Petualangan para gadis-gadis cantik dengan berbagai rintangan kehidupan sehari-hari mereka.
Tak memandang jabatan apapun, mereka adalah gadis-gadis yang berjuang. " Di keluarga Riyu"
Bagaimana keseruan cerita mereka? yuk langsung baca,dan tinggalkan jejak sebagai tanda telah hadir mengabsensi diri dengan para gadis cantik! selamat membaca 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Karlina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
09. Informasi Atas Sebuah Keberhasilan.
Siang hari Raeba terbangun dengan wajah yang berseri,cerah dan lebih baik dari hari kemarin. Bergegas bangkit dari tidurnya dan segera mengambil handuk untuk membersihkan diri karena dari semalam ia belum membersihkan tubuhnya.
Aya, tersenyum lembut menatap bahagia pada junjungannya setiap harinya. Selagi Raeba membersihkan diri, Aya mengambil kesempatan itu untuk membersihkan kamar,dan menyiapkan baju ganti untuk sang junjungannya.
•••
Siap dengan segala unggah-ungguh perbadanan, Raeba segera keluar dari dalam kamar menuju ruang makan.
Aya tetap setia berjalan di belakang Raeba, melangkah ringan menuju ruangan makan keluarga besar Riyu.
Sedangkan di kamar bernuansa putih dengan ornamen penuh buku. Ruyika,baru saja selesai mengakhiri bacaannya. Gadis cantik itu berdiri dari duduknya dan berjalan mendekati jendela kamarnya.
Menghirup napas dalam lalu membuangnya, kegiatan seperti ini di lakukannya berulang kali, hingga rasanya ia telah puas.
Vena, yang melihat sang junjungan sudah selesai dari kesibukannya langsung menghampiri meja bundar milik Ruyika, membersihkan meja itu meskipun tidak ada debu yang menempel, kemudian meletakkan kembali buku-buku yang habis di baca pada rak-nya.
"Nona Ruyika? Waktunya makan siang, Nona." panggil Vena yang sudah selesai merapikan ruang kamar Ruyika. Namun, gadis itu masih sibuk dengan dengan pikirannya.
Suara Vena menarik Ruyika dari segala pikirannya. Gadis itu menoleh ke belakang terdiam sesaat kemudian mengangguk dengan ekspresi tersenyum lembut.
"Baik. Ayo!" Ajaknya, yang langsung di turuti oleh Vena.
Vena—gadis berusia 21 tahun, semenjak Grand Duke Riyu di nobatkan sebagai seorang Grand Duke tanpa aliran keturunan dari kerabat,Raja. Vena, langsung diminta untuk mengurus Ruyika,s bagai pelayan pribadi gadis cantik itu.
Di ruangan makan. Grand Duchess Gilia duduk tegak,dengan tenang. wajahnya yang tidak banyak berubah dari masa ke masa masih terlihat sangat cantik dang menenangkan. wanita paruh baya itu menatap satu persatu anaknya yang sudah mulai tumbuh semakin cantik dan tampan.
Ia, tersenyum tipis tanpa ada yang mengetahuinya. Di pikirannya,tidak lama lagi kebersamaan seperti saat ini akan hilang dari hidupnya, Dia yang selalu memarahi putri kedua mungkin tidak akan ada lagi, karena mereka sudah mempunyai pendidik sendiri 'Suami'.
Dalam pikirannya yang panjang tanpa ia sadari bahwa air matanya mengalir begitu saja. Untunglah Grand Duchess Gilia duduk paling ujung yang cukup jauh dari ketiga anaknya, jadi ia masih bebas untuk mengusap air mata yang tidak sengaja tumpah ruah.
Raega, diam-diam menatap pada sang Ibu. Tidak tahu mengapa Ibunya menangis, Dia juga tidak ingin bertanya karena takut membuat Ibunya merasa tidak enak hati. Alhasil pemuda tampan itu hanya bisa menatap dengan penuh tanya.
