Runa seorang gadis cantik yang sudah lelah menjalin hubungan dengan kekasihnya yang posesif memilih mengakhiri sepihak. namun apakah Abi akan membiarkan gadis yang sudah di claim sebagai miliknya lolos dari genggamannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wattped Love, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pantai
Abi beranjak ke kamar di mana runa beristirahat. Membuka pintu bercat putih yang tidak id kunci. Pandangan yang pertama kali menyapa matanya adalah runa yang tertidur pulas miring menghadapnya dengan bantal guling yang senantiasa di peluk erat.
Abi duduk di pinggir ranjang. Bibirnya tersenyum tipis melihat kekasihnya yang tetap terlihat sangat cantik saat tidur dengan mulut sedikit terbuka. Abi menyibak rambut yang menghalangi wajah runa, mengusapnya pelan.
Runa yang memang mudah terbangun jika ada pergerakan, perlahan membuka matanya. Kelopak matanya berkedip-kedip menyesuaikan cahaya yang masuk. Bangun-bangun langsung di suguhi cowok tampan di depannya.
" Jangan di kucek." cegah Abi saat runa mengucek matanya dengan tangan. Ia mengganti dengan mengusap lembut kedua mata runa. Sang empu yang memang masih mengantuk kembali menutup matanya yang tengah di usap-usap Abi.
" Bangun katanya mau ke pantai."
" Hemm." guman runa menyingkirkan tangan Abi yang mulai bermain di bibirnya.
Abi menggelengkan kepalanya melihat pacarnya yang sangat kebo jika sudah bertemu kasur. Padahal runa lah yang mewanti-wanti agar tidak lupa membangunkannya saat matahari sudah mulai redup untuk bermain di pantai. Tapi sekarang lihatlah putri tidur masih bergelut dengan selimut tebalnya.
Abi tidak menyerah membangun runa. Ia mencubit-cubit gemas pipi runa, menarik hidungnya pelan, bahkan mencuri kesempatan mengecup berulang kali pipi runa.
" Ihhh jangan ganggu!" rengek runa mendorong tubuh besar Abi meskipun sia-sia.
Cup
" Ayok bangun." ucap Abi mencuri kecupan di bibir manis runa. Rasanya tidak bosan-bosan menyesap manisnya daging lunak tidak bertulang itu. Jika dulu hanya sebuah anganan, tapi sekarang kapan saja Abi bisa menikmati pengganti vpnya itu.
" Jangan cium-cium!" Abi terkekeh pelan. Ia heran kenapa bisa di pertemukan dengan gadis selucu runa.
" Bangun atau aku perkosa." ancam Abi di telinga runa.
Plak
Runa memukul wajah Abi yang berada di atasnya. Matanya terbuka lebar mendengar ucapan ngawur Abi.
" Mulutnya!" omel runa galak.
Runa bangun dan bersandar di kepala ranjang. Ia menutupi mulutnya yang menguap dengan telapak tangannya. Tubuhnya masih terasa lemas. Padahal ia tidak melakukan apa-apa tapi bawaannya hanya ingin tidur seharian. Jika tidak ingat ini di vila runa enggan untuk bangun.
" Ngapain sih ngeliatin Mulu?" sewot runa. Ia risih saat Abi tidak henti-hentinya menatap dirinya. Ia jadi gerogi sendiri. Apalagi runa ini termasuk cewek-cewek yang lemah imannya jika di sandingkan dengan cowok tampan. Kan tidak lucu kalau dirinya menyeret Abi ke atas kasur.
" Kenapa kamu risih aku liatin?" tanya balik Abi.
Ia duduk dengan satu kaki kanan menopang di kaki kiri. Tangannya di lipat di dada menatap kekasihnya intens. Abi suka sekali memandangi wajah runa yang salah tingkah.
Runa memalingkan wajahnya enggan menjawab. Moodnya tidak pernah bagus setiap baru bangun. Di tambah dengan pacarannya yang sekarang hobi sekali ngoceh. Kemana sifat dingin dan kalemnya. Sepertinya runa lebih suka sifat Abi yang dulu dari pada yang sekarang.
" Bangun terus mandi, makan, katanya mau ke pantai." suruh Abi menarik selimut yang menutupi sebagian tubuh runa.
" Cerewet." ucap runa melempar selimutnya beranjak ke kamar mandi yang ada di kamar.
Abi menyiapkan makanan selagi runa mandi. Sepiring nasi bakar dan minuman coklat yang sudah Abi pesan tadi. Ia tidak mungkin membiarkan runa hanya makan pasta seharian. Sebelumnya abi sudah meminta ijin Hendra membawa runa ke pantai lewat telepon. Mungkin malam mereka baru sampai di rumah.
