Lizda adalah gadis muda yang polos. Bertemu dengan Daniel saat merantau dan terbuai jerat cinta nya hingga memutuskan untuk menikah. Satu per satu masalah mulai muncul. Masalah yang di anggap sepele justru menjadi bencana besar, hingga dirinya memergoki sang suami berselingkuh dengan wanita lain saat hamil.
Lalu Lizda memutuskan untuk bercerai dan menikah lagi.
Apakah semua permasalahan rumah tangga adalah murni kesalahan sang laki-laki atau justru ada kesalahan perempuan yang tidak di sadari? Konflik rumah tangga dari kebanyakan orang ternyata bukan lah bualan semata.
Terima kasih untuk semua support kalian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YPS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 26
"Astaga, Liz!" teriak Vira saat membuka pintu kamar dengan kunci cadangan yang di ambil nya dari gudang.
Vira melihat menantunya tersungkur di balik pintu sembari menangis. Lebih di kagetkan lagi dengan kondisi kamar yang berantakan akibat amukan anaknya. Saat pandangan nya tertuju ke lantai, dia melihat bercak d4rah melumuri lantai yang membawa matanya mengarah ke kaki sang menantu.
Mata Vira terbelalak hebat ketika melihat telapak kaki depan Lizda tertancap pecahan kaca. Pecahan itu menancap dalam dekat sekali dengan jari-jari mungil Lizda.
Vira mendekat ke arah Lizda lalu memeluk nya. "Maafkan Daniel, mama dan papa juga tidak mampu melawan nya. Sekarang kita obati dulu kakimu, pertama mama akan cabut pecahan kaca itu."
Lizda mengangguk dengan air matanya yang masih mengalir tiada henti, dia meremas baju Vira untuk menahan sakit ketika akan mengambil pecahan kaca itu.
"Kamu siap ya, 1... 2... 3..." dengan cepat Vira mencabut nya.
"Aaaarrrrr...!!"
Teriakan rasa sakit yang bertubi-tubi. Tidak hanya dari kakinya yang terluka, wajahnya yang memar dan tubuhnya yang sakit. Namun juga, hatinya yang hancur atas perlakuan suami kejam.
Ibu mertu nya bukan lah orang yang baik, dia selalu membela anaknya meskipun itu salah. Tapi kali ini dia membantu mengobati luka di seluruh tubuh Lizda.
"Aska mana, Ma? Pasti dia sangat ketakutan tadi," tanya Lizda setelah selesai di obati, dia baru bisa mengingat anaknya yang sedari tadi belum di lihat hanya suara tangisan saat suasana memanas tadi.
"Sama papa di luar, keluar lah sebelum Daniel pulang. Ketika dia datang kau harus masuk kembali ke kamar. Mama tidak bisa membantu banyak dan mama tidak tahu masalah kalian apa. Yang jelas hari ini sungguh kacau, bahkan mama yang melahirkannya pun tidak pernah melihat dia semarah itu,"
Ungkapan Vira tidak terlihat memihak Lizda, terkesan sedikit menyudutkan. Lizda keluar dari kamar dengan menyeret satu kakinya, menuju ruang keluarga dan melihat anaknya tertidur pulas di sofa. Tetapi pandangan Lizda justru terfokus ke wajah mertua laki-lakinya, mata kanan nya memar.
"Pa, mata papa? Daniel yang melakukan?" baru saja air mata itu kering dari pipi Lizda, kini dia harus menangis lagi melihat orang tua di pukul oleh anak.
"Tidak apa-apa, justru papa khawatir dengan kondisimu. Maafkan papa tidak bisa mendidiknya dengan baik sehingga kamu harus mengalami ini," dari mata Hendra terlihat permintaan maaf itu tulus.
"Kita kan tidak tahu masalah mereka, Pa. Siapa yang salah dan benar, lagipula mama sudah meminta maaf pada Lizda dan sudah membantunya keluar seperti ini?!" sahut Vira.
Lizda hanya diam.
Langkah nya semakin mendekat ke Aska, duduk di samping Aska sembari mengelus kepala dan memandangi wajah anaknya yang tidak bersalah. Mengasihani dirinya sendiri atas apa yang terjadi.
*
*
Sedangkan di sisi lain Daniel baru saja tiba di tempat Anjani, rahangnya mengeras menahan amarah. Darah di tangan nya perlahan menetes.
"Sayang, kenapa kamu?" teriak Anjani melihat Daniel berdiri di ambang pintu. Segera dia menghampiri laki-laki pujaannya itu.
