BY : GULOJOWO NOVEL KE-7 😘
"Menikahlah dengan ku, aku pastikan ayah mu bisa melihat lagi."
Gluk!
"Dan jika kamu bisa membangunkan milik ku, maka aku akan memberikan apapun yang kamu inginkan."
Gluk!
Lagi-lagi Kirana, gadis yang akrab dengan panggilan Kiran itu menelan ludahnya berkali-kali saat mendengar ucapan dari bosnya yang menurut rumor yang beredar di kantor tempatnya bekerja, bosnya itu mengidap impoten.
Apakah Kirana akan menerima tawaran bosnya itu dengan iming-iming yang dijanjikan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GuloJowo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PART 28
Hari berganti Minggu berlalu. Tak terasa pernikahan Kirana dan Arsen akan dilaksanakan esok hari di kediaman Papa Haris. Sesuai dengan permintaan Kirana, pernikahan mereka akan disembunyikan untuk sementara waktu. Hanya keluarga dekat saja yang akan menghadiri pernikahan itu sebagai saksi.
Kirana dan Pak Irwan saat ini sudah berada di kediaman Papa Haris. Sekretaris Niko yang tadi sore menjemput keduanya atas perintah dari mama Davina. Kirana juga sudah mengajukan cuti selama tiga hari ke depan. Dirinya tidak berani meminta cuti lama karena takut Bu Winda akan curiga kepadanya. Hanya Mei yang mengetahui bahwa Kirana akan menikah besok. Dan Mei berjanji akan datang di hari pernikahan sahabatnya itu.
Saat ini semua orang sudah berkumpul di ruang makan. Ada sekretaris Niko juga di sana. Mama Davina meminta sekretaris anaknya itu ikut makan malam terlebih dahulu sebelum pulang. Dan untuk pertama kalinya Arsen bertatap muka dengan calon Ayah mertuanya. Meskipun calon Ayah mertuanya itu tidak dapat melihatnya.
Setelah makan malam, Pak Irwan langsung meminta kepada anak gadisnya itu untuk mengantarkannya kembali ke kamar tamu yang di tempatinya. Melihat itu Papa Haris dan Mama Davina tidak masalah karena mengerti dengan keadaan calon besannya itu. Pak Irwan tau diri, dirinya pasti tidak akan bisa mengimbangi jika harus mengobrol dengan calon besannya itu. Sudah pasti keduanya berbeda wawasan. Jadi Pak Irwan memilih mengurung dirinya di dalam kamar saja.
"Kamu ini." Mama Davina memukul pelan bahu anaknya sepeninggal Kirana dan ayahnya. "Ada calon mertua bukannya di sapa malah diam aja." Namun Arsen cuek saja, sama sekali tidak menggubris ucapan mamanya. "Punya anak kok ya kaku begini. Lihat itu, Niko aja bisa langsung akrab dengan calon mertua mu itu." Mama Davina menunjuk ke arah sekretaris Niko.
Arsen sama sekali tidak menanggapi ocehan Mamanya itu. Dirinya malah langsung bangkit meninggalkan ruang makan menaiki tangga menuju kamarnya.
"Huuuft, punya anak kok gitu amat." Keluh Mama Davina.
"Sudahlah Ma, kan memang sudah watak Nio begitu."
"Papa ini, bukannya dinasehati malah dibelain." Mama Davina ganti mengomeli suaminya.
"Eem, Tante, Tuan, saya permisi pulang dulu ya." Pamit sekretaris Niko.
"Loh, kenapa nggak menginap di sini saja, kan masih banyak kamar tamu." Cegah Mama Davina.
"Besok pagi-pagi sekali saya akan kembali Tan."
"Baiklah, Tante nggak maksa."
Akhirnya sekretaris Niko pamit pulang. Dirinya juga butuh istirahat. Sekretaris Niko yakin jika dirinya berada di rumah itu, Arsen tidak akan membiarkannya istirahat dengan tenang. Pasti nanti akan ada saja yang diperintahkan bosnya itu kepadanya.
Kirana juga sudah masuk ke dalam kamar tamu yang ditempatinya. Tak berselang lama pintu kamarnya terdengar di ketuk. Kirana segera menghampiri pintu dan langsung membukanya. Nampak Mama Davina mengulas senyum. Kirana pun segera mempersilahkan calon Mama mertuanya itu masuk ke dalam kamarnya.
Keduanya saat ini duduk bersebelahan di pinggir tempat tidur. Mama Davina meraih tangan Kirana kemudian menggenggamnya erat. Dapat Mama Davina rasakan tangan itu sedikit bergetar. Mungkin Kirana saat ini merasa deg-degan.