" Makan." suruh Abi yang melihat runa keluar dari kamar dengan baju yang masih sama. Tapi bukan baju saat tidur ya. Sebelumnya runa sudah mengganti dengan baju tidur yang di sediakan di vila. Jadi bajunya tidak terlalu motor.
Keduanya makan siang menjelang sore dengan tenang. Selesai makan Abi mengambil hairdryer di kamar mandi untuk mengeringkan rambut runa yang basah. Runa pun membiarkan Abi melakukan sesukanya. Toh ia juga sedang mager mengeringkan rambutnya ditambah tangannya yang kotor karena terkena sambal ayam bakar.
***
Di pantai runa bermain dengan air laut yang datang mendekatinya. Ombaknya tidak terlalu tinggi membuat runa berani bermain di pinggir laut. Runa menulis di atas pasir yang basah dengan ranting kayu yang ia temukan di bawah pohon dekat pantai. Ia tertawa kecil saat tulisan itu hilang di terjang ombak. Runa mengulang kegiatan itu berkali-kali.
Abi mengawasinya di belakang sembari mengambil gambar kekasihnya. Ujung mata runa tidak sengaja melihat Abi mengarahkan ponselnya ke arahnya. Refleks ia bergaya saat Abi memotretnya. Kekasihnya itu cosplay jadi fotografer dadakan. Ia sedikit memundurkan tubuhnya mencari cahaya yang cerah agar kulitnya terlihat lebih bersinar. Ia bolak balik berganti gaya terkadang memasang wajah imut, tertawa, tersenyum, kalem, pokoknya semua gaya runa coba.
Runa hanya berdoa dalam hati semoga hasilnya memuaskan. Awas saja jika tidak ada hasil jepretan yang bagus. Dirinya sudah lelah panas-panasan di bawah sinar matahari mengorbankan kulitnya putih berubah menjadi merah. Meskipun tidak terlalu panas tapi kulit runa sangatlah sensitif terhadap panas matahari. Ia tidak bisa terlalu lama di bawah sang surya. Beruntung ada angin yang berhembus cukup kencang membuat udara terasa sejuk.
" Udah?" tanya runa sedikit berteriak karena jarak keduanya sedikit jauh.
Abi mengacungkan jempolnya. Runa berlari di atas pasir putih yang berkilau terkena sinar matahari menghampiri Abi.
" Mana?" Abi menggeser-geser layar menampilkan hasil jepretan tangannya. Foto runa dengan berbagai gaya memenuhi layar ponsel abi. Di foto runa sama sekali tidak mati gaya. Ia bak model yang sudah profesional di layar kamera.
" Waoow cantik banget." seru runa girang. Tidak sia-sia pengorbanannya jika hasilnya sebagus ini. Runa paling suka saat dirinya tersenyum ke arah kamera dengan tangan kirinya memegang kaca mata hitam milik Abi. Kedatangan ombak lautnya sangat pas. Semakin mempercantik hasil fotonya.
Abi membiarkan kekasihnya sibuk dengan ponselnya. Ia menikmati dinginnya air laut yang menyentuh kakinya. Kedua tangannya ia masukan ke dalam saku celana menatap birunya samudera yang luas. Runa iseng-iseng memotret Abi yang berdiri menghadap ke laut dari belakang. Ia mengerucutkan bibirnya melihat hasil foto Abi yang terlihat tetap tampan meksi hanya sebagian wajahnya yang terlihat. Resiko cowok tampan ya gini, mau gaya apapun yang tetap terlihat bagus.
Runa yang sibuk mengomentari foto Abi sampai tidak sadar orangnya ada di depannya. Abi menarik pundak runa merangkulnya. Mengambil ponsel di tangan runa mengangkatnya ke depan. Abi mengambil gambar keduanya dengan kamera depan. Hanya dalam hitungan detik sudah banyak gambar yang di ambil. Runa yang masih terkejut tidak bisa menghindar dari layar kamera.
" Ihhh jelek banget." keluh runa melihat wajahnya yang tidak terkondisikan. Ada raut ia terkejut, melongo, mata tertutup satu, tangannya kabur, bahkan abi yang mencium rambutnya pun ada.
" Jangan di hapus." Abi menarik ponselnya dan memasukkan ke saku celananya saat runa berniat menghapus foto berduanya.
" Hapus ngga?" Abi menggelengkan kepalanya tanda tidak mau.
