Niat menerjemahkan bahasa, berujung fucking!!
Cinta gelap seorang mafia Italia bernama Almo Da Costa pada seorang wanita sederhana bernama Luna Diaz yang berprofesi sebagai penerjemah bahasa.
Pertemuan yang tidak diinginkan harus terjadi sehingga Luna kehilangan mahkota berharganya bagi seorang wanita. Hingga 2 tahun mereka berpisah dan bertemu kembali namun hal yang mengejutkan bagi Luna adalah saat Mr. Mafia itu bertanya.
“Where is my child?”
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon Dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
M'sDL — BAB 35
ADEGAN YANG TERPOTONG
Menyadari tak ada pergerakan ataupun jawaban dari Luna. Almo mulai berdiri dari duduknya, berjalan mendekatinya lalu membelai lembut sisi wajah Luan hingga wanita itu terpejam saat merasakan desiran yang langsung menyambar ke tubuhnya.
Saat tangan Almo berhenti di lehernya dan sedikit mencengkram nya pelan, mereka beradu pandang. “How?” tanya Almo dengan suara seraknya.
Cukup lama Luna menatapnya setelah memikirkannya dan ingin mengakhirinya dengan cepat, wanita itu meraih tangan Almo dari lehernya lalu memeluk Almo secara perlahan sehingga pria itu mulai merasakan kehangatan lainnya di sana.
Meski tatapan Luna datar, namun wanita itu cukup cekatan dan langsung bergerak.
Almo berpikir itu adalah jawabannya, pria bermata hijau kemiri itu tersenyum miring dan mulai meraih paha Luna dan menggendongnya disaat wanita itu masih memeluknya.
.
.
.
Napoli Italia
“Sudah melihatnya?" tanya seorang pria yang saat ini berdiri di atas batu besar bersama asisten dan beberapa anak buahnya.
Dengan sebuah teropong, asistennya itu menjawab pertanyaan bosnya. “Belum terlihat Tuan. Mungkin sebelum tengah malam kapal mereka akan terlihat.” Jelas pria dengan setelan jas biru tua itu kepada bosnya.
Pria tampan dengan brewok dan kalung perak berbentuk rantai kecil di lehernya, serta tatto di punggung tangan dan dadanya. Mungkin dia yang akan bertemu dengan Almo sebelum Almo pergi ke Milan.
“Tetaplah berjaga di sini, dia membawa anak buah berapa, jangan sampai lengah dan tertipu olehnya.” Perintah pria itu hingga akhirnya pergi.
...***...
Almo mengecup paha polos Luna tepat di samping lukanya hingga memberikan sensasi tersendiri bagi Luna yang saat ini hanya bisa terbaring dan meremas seprei.
Cup! Cup! Suara kecupan juga mengisi keheningan di kamar tersebut, hingga Almo mencapai di area sensitifnya yang terlihat jelas tanpa penghalang. Tubuh Luna panas-dingin tak karuan saat Almo menatap tajam kearahnya sebelum akhirnya dia kembali merendahkan tubuhnya dan bermain lidah di sana.
Bibir Luna terbuka dan refleks mengeluarkan desahan kecil hingga tak segan membusungkan dadanya. “Almo.... Hahhh~ " napasnya memburu tak karuan bak orang gila yang merasakan kenikmatan di ujung ubun-ubun.
“Aaahhhh~ ” lenguh Luna begitu indah hingga Almo kembali menatapnya.
“I like your sexy expression! (Aku suka ekspresi seksi mu)!” ucap Almo yang langsung melenggang turun dari ranjang dengan jubah tidur yang masih melekat.
Sementara Luna yang masih bernapas ngos-ngosan menatap heran dalam keadaan telanjang bulat. Ya! Almo hanya mencumbu tubuhnya saja hingga mencapai puncak, tapi pria itu tak melakukan lebih. Why?
“Tidak perlu heran, sebentar lagi kita akan sampai. Aku tidak ingin kau kelelahan.” Ucapnya lalu berjalan pergi ke kamar mandi.
Luna memejamkan matanya saat dia benar-benar merasa lega dengan permainan tadi. Sungguh, meski hanya sekedar cumbuan saja, Almo begitu pandai memanjakan gairah wanita.
“Hhaaaa— apa yang sudah kulakukan? Itu sangat gila." Gumamnya tak percaya bila dia begitu menikmatinya dan terpengaruh. Yang benar saja!
.
.
.
“Berapa jam lagi?” tanya Almo yang saat ini berdiri di ujung kapal bersama salah satu anak buahnya, pastinya dia sudah mengenakan kemeja hitam dan celana hitamnya.
“Dua jam Tuan. Sepertinya mereka sudah menunggu Anda." Ucap anak buahnya yang sudah mulai melihat sebuah daratan di depan.
Almo masih menatap lurus hingga anak buahnya pergi dari sana.
“Almo!” panggil Luna dengan suara kecil sehingga pria itu menoleh lalu berbalik mendekatinya.
Sementara Luna yang sudah berganti pakaian, dia menatap malu sehingga ia sedikit berpaling agar tidak melihat langsung ke mata indah Almo.
“Aku lapar.” Ucapnya jujur, kali ini dia benar-benar lapar.
Mendengar itu, Almo mengernyit heran. “Bukankah kau sudah makan?”
“I-itu... Aku tidak sempat." Jawab gugup Luna tentu saja karena dia berbohong saat itu.
Almo mengerti, pria itu melengos dan menyuruh Luna untuk mengikutinya hingga mereka berjalan ke belakang dek kapal. Di sana Luna melihat kursi dan meja serba putih dengan lampu warna kuning dan beberapa hiasan kecil lainnya.
Luna terpesona melihatnya, itu cukup romantis untuk sepasang kekasih.
“Aku tahu kau menyukainya, duduk tenang dan makanlah." Ucap Almo yang sudah menyiapkan hidangan di sana.
Sungguh, dia seperti ratu jika begini terus.
Wanita itu duduk, bersama Almo yang juga mengikutinya duduk di kursi dan saling berhadapan. Pria itu hanya meneguk wine saja, sedangkan Luna masih menatap ke hidangan mewah dengan ukuran kecil.
-‘Bagaimana bisa mereka menyebutnya makanan?' pikir Luna merasa kurang dengan hidangan mewah ala orang kaya itu.
“Katakan apa yang kau inginkan?” tanya Almo yang rupanya tak segan akan ucapannya sendiri di kamar.
Bahkan Luna sendiri sampai tidak percaya. “Nothing." Jawabnya singkat lalu mulai memakan hidangan tadi sambil diperhatikan oleh pria tampan.
Tak ada perdebatan ataupun perkelahian, bahkan Almo hanya diam saat Luna sedang makan, pria itu cukup mengerti tata krama, walaupun menyebalkan.
Hingga selesai makan, dan kapal pun juga mulai berhenti saat sudah sampai di tepian. Luna dan Almo sama-sama berdiri.
“Thank you." Ucap Luna pelan namun Almo menatapnya dengan seringaian kecil.
“Jangan terpancing, itu bagian dari adegan yang terpotong. Aku masih belum mendapatkan kemauan ku!" jelas Almo kembali tersenyum devil lalu berjalan keluar dari kapal.
Sudah diduga. Luna mendengus tak percaya. “Rupanya dia masih sama saja.” Gumam wanita cantik itu pasrah dan mengikuti langkah Almo.
Ya! Luna pikir Almo berubah untuk sesaat, namun itu hanyalah bagian dari apa yang belum dia dapatkan. Dasar licik.
...***...
Saat berada di sebuah pelabuhan, Luna masih menatap bingung ke arah orang-orang asing yang baru saja mendatangi Almo.
“Tuan Da Costa?” tanya salah satu pria berkaos hitam.
“Ya.”
“Mari, kami akan mengantar Anda.” Ucapnya.
Saat salah satu diantara mereka hendak mengarahkan arah jalan Luna, Almo menoleh. “Dia akan bersamaku,” pinta Almo dengan suara dinginnya sehingga pria tadi tak jadi mengarahkan Luna.
Mereka segera berjalan menuju mobil yang sudah di siapkan. Sungguh, Luna sendiri bingung akan kehidupan orang-orang seperti Almo. Mereka begitu terlihat serius dan kaya.
“Kita akan kemana?" tanya Luna yang saat ini duduk di kursi belakang bersama suaminya.
“Berbisnis.” Jawab singkat Almo membuat Luna kesal mendengarnya. Kenapa tidak menjelaskan detail??
Namun entah kenapa jantung Luna berdegup kencang sekali seakan dia merasa terancam sendiri, apalagi saat dia menoleh dan melihat ekspresi Almo yang biasa saja, itu patut dicurigai.
-‘Apa dia akan menumbalkan ku? Itu tidak mungkin, Almo ingin seorang anak dia tidak mungkin menjual ku kan, atau mempertaruhkan ku??' Panik Luna tak ada habisnya.
Saat Almo menoleh dan melihat wajah tegang istrinya, pria itu menyeringai kecil.
Sesama Mafia adu kekuatan
lucifer mnjd sasaran kemarahan Almo,, ketika Don gale tdk ada di tempat nya lg..
tenang luna pasti biel akan di selamatkan Almo..
suamimu kan sebenar nya penyayang 🥰😘🤭🫢😍
apakah luna sanggup ?
tentu sy hrs dng bantuan Almo Da costa.
Almo sprtinya sdh tahu niat jelek lucifer..
apakah luna akan bertemu bestinya 😃😁🤣😍🫢🤭