"Jangan takut." Mama Davina berusaha menenangkan calon menantunya. "Mama dulu juga nervous saat mau menikah dengan papa. Seperti kamu sekarang ini. Tapi tak apa, semua akan baik-baik saja." Mama Davina memberikan senyum terbaiknya. Kirana hanya mengangguk menanggapi ucapan calon Mama mertuanya itu. "Mama yakin, kamu adalah sumber kebahagiaan Nio. Mama percaya, bersama mu Nio pasti akan bahagia."
Kirana susah payah menelan ludahnya. Bahagia? Apa benar dirinya sumber kebahagiaan bosnya itu? Rasanya itu mustahil. Kirana tidak yakin sama sekali dengan apa yang diucapkan oleh calon Mama mertuanya itu. Tapi bolehkah Kirana menyelipkan sedikit harapan pada pernikahannya itu? Dirinya juga ingin bahagia. Kirana hanya ingin menikah sekali dalam seumur hidupnya.
"Sekarang istirahatlah, jangan tidur terlalu larut biar besok bisa bangun pagi. Perias besok akan datang pagi-pagi sekali untuk merias mu."
Kirana mengangguk. Mama Davina pun segera keluar dari kamar calon menantunya. Setelah kepergian Mama Davina, Kirana langsung merebahkan tubuhnya. Diraihnya ponselnya untuk menghubungi Mei. Kirana ingin berbagi kepada sahabatnya itu tentang apa yang saat ini dirasakan olehnya.
*****
Pagi sekali pintu kamar Kirana sudah diketuk. Seorang perias bersama asistennya masuk ke dalam kamar Kirana. Dan mereka berdua pun siap untuk merias kliennya. Namun Kirana meminta izin sebentar kepada mereka untuk melihat keadaan ayahnya saat ini. Dan setelah mendapat izin, Kirana langsung melesat menuju ke kamar ayahnya.
Pak Irwan juga nampak sudah terbangun. Saat ini dirinya sedang mendudukkan tubuh di pinggir tempat tidur ketika anaknya masuk ke dalam kamar. Kirana langsung menyiapkan baju yang akan dikenakan oleh ayahnya nanti ke atas tempat tidur, kemudian membimbing ayahnya masuk ke dalam kamar mandi agar ayahnya itu bisa mandi sendiri. Setelah memastikan keadaan lantai kamar mandi yang tidak licin, Kirana langsung berpamitan kepada ayahnya. Kirana kembali lagi ke kamarnya dan dirinya sudah siap untuk dirias.
Sedangkan di luar kamar, lebih tepatnya di ruang tamu yang luas terlihat semakin luas karena sofa yang ada di ruang tamu sudah dipindah ke ruang tengah. Karpet lebar juga sudah digelar di sana. Mereka memang memutuskan untuk melakukan pernikahan secara sederhana. Yang penting mereka sah di mata agama dan hukum.
Di dapur juga nampak ramai. Mama Davina sengaja mendatangkan koki untuk memasak di acara pernikahan anaknya itu. Koki itu juga sudah datang dari semalam. Dengan di bantu oleh pembantu rumah tangganya, koki itu berhasil menghidangkan berbagai macam masakan di atas meja makan.
Pukul delapan semua tamu undangan yang tak lain adalah sanak saudara serta kerabat dari keluarga Papa Haris sudah terlihat memenuhi ruang tamu di mana sebentar lagi acara ijab kabul akan dimulai. Pak Penghulu juga sudah datang bersama asistennya. Begitu pula sekretaris Niko dan Mei. Sekretaris Niko bertugas menjemput Pak Irwan di kamarnya. Sedangkan Mei langsung melesat masuk ke dalam kamar Kirana yang ternyata sudah selesai dirias.
Papa Haris bertugas menjemput anak laki-lakinya di kamar atas. Sedangkan Mama Davina memilih menjemput calon menantunya. Senyum Mama Davina langsung merekah saat membuka pintu kamar tamu yang ditempati oleh Kirana. Calon menantunya itu terlihat sangat cantik dengan kebaya yang dipilihkan olehnya.
"Sudah siap?" Mama Davina melangkah menghampiri Kirana. Kirana hanya mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Mama Davina. Mama Davina langsung meraih tangan Kirana untuk digandengnya. Dapat ia rasakan tangan itu bergetar dan berkeringat. "Jangan takut ada Mama." Sekali lagi Kirana mengangguk. Dengan di gandeng oleh Mama Davina dan Mei sahabatnya, Kirana keluar dari kamar yang ditempatinya menuju ke ruang tamu di mana calon suaminya sudah duduk tepat di depan Pak penghulu.
*****
*****
*****
Jangan lupa Like Komen dan Votenya, saweran kopi dan bunganya juga boleh ☕🌹 Tonton iklannya ya setelah membaca, terimakasih 🙏
Terimakasih
rasain luuu