pernikahan merupakan impian setiap wanita. apalagi mengadakan perayaan layaknya negeri dongeng. namun hal tersebut pupus bagi seorang wanita bernama nadin.
nadin merupakan seorang gadis cantik berusia 22 tahun, kuliah nya harus terhenti disaat majikan orang tuanya memaksa nya untuk menikah dengan putranya yang bernama Andreas.
Baca cerita lengkapnya yaaa...
stay tune sayangkuu🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yaya genza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 7
"assalamu'alaikum" ucap nadin mendorong pintu masuk.
"wa'alaikumsalam" jawab bu arum melihat siapa yang datang.
"nadin, kamu nak" ucap bu arum memeluk putri nya.
Pak tarno yang sedang istirahat di kamar bergegas keluar mendengar suara nadin.
"kamu pulang nak" ucap pak tarno. nadin mengurai pelukannya dengan sang ibu, lalu menyalami tangan pak tarno.
"iya yah, gimana kondisi ayah, ayah sudah sehat? " tanya nadin.
"alhamdulillah nak, ayah sudah sehat. Semua karena kamu juga, kamu sehat nak? "
"tidak kok yah, aku hanya membantu sebisa ku saja yah.. Alhamdulillah aku juga sehat"
"ayah sudah dengar cerita dari ibu mu. Maafkan kami ya nak. Maaf karena ayah telah menikah kan kamu dengan keluarga mereka. Ayah tidak tau jika kamu akan mengalami hal ini, ayah kira mereka akan bersikap baik kepadamu setelah pernikahan itu. "
"iya, maafkan kami ya nak. Karena hutang hutang ibu pada bu ningsih, kamu terpaksa harus menikah dengan anak nya" ucap ni arum mengusap air matanya.
"ibu kok nangis.. Nggak apa apa kok bu. Aku udah ikhlas dengan ini semua. ini semua udah takdir bu"
" gara gara kami, kamu jadi menderita nak" sambung pak tarno.
"enggak kok yah, udah nggak boleh ada yang nangis dan sedih sedih lagi. Kan ayah yang bilang kalo hidup itu penuh rintangan dan ujian. Jadi aku akan sabar dan ikhlas menjalani nya yah bu."
"ibu dan ayah do'akan aku saja, semoga aku selalu diberi kekuatan, kesehatan untuk melalui ini semua. Dan semoga dimudahkan rezeki ku, agar aku bisa membahagiakan ayah dan ibu" sambung nadin dengan tersenyum walaupun dihatinya sebenarnya terluka dan sakit. Namun ia pura pura kuat, ia tak ingin membuat ayah dan ibu nya kepikiran.
"aamiin.. Ayah dan ibu akan selalu mendo'akan kamu nak" ucap bu arum.
" itu kamu bawa apa nak? " tanya tak tarno melihat barang bawaan nadin.
"ini tadi aku singgah di tempat mang rudi yah, beli buat kebutuhan dapur"
"emang kamu punya uang nak? " tanya bu arum.
"alhamdulillah kemarin aku ada dapat rezeki sedikit dari teman aku bu. aku kemarin bantuin dia promosi in barang jualan nya di hp, ternyata banyak yang beli. Alhamdulillah aku dikasih bonus" ucap nadin berbohong, ia tak mau bilang pada orang tuanya jika ia meminjam uang dari tania, jika mereka tau nanti yang ada mereka sedih dan merasa jika mereka sudah menyusahkan nadin.
"alhamdulillah.. masih ada orang baik yang mau kasih rezekinya nak. Semoga kedepan nya rezeki kamu lancar terus ya nak" ucap pak tarno.
"aamiin.. " ucap mereka serempak
"oh iya, apa suami mu tau kalo kamu kesini nak? " tanya pak tarno.
"enggak yah.. Mas andreas nggak ngizinin aku keluar, mas andreas tadi udah berangkat kerja. Mangkanya nadin diam diam kesini" jelas nadin.
"apa nggak apa apa nak, nanti kalo ketahuan andreas kamu bisa dimarahin lagi nak"
"enggak kok yah, asal nggak ketahuan aja. Hihi" cengenges nadin.
mereka terus mengobrol hingga siang hari. Jam dinding menunjukkan sudah pukul 1.00 siang. Nadin berpamitan untuk pulang kembali ke rumah andreas.
"oh iya bu, ini ada uang 200..ibu pegang aja ya, buat pegangan atau ibu mau beli apa yang dibutuhkan" ucap nadin memberikan uang pecahan seratus ribuan dua lembar kepada bu arum.
"tidak usah nak, buat pegangan kamu aja. yang kamu bawa tadi aja udah cukup kok nak" tolak bu arum.
"buat pegangan nadin ada kok bu.. ini ibu simpan aja ya" nadin menyelipkan uang tersebut ke tangan bu arum.
"terima kasih banyak ya nak, semoga rezeki kamu lancar selalu"
"aamiin.. " jawab nadin.
"nadin.. Kalo kamu ada apa apa, kalo butuh cerita, cerita aja sama ayah dan ibu. Jangan di pendam sendiri ya nak" ucap pak tarno, ia tak tega melihat wajah putrinya yang penuh dengan beban dan tekanan.
"iya yah.. Nanti kalo nadin rasa sudah nggak bisa ditahan lagi, nadin pasti akan datang ke ayah dan ibu. Saat ini nadin ingin belajar menjadikan diri nadin kuat dan sabar dalam menjalani semua ini" ucap nadin tersenyum.
"iya nak, ibu tau.. Tapi ibu tidak mau melihat kamu sedih karena dihina dan direndahkan oleh mereka lagi nak apalagi karena kita ini hanya dari keluarga miskin" jelas bu arum.
"ibu tenang saja. Nadin tidak akan membiarkan mereka untuk terus menghina dan merendahkan kita. Namun untuk saat ini Nadin akan selalu berusaha untuk menerima takdir Allah apapun itu. Aku juga akan berusaha untuk merubah hidup ku dengan caraku sendiri.. Aku hanya butuh do'a dan dukungan dari ayah dan ibu" ucap nadin.
"tentu saja nak. Kamu itu anak kami satu satunya. Apapun akan kami lakukan dan korban kan untuk mu. Apalagi do'a dan dukungan dari kami tidak akan pernah putus untuk mu nak" jawab pak tarno.
"terima kasih ayah, ibu... Kalo gitu nadin pulang dulu ya yah, ibu. Takutnya nanti mas andreas udah pulang duluan"
"iya nak.. Hati hati ya nak"
"iya yah ibu..assalamu'alaikum"
"wa'alaikumkasalam."
Sejak kecil nadin sudah diajar dan dididik oleh orang tuanya dengan baik, baik itu agamanya, sikap dan tingkah laku nya, sopan dan santun. Ia juga diajarkan untuk menjadi anak dan wanita yang kuat, kuat dari berbagai masalah yang dihadapi, serta kuat dari hinaan orang orang terhadapnya yang hanya berasal dari keluarga miskin. orang tuanya mengajarkan bahwa jadikan semua hinaan itu sebagai motivasi agar kita tidak terlalu berlarut dalam kesedihan dan jadikan sebagai batu pijakan untuk terus berkembang.
Saat diperjalanan pulang, nadin tidak sengaja bertemu dengan ibu mertua dan sepupunya andreas.
"hei.. Wanita miskin.. Enak yaa, suami kerja kamu sibuk keluyuran kesana kemari" ucap bu ningsih keras.
Nadin langsung menoleh ke arah mertuanya.
"maaf ma, aku hanya pergi membeli lauk untuk makan nanti sore. Apakah aku salah? " tanya nadin dengan pelan. Untung saja ia sempat membeli lauk di warung perempatan jalan di depan.
"halaaahh.. bilang aja mau pergi keluyuran keluar malah cari alasan. " celetuk dea.
"terserah mbak saja mau bilang apa.. Saya permisi" ucap nadin.
"dasar wanita nggak tau diri, udah miskin, ga bisa punya anak, hidup numpang pula" hina dea.
Nadin menghentikan langkahnya, ia berbalik menatap bu ningsih dan dea.
"maaf mba, kalo ngomong tolong dijaga ya. Mba sendiri nggak tau kan gimana suaminya mbak di luaran sana. Apa mbak yakin kalo suami mbak nggak macam macam. Apalagi kalian jauhan loh mbak. Mana pulang sekali setahun lagi.. Hati hati mbak" ucap nadin mempengaruhi saudara ipar nya itu. Ia malas jika harus berdebat dengan mereka, malu diliatin tetangga.
"heiii.. "
HAPPY READING♥
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK SAYANGKU♥