Judul : Jantung kita yang ajaib
Kisah perjalanan hidup sepasang insan yang kehilangan keluarganya. Sang pria memiliki jantung lemah, sementara sang wanita mengalami kecelakaan yang hampir merenggut nyawa nya di tambah dia tidak memiliki kaki sejak lahir.
Keduanya menjalani operasi transplantasi jantung. Pendonor jantung mereka adalah sepasang suami istri yang misterius dan meninggalkan memori penyesalan suami istri itu di dalam nya, jantung mereka mendorong mereka untuk mencari satu sama lain kemudian menyatukan mereka.
Inilah kisah perjuangan dua insan yang menjadi yatim piatu karena keadaan, mereka hanya saling memiliki satu sama lain dan keajaiban jantung mereka yang terus menolong hidup mereka melewati suka dan duka bersama sama. Baik di dunia nyata maupun di dunia lain
Remake total dari karya teman saya code name the heart
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dee Jhon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 17
“Dug......dug,” detak jantung Adrian dan Elsa mulai melambat, sakitnya berangsur angsur hilang namun keduanya tidak melepaskan pandangan mata mereka, keduanya tertegun, mata Adrian terus mengikuti Elsa yang di dorong pak guru ke tengah sedangkan Elsa menoleh melihat Adrian yang duduk di sebelah pintu sampai menoleh.
“Srek,” tanpa sadar Adrian berdiri dan Elsa menekan roda kursi rodanya, “blugh,” Elsa terjatuh dari kursi rodanya kemudian merangkak ke arah Adrian dan melihat Adrian sedang berlari ke arahnya. Elsa duduk dengan tegak dan merentangkan tangannya, Adrian langsung jongkok di depan Elsa dan memeluknya, kemudian Adrian berdiri bersama Elsa yang merangkul lehernya dan di gendongnya.
Mereka berpelukan dengan erat dan Adrian memutar tubuh Elsa seperti seorang pangeran yang memeluk dan memutar seorang putri. Keduanya terlihat seperti sudah lama sekali tidak bertemu dan melepas rasa kangen mereka yang teramat sangat terhadap satu sama lain. Kelas yang semula ribut mendadak menjadi tenang dan sunyi, setiap mata menatap keduanya yang berpelukan erat di depan,
“Maafkan aku, aku tidak tahu kamu berhenti kerja karena ingin memperbaiki hubungan kita, aku malah menceraikan mu, maafkan aku,” ujar Adrian menangis dan berbicara tanpa sadar.
“Aku juga minta maaf, aku membuatmu mengambil keputusan itu akibat ulah dan sikap ku, aku tidak mau bercerai, aku mencintai mu,” ujar Elsa membalas sambil menangis.
“Aku juga mencintai mu, aku benar benar menyesal mengambil keputusan itu, aku juga tidak mau bercerai, maafkan aku,” ujar Adrian.
“Aku minta maaf, mulai sekarang aku akan terus bersama mu, sampai kapan pun dan aku tidak akan mengulangi kesalahan yang sama, aku janji,” ujar Elsa.
Tiba tiba keduanya mengendurkan pelukan mereka, mereka saling menatap menempelkan kening mereka dengan air mata membasahi wajah mereka dan senyum yang menghiasi wajah mereka, namun ketika wajah bagian bawah mereka mulai mendekat satu sama lain, tiba tiba di antara mereka ada sebuah map yang menghalangi,
“Ok stop sampai di sini drama nya, urusan rumah tangga teruskan di rumah ya,” ujar pak guru.
“Eh,” Adrian dan Elsa yang tersadar menoleh melihat pak guru di sebelah mereka kemudian menoleh melihat satu sama lain.
“Ya elah bapak, kenapa di berhentikan, sayang kan pak, dikit lagi nempel,” celetuk seorang siswa.
“Iya bener pak, kentang nih,” tambah siswi yang lain.
“Cieeee ada pasangan suami istri di kelas kita,” ledek seorang siswa.
Langsung saja kelas menjadi ramai, sebagian dari mereka terharu dan sebagian dari mereka meledek karena malu, ada juga beberapa yang menyalahkan pak guru karena menghentikan mereka. Wajah Adrian dan Elsa langsung memerah dan menoleh ke arah papan tulis karena malu, namun mereka terus berpelukan, Adrian tetap menggendong Elsa yang merangkul kan kedua lengannya di leher Adrian.
“Trus sampai kapan kalian mau berpose seperti itu ?” tanya pak guru.
“Ma..maaf pak,” balas keduanya.
Adrian kembali mendudukkan Elsa di kursi rodanya, kemudian dia mendorong kursi roda Elsa ke tempat duduknya yang memang sudah di sediakan khusus oleh Elsa, setelah sampai di meja, keduanya langsung merebahkan kepala mereka di meja dengan wajah merah padam.
“Apa itu barusan....apa yang aku lakukan...aduh om (Adrian) tante (Elsa) jangan di depan kelas dong,” ujar keduanya dalam hati.
Selagi meratapi apa yang terjadi barusan, tiba tiba punggung keduanya di colek dari belakang, mereka menoleh melihat Yuni yang tersenyum lebar di belakang mereka,
“Lo berdua, laki bini ya, dah berapa lama kawin, trus kenapa mau cere hehe,” ledek Yuni.
“Diem lo Yun,” balas Elsa.
“Gila, mantep temen gue, drakor aja lewat hehehe, baru kali ini ada yang berani ciuman di depan guru hehehe,” ledek Yuni.
“Lo rese yeh, diem dulu napa, mabok nih gue,” balas Elsa.
“Kasian deh si Erik, bakal manyun dia, pantes lo nolak dia mulu, dah punya laki toh ternyata, kenapa ga ngomong sih ama gue,” ujar Yuni.
“Erik pacar dia ya ?” tanya Adrian.
“Bukaaan, udah gue tolak dia dua kali,” jawab Elsa membantah.
“Cie cie, takut di cerai lagi ya,” balas Yuni meledek.
“Apaan sih lo,” balas Elsa cemberut.
“Bukan, kalo Erik itu pacar dia, gue mau minta maaf karena maen peluk cewe orang,” ujar Adrian.
“Haha santai bro, Erik mah udah di tolak ama dia dua kali, ga mungkin dia berani maju lagi, gue kenal Erik udah lama, lagian ga apa apa juga kale, ngaku aja ngapa,” ledek Yuni.
“Ngaku apa ya ?” tanya Adrian bingung.
“Udah lo diem dulu, ga usah ladenin si Yuni,” tegur Elsa.
“Oh ya udah,” balas Adrian.
“Nah kan, pura pura lagi, tadi bilang, aku mencintai mu, aku tidak mau cerai, bukan gue tidak mau cerai heheheh,” ujar Yuni meledek.
“Lo udah dong, lama lama gue bisa panas nih kuping gue,” ujar Elsa yang wajahnya semakin merah.
“Hehe iya iya sori, dah lah, apapun itu pokoknya gue dukung hehe,” balas Yuni.
“Makasih kuya,” balas Elsa.
Keduanya kembali diam, namun suasana kelas tidak kembali seperti semula karena banyak yang membahas kejadian barusan dan beberapa menyesalkan karena tidak sempat merekam untuk di sebar ke sosial media mereka. Pak guru tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, kemudian dia duduk di kursinya dan membaca sesuatu di smartphone nya dengan santai.
Bel pun berbunyi, karena baru hari pertama, murid murid di persilahkan langsung pulang ke rumah masing masing karena belum ada pelajaran. Adrian menoleh melihat Elsa,
“Mau bareng ?” tanya Adrian.
“Iya, bareng aja,” jawab Elsa.
“Nah gitu dong, yang akur akur ya, jangan cere lagi, ga bagus,” ledek Yuni.
“Mulai lagi ya lo,” ujar Elsa berbalik.
Adrian berbalik, dia melihat layar kecil melayang di atas kepala Yuni dan membaca tulisannya yang nampak jelas,
[Hehehe bagus nih....bagus banget, Erik jadinya mentok ga bisa gerak, Erik itu punya gue tau, tapi ya gue seneng juga ngeliat si Elsa keliatan seneng.]
“Oh...jadi gitu ya,” ujar Adrian tersenyum.
“Apanya gitu ?” tanya Elsa menoleh melihat Adrian.
“Enggak apa apa, dah yu pulang,” Adrian berdiri dan menggendong tas punggungnya.
“Iya ayo,” balas Elsa sambil melirik tajam melihat Yuni yang tersenyum senyum sendiri dan meledek tanpa bicara apa apa.
Adrian mendorong kursi roda Elsa keluar kelas di iringi tatapan para teman sekelas yang tersenyum senyum sendiri seperti Yuni. Setelah di luar kelas,
“Nama kamu Adrian ya ?” tanya Elsa.
“Iya, kok tau,” jawab Adrian.
“Tadi kedengeran waktu lagi perkenalan, aku udah di luar soalnya,” jawab Elsa.
“Kamu Elsa kan ?” tanya Adrian.
“Kok tau ?” tanya Elsa.
“Dokter Kelvin yang kasih tau,” jawab Adrian.
Setelah itu, keduanya terdiam, Adrian tetap mendorong kursi roda Elsa menuju keluar gedung, Adrian menoleh melihat sekeliling dan banyak sekali layar mengambang di atas kepala semua orang, dia menoleh melihat Elsa dan tidak ada layar di atas kepala Elsa,
“Tidak salah lagi, dia orangnya, aku tidak bisa membaca pikiran nya,” ujar Adrian tersenyum.
Sementara itu, Elsa juga mendengar percakapan orang lain tentang mereka dan detak jantung orang lain ketika berbohong atau ada maksud tertentu, tapi dia tidak mendengar apa apa dari orang di belakangnya,
“Jantung suami tante beneran ada di dalam tubuhnya, aku ga tau dia bohong atau tidak ketika dia bilang dia tahu namaku dari dokter Kelvin,” ujar Elsa tersenyum.
“Dug...dug...dug,” jantung mereka kembali berdetak kencang, namun kali ini mereka merasa nyaman dan muncul perasaan yang tidak pernah mereka ketahui sebelumnya di hati mereka.
“Perasaan apa ini ? punya ku atau punya om (Adrian) tante (Elsa) ?” tanya keduanya dalam hati sambil memegang dada mereka.