citra dengan wajah sendunya, Khanza dan Hanumpun mengambil posisi seakan siap untuk mendengar cerita bude Citra.
"Tapi sejak bude di kenalkan dengan bisnis ini oleh seorang sahabat bude, kehidupan ekonomi bude mulai membaik." Senyum bude citra mulai merekah.
"Setiap manggung bude selalu membawa produk-produk ini untuk di jual ke teman-teman bude. Alhamdulillah laku, mereka cocok dan akhirnya jadi langganan bude. Sejak saat itu bisnis bude terus berkembang hingga bude bisa berada di titik ini sekarang"
Sambung bude Citra lagi.
Bude Citra selalu menjual kisah hidupnya yang pilu sampai menjadi sukses seperti sekarang, agar orang-orang tertarik untuk bergabung dengan bisnisnya.
Bude citra ingin memberi kesan, bahwa kesuksesan itu bisa jadi milik siapa saja. Asal orang itu mau berusaha dengan sungguh-sungguh.
"Wah bude hebat" Bangga Hanum.
Saat Hanum masih kecil budenya itu memang bukanlah siapa-siapa, tapi sekarang ia sudah jadi wanita karier yang sukses.
Bude Citra terus membagi kisah hidupnya pada Khanza dan Hanum. Hingga tanpa terasa sudah 2 jam berlalu.
"Ini sudah malam, kalian menginap saja di rumah bude ya"
Kata bude Citra setelah melihat jarum jam di tangannya sudah menunjuk ke angka 23.00 malam.
"Tidak bude, aku sudah sangat rindu dengan rumahku. Ayo Khanza kita pulsng.."
Tolak Hanum sembari bangun dari duduknya.
"Kau ini selalu saja menolak keinginanku, itulah sebabnya bude tidak pernah menyukaimu"
Hardik bude Citra dengan wajah di tekuknya.
"Kejam.."
Ledek Hanum membuat kemarahan bude Citra semakin menjadi.
"Sudah sana pulang! Bude sudah menyuruh orang untuk membersihkan rumahmu tadi siang"
Beritahu bude Citra masih dengan wajah ditekuknya.
"Terima kasih, sayang..bude"
Hanum memeluk budenya sebagai ungkapan terima kasih.
"Kami permisi pulang dulu ya bude" Pamit Hanum.
"Permisi bude" Pamit Khanza pula.
"Khanza apa kau sedang hamil?"
Tanya bude Citra sembari menatap tajam ke arah Khanza.
Deg!
Jantung Khanza seperti melompat dari tempatnya, ia merasa sudah tertangkap basah sekarang.
"Darimana bude Citra tau kalau aku sedang hamil? Padahal aku selalu memakai baju kebesaran untuk menutupi kehamilanku ini" Batin Khanza
"I-iya bude" Jawab Khanza ragu-ragu.
"Minumlah minuman herbal ini, ini bagus untuk ibu hamil serta kandungannya"
Bude Citra memberikan sebuah produk kesehatan khusus ibu hamil pada wanita cantik yang lebih tinggi darinya itu.
"Tidak usah takut, semua produk yang kami produksi terbuat dari bahan alami kok"
Bude Citra menjelaskan.
"Huhf..aku kira bude Citra akan bertanya macam-macam tentang kehamilanku ini" Batin Khanza.
"Terima kasih bude"
Seketika wajah tegang Khanza berubah jadi senyuman, bergantikan dengan wajah Hanum yang menegang serta mulutnya yang menganga.
#Jangan lupa like and komennya ya teman-teman^^ supaya aku lebih semangat untuk nulis bab selanjutnya. Makasih^^#