Runa melirik saku celana Abi, tidak mungkin dirinya merogoh tempat itu. Takut salah pegang bisa kacau. Ia mendengus pelan menatap sebal kekasihnya itu.
Runa yang ngambek berjalan lebih dulu dengan menghentak-hentakan kakinya. Meninggalkan Abi yang terkekeh kecil di belakang. Langkanya yang panjang tidak sulit menyusul runa. Abi berjalan santai di belakang runa yang tidak henti-hentinya menggerutu.
Terlalu cepat berjalan membuat runa tidak fokus ke depan. Hampir saja ia terjatuh menabrak batu ukuran sedang di depannya. Untungnya dengan sigap Abi langsung menangkap tubuh kecil runa.
" Hati-hati." peringkat Abi melihat runa yang ceroboh.
Runa menghembuskan nafasnya, hampir saja ia berciuman dengan butiran pasir. Dengan kesal runa menendang batu yang membuatnya terhuyung.
" Batu sialan!" umpat runa emosi.
" Akhh turunin aku!" runa berteriak saat tubuhnya melayang di gendong Abi.
Abi mengendong tubuh ringan runa ala bridal style. Kaki runa bergerak-gerak agar Abi menurunkan dirinya. Tangannya berpegangan pada leher Abi takut terjatuh. Siapa tau tiba-tiba Abi melemparkan tubuhnya ke laut atau ke pasir karena balas dendam.
" Diam!" sentak Abi keras langsung membungkam bibir runa.
Bibir runa melengkung ke bawah tidak suka di bentak. Hati lembutnya tergores oleh tajamnya lidah Abi. Abi menundukkan kepalanya menatap wajah runa yang di tekuk. Sampai di vila Abi mendudukkan runa di sofa panjang. Ia berjongkok di depan runa mengambil kaki putih itu. Abi memeriksa kaki runa yang tersandung tadi memastikan memar atau tergores tidak. Benar saja di jempolnya ada luka memar kecil yang memerah. Dengan lembut Abi mengusapnya pelan-pelan dan meniupnya. Tubuh runa membeku merasakan perasaan aneh yang hinggap di hatinya. Matanya tidak lepas mengamati abi di lukanya yang runa yakin itu hanya luka kecil. ia tidak menyangka Abi yang terkenal cuek bisa bersikap seromantis ini. Kalo sikap Abi semanis ini bisa-bisa ia pensiun jadi playgirl.
Abi meniup wajah runa sampai gadis itu mengedipkan matanya merasakan hembusan angin. Runa mengigit bibirnya mengalihkan pandangannya. Ia merutuki dirinya yang mudah sekali terpesona dengan tingkah Abi akhir-akhir ini. Gelar playgirlnya seolah hilang jika sudah berhadapan dengan abi. Runa berubah jadi gadis yang mudah baper dan letoy. Emang ya effort terbesar itu bukan ucapan tapi perbuatan.
" Kenapa hmm?" tanya Abi yang sadar kekasihnya itu melamun.
Runa gelegepan bingung mau menjawab apa. Bola matanya bergerak-gerak menghindari tatapan Abi. Otaknya buntu tidak menemukan alasan yang tepat.
" A-ku! aku mau pulang." ucap runa berdiri cepat.
Tanpa menunggu jawaban Abi, runa buru-buru mengambil tasnya yang di letakkan di kamar vila. Runa memasukkan barang-barangnya ke tas kecil itu. Dompet, ponsel, parfum, lipstik, runa mengingat apa saja barang yang ia bawa tadi pagi. Jangan sampai barang pentingnya ada yang ketinggalan, repot jika harus putar balik. Runa mengamati kamar itu memastikan barangnya sudah masuk tas semua.
Runa kembali keluar kamar mendekati Abi yang terlihat tengah menelpon membelakanginya. Ia berdiri tidak jauh dari Abi menunggu kekasihnya selesai berbicara entah dengan siapa. Runa melirik jam di tangannya ternyata sudah pukul setengah enam sore. Pantas hari sudah mulai petang. Lampu-lampu sepanjang vila dan pinggir pantai juga sudah menyala terang.
" Udah?" tanya Abi menyadari keberadaan runa saat ia memutar tubuhnya.
" Hemm." balas runa cuek.
Keduanya berjalan beriringan menuju parkiran tempat mobil Abi berada. Setelah masuk ke dalam mobil, Abi menyalakan kendaraan roda empat seharga miliaran itu meninggalkan vila. Jalanan yang ramai membuat Abi mengendarai mobil dengan kecepatan sedang.