"Demi kamu, aku sudah merusak rumah tanggaku. Aku hanya tinggal menunggu waktu untuk menceraikannya, sekarang kamu sudah percaya cintaku ke kamu?" Daniel meraih leher Anjani dan memeluknya.
Anjani masih tidak memahami keadaan itu, dia memilih mengikuti Daniel. Memeluk tubuh milik orang lain yang selalu di rindukannya. Pelukan yang semakin memanas, berujung pergulatan di ranjang. Melepaskan seluruh amarah yang ada di tubuh Daniel.
"Aku harus bilang padamu, bahwa istriku hamil. Itu yang membuatku meracau, tapi kamu harus percaya mulai sekarang aku akan sering di sini dan akan jarang pulang. Selamanya kamu milikku." ke-cupan mesra mendarat di kening Anjani.
Meskipun diam, tetapi hati Anjani berbunga-bunga mendengar berita itu. Kemungkinan nya bersama dengan Daniel semakin nyata. Hanya tinggal menunggu sang istri melahirkan lalu merebut posisi nya.
"Sebentar lagi kita harus berangkat bekerja, setelah itu kamu akan pulang denganku lagi?" tanya Anjani yang masih meletakan badan nya di atas Daniel.
"Sepertinya aku harus pulang, aku mengunci istriku di dalam kamar." jawabnya.
Mereka berdua tertawa kencang di atas penderitaan Lizda, seorang istri baik yang tersakiti.
*
*
Waktu sudah menunjukan pukul 4 dini hari...
Daniel sudah siap untuk pulang ke rumah menemui istrinya, dia sempat terpikirkan di jalan untuk mengancam istrinya lagi dengan banyak rencana gila di pikirannya. Membayangkan nya saja sudah membuat Daniel tertawa sendiri di dalam mobil.
Suara mobil berhenti di halaman yang terdengar dari kamar. Lizda yang mendengar suaminya pulang memiringkan badannya sembari memeluk guling erat.
Braaaakk!!
Pintu kamar terbuka dengan sangat kencang, hampir saja membuat Aska terbangun dari ranjang.
"Hey, hey bangun! Jangan pura-pura tidur kamu!!" Daniel membangunkan Lizda dengan mendorong keras di kepala sang istri.
Lizda membalikkan badan nya memandang Daniel penuh ketakutan.
"Berikan tabungan Aska, setelah itu kamu boleh pergi dari rumah ini. Lalu jangan lupa urus surat cerai kita!" tantang Daniel.
"Tapi kita tidak akan bisa bercerai sampai anak ini lahir, Daniel. Kalau orang tuaku tahu kamu memperlakukanku seperti ini, urusan nya akan panjang." Lizda mencoba memberanikan diri menatap bola mata Daniel.
"Omong kosong! Kamu sudah di buang oleh mereka karena membelaku." tawa nya menggelegar.
Lizda beranjak dari ranjang menuju lemari yang ada di sudut kamar. Lalu, memberikan satu kartu bank yang merupakan tabungan Aska. Tangan Daniel dengan sigap mengambilnya, mengendus kartu itu sembari tertawa.
Daniel tahu bahwa isi dari tabungan itu tidak lah sedikit, Lizda menyimpan ratusan juta uangnya untuk Aska. Setelah mendapatkan apa yang dia inginkan, Daniel mempersilahkan Lizda membawa Aska pergi dari rumah nya.
"Urus perceraian kita saat anak itu lahir," lontar Daniel.
Lizda mulai mengemas pakaiannya dan Aska tanpa bicara sepatah kata pun. Daniel berada di atas ranjang bersiul senang sembari memainkan ponsel nya. Sudah tidak di anggap nya Lizda yang sibuk berkemas di kamar.
Lama kelamaan Daniel tertidur, ponsel nya masih menyala di samping tangan nya. Lizda yang hendak keluar membawa koper, melirik ponsel Daniel. Memastikan bahwa laki-laki itu sudah tertidur, Lizda segera mengambil ponsel sang suami.
Bukan hal baru baginya saat melihat Daniel berselingkuh, kini dengan jelas Lizda melihat percakapan di pesan antara Daniel dengan seorang wanita yang bernama Anjani. Lizda memotret bukti itu dengan ponselnya, bukti-bukti berupa pesan dan foto mereka berdua tanpa busana di atas ranjang.
"Jadi karena wanita ini," batin Lizda lalu mengembalikan ponsel Daniel seperti semula.
Dengan menggendong Aska yang masih tertidur, Lizda berjalan keluar rumah...