Raega, hari ini hanya mengambil kelas pagi, jadi di saat makan siang Dia sudah berada di rumahnya. Sore ini mereka bertiga memiliki rencana untuk belajar ilmu bela diri. Lebih tepatnya ingin mengajarkan kakak pertama mereka. Kemarin mereka sempat berunding bertiga tentang masalah ini, setelah ketiganya setuju, Raega, sebagai adik laki-laki yang ingin melindungi kedua saudarinya,dan juga ingin meminta persetujuan kedua orang tua mereka. Dia,dengan hati penuh harapan meminta restu dari Grand Duke Riyu dan Grand Duchess Gilia, cukup lama berdebat akhirnya di setujui juga oleh Grand Duke Riyu dan Grand Duchess Gilia.
"Ada apa?" panggil Raeba pelan pada Raega yang terus menatap sang Ibu dengan sebuah lirikan dalam.
"Itu, lihatlah!" Sahut Raega yang hanya di dengar oleh Raeba.
Raeba yang paham langsung mengikuti arah pandangan mata sang adik bungsu. Betapa terkejutnya ia melihat sang Ibu yang sedang menahan tangisannya dengan susah payah.
"Apakah Ibu menangis karena kenakalanku,lagi?" lirihnya dengan ekspresi datar dan tidak terbaca.
Raega menggeleng."Bukan. Aku melihat Ibu menatap kita saling bergantian, cukup lama begitu,kemudian Ibu menangis dalam diam." Tutur Raega menjelaskan dengan wajah tampan yang tetap terlihat sangat tenang.
Raeba, manggut-manggut. Ia,merasa sedikit lega karena ucapan adiknya barusan. Raeba merasa seperti itu karena semalam ia kembali melanggar peraturan yang di buat oleh Ibunya, jadi gadis tompel kita merasa akan dirinyalah sang Ibu menangis.
"Ayo,makan!" Ajak Grand Duchess Gilia, setelah hatinya merasa tenang,dan air matanya tidak lagi mengalir.
Semuanya mengangguk dan makan dalam diam, tidak ada yang bersuara kecuali piring dan garpu terkadang bergesekan hingga menimbulkan suara.
Selesai makan siang, Grand Duchess Gilia, segera pamit pada ketiga anaknya. Tidak ada pandangan jelek satu arah pun. Seakan Ia merasa baik saja hari ini.
•••
Siang begitu cepat berlalu. Malam kembali menyapa dengan heningnya yang menenangkan. Grand Duke Riyu, duduk di ruangan kerjanya dengan dua buah surat dari daerah yang berbeda berada di dalam genggaman tangannya.
Siangnya Dia merasa sangat lelah,namun saat sampai di kediaman lelah itu seakan bias begitu saja, di gantikan rasa haru,sedih,dan lega yang mendasari.
Matanya berkaca-kaca setelah membaca kedua surat yang berasal dari desa Kowa dan wilayah bagian Selatan.
"Benarkah Dia putriku? Raebaku?" lirih Grand Duke Riyu dengan air mata yang berlinang.
Seakan tidak percaya dengan apa yang di bacanya,ini berita yang sangat membuatnya terharu,dan sekaligus merasa sedih. Dia yang merasa telah gagal mendidik putrinya menjadi seorang wanita, sekarang seakan gagal menjadi pelindung yang seharusnya menjadi penguat utama atas keberhasilan putrinya.
"Darmo? siapkan hadiah paling berkesan dan paling baik untuk putri keduaku! Selama ini aku telah salah menganggapnya gadis yang melenceng dari jenis kelaminnya. Nyatanya putriku seorang gadis berbakat yang mementingkan keselamatan banyak orang." Ujarnya sendu. Jelas sekali Pria gagah dan berwibawa itu kini tengah menangis dengan bangga.
"Baik, Grand Duke Riyu. Saya akan menyiapkannya sekarang."
"Pergilah!" Dengan intonasi sedang.
Darmo,tangan kanan Grand Duke Riyu segera keluar dari dalam ruangan tersebut dan berjalan menuju camp prajurit, Dia akan meminta bala bantuan dari para prajