Karena saya masih wanita yang beradab,
masih bisa mengganti kecewa dengan doa, sekalipun berbaur dengan luka sepertimu.
Bertahun tahun hidup dalam hubungan rumah tangga yang tidak sehat. Tiap saat harus berhadapan dengan orang orang yang memiliki jiwa tak waras, suami kejam, mertua munafik, kakak dan adik ipar yg semena mena. Bertahan belasan tahun bukan karena ingin terus hidup dalam tekanan tapi karena ada anak yang harus dipertimbangkan. Namun dititik tiga belas tahun usia pernikahan, aku menyerah. Memilih berhenti memperjuangkan manusia manusia tak berhati.
Jangan lupa kasih like, love dan komentarnya ya kak, karena itu sangat berarti buat kami Author ❤️
Salam sayang dari jauh, Author Za ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hawa zaza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
sudah tak cinta
" Apa Bu? Maafin mereka, oh tidak. Enak sekali, mereka senang senang sedangkan aku menderita disini." Balas Yeni tidak terima.
" Kamu pilih di penjara apa milih mengikhlaskan? Kalau ibu terserah kamu saja, ini saran ibu, mau kamu dengar atau tidak itu urusanmu. Sudah ibu bilang, kamu itu cantik, pasti banyak yang antri di luar sana untuk jadi suamimu. Cari yang lebih kaya dari Jarwo." Sambung Bu Imah mengingatkan.
Yeni terdiam merenungi perkataan ibunya, terbayang lantai penjara yang dingin dan kotor, belum lagi akan bercampur dengan para penjahat disana, membuat Yeni langsung bergidik ngeri.
"Sudah, jangan mikir mikir lagi. Cepet kamu hubungi Jarwo sekarang. Kalau keduluan dia melapor, baru nyesel kamu." Bu Imah sekali lagi mengingatkan Yeni, karena baginya hanya ini satu satunya jalan agar Jarwo tidak melaporkan perbuatan anak anaknya ke kantor polisi. Meskipun sebenarnya berat bagi keluarga sombong seperti Bu Imah, Yeni dan Yudha.
"Iya, iya. Ini Yeni telpon Mas Jarwo." Sahut Yeni masih dengan nada ragu dan tidak rela, jika harus merendahkan diri dengan meminta maaf, tapi apa boleh buat, dari pada harus masuk penjara.
" Sudah berkali kali Yeni telpon tapi tidak diangkat, sepertinya Mas Jarwo benar benar marah, gimana kalau bener kita di penjara yudh?" Yeni mulai cemas, karena dikuasai amarah sehingga tidak bisa berpikir panjang akibat dari apa yang dilakukannya. Apa lagi Jarwo mengalami babak belur dari pukulan pukulan yang di layangkan Yudha. Wajahnya saja terlihat lebam semua, pasti itu bisa menjadi bukti kuat buat Jarwo menyeret Yudha ke penjara.
" Coba telpon sekali lagi." Suruh Bu Imah yang juga mulai ikut cemas. Yeni langsung menuruti perintah ibunya, dan kembali menelpon mantan suaminya.
" Hallo, ada apa?" Terdengar suara ketus pria di seberang sana, padahal dulu Jarwo tidak pernah berkata kasar pada Yeni, cintanya sangat besar pada perempuan itu, waktu sudah merubah segalanya, sikap Yeni dan keluarganya berlahan meruntuhkan cinta di hati Jarwo yang besar dengan kecewa dan kebencian yang mendalam.
"Mas, aku mau bicara." Sahut Yeni terbata, hatinya mendadak nyeri dengan sikap Jarwo yang terdengar dingin.
" Apa lagi, tidak ada yang harus di bahas lagi. Aku akan tetap menceraikan mu." Sahut Jarwo masih dengan nada ketus.
" Iya Mas, aku akan berusaha menerima dan berjanji tidak lagi merusuhi kamu dan istri barumu, tapi aku ada permintaan. Tolong jangan laporkan aku dan Yudha ke polisi." Suara Yeni terdengar melunak, sekuat hati Yeni menahan marahnya, bayangan penjara membuatnya tak bisa lagi berkutik.
" Mudah sekali kamu bicara, Yudha sudah membuatku babak belur, dan kamu dengan seenaknya juga menyakiti istriku. Aku akan tetap melaporkan kalian biar di penjara sekalian." Balas Jarwo dengan penuh penekanan. Hatinya masih tidak terima dengan apa yang diperbuat oleh mantan istrinya dengan adik laki lakinya. Bahkan Jarwo sudah melakukan visum.
" Tapi Mas. Apakah sudah tidak ada lagi sisa cinta di hatimu sedikit saja untukku? Aku melakukan semua itu karena aku cemburu, aku tidak terima kalau kamu direbut perempuan lain, apa aku salah?" Yeni akhirnya tergugu dalam tangis, hatinya sakit karena laki laki yang dulu memujanya teramat sangat kini berbalik begitu membencinya.
Jarwo terdiam, dulu memang dia sangat mencintai Yeni, bahkan rela melakukan apa saja demi memenuhi semua keinginannya, dan Jarwo selalu mengalah dan berusaha untuk menerima semua sikap Yeni yang semaunya, tapi lama lama rasa itu hilang, merasa tidak di hargai dan butuh perhatian juga ingin merasakan kasih sayang, akhirnya Jarwo berpindah di perempuan lain yang kini menjadi istri sirinya.
" Kita lihat saja besok, aku mau tidur, istriku sudah menunggu di kamar." Klik. Jarwo mematikan sambungan telpon tanpa perduli dengan perasaan Yeni sedikitpun. Wanita itu sudah benar benar hilang di hati Jarwo, cinta yang besar sudah terkikis hingga hancur oleh kesombongan dan keegoisan.
Yeni tergugu, hatinya benar benar hancur. Tak ada lagi tempat untuk dirinya di hati pria yang dulu sangat mengagungkannya.
" Kenapa Yen, kenapa kamu nangis begini?" Tanya Bu Imah gemas, dari tadi terlihat putrinya terus menangis.
"Mas Jarwo tidak mau dengerin Yeni Bu. Besok dia akan tetap melaporkan kita ke kantor polisi. Yeni sakit hati Bu." Yeni terus menangis, bahkan meraung seperti ini kecil.
" Aah, Sial! Kenapa jadi ribet begini sih?" Geram Yudha frustrasi.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
Halwa menikmati malamnya dengan secangkir kopi dan laptop di hadapannya, menulis cerita sudah menjadi rutinitasnya sebelum tidur. Saat fokus mengetik, tetiba layar ponselnya berkedip, nomor tak dikenal sedang memanggil. Ragu mau mengangkat, takut jika itu nomor baru Yudha sang mantan yang selalu membuat moodnya berantakan.
Setelah tidak mendapat respon, akhirnya nomor tanpa nama itu mengirimkan pesan dan membuat Halwa mengernyit heran. 'Mas Jarwo? Tumben telpon, ada apa?.' kembali ponselnya berdering, dengan hati bertanya tanya, Halwa mengangkat telpon dari suami mantan iparnya.
" Hallo asalamualaikum." Sapa suara di ujung sana ramah. Ya, cuma Jarwo yang tidak pernah berbuat jahat padanya, bahkan jarwo sering memberi Hasna uang saku waktu dia pulang dari bekerja.
"Waalaikumsallam, iya Mas."
" Bagaimana kabarmu Halwa? Hasna sehat?"
"Alhamdulillah sehat, kami baik baik saja. Mas Jarwo sendiri bagaimana? Lama kita tidak ketemu." Balas Halwa ramah.
" Denger dengar, kamu sudah cerai dari Yudha, Wa. Bener?"
" Iya Mas, kami sudah berpisah."
" Syukurlah, semoga kamu dan Hasna bisa hidup lebih baik setelah keluar dari keluarga tak punya hati seperti mereka."
" Alhamdulillah." Jawab Halwa singkat, bingung harus mengatakan apa.
" Mas, juga sudah pisah dengan Yeni. Bahkan istri mas yang sekarang baru melahirkan. Mas bersyukur akhirnya bisa mempunyai anak dari istri kedua Mas. Dan kemarin Yudha dan Yeni bikin keributan di kontrakan Mas." Jarwo menghembuskan nafasnya kasar sebelum melanjutkan ceritanya. " Mas sampai dibikin babak belur oleh Yudha, besok Mas akan membuat laporan ke kantor polisi karena ulah mereka dengan kasus penganiayaan." Jelas Jarwo panjang lebar.
" Astagfirullah, terus sekarang bagaimana keadaan mas Jarwo?" Sahut Halwa ikut merasa cemas, karena Halwa tau, bagaimana sifat mantan suaminya itu.
" Wajahku bonyok semua Wa, hilang sudah ketampananku saat ini." Balas Jarwo sambil ketawa.
" Mas Jarwo ini, masih bisanya bercanda."
" Gimana lagi, memikirkan ulah mereka bikin hati sakit saja, makanya mas berniat untuk memberi pelajaran pada mereka." Sambung Jarwo serius.
Halwa hanya diam menyimak, tak ingin banyak ikut campur urusan yang berkaitan dengan keluarga mantan suaminya itu.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
jangan lupa mampir juga di karya aku yang lain.
#Tekanan Dari Mantan Suami (Tamat)
#Cinta dalam ikatan Takdir (ongoing)
#Coretan pena Hawa (ongoing)
#Cinta suamiku untuk wanita lain (ongoing)
#Sekar Arumi (ongoing)
#Wanita kedua (Tamat)
Peluk sayang dari jauh, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita jalani.
Haturnuhun sudah baca karya karya Hawa dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komentar dan love nya ya say ❤️
Happy ending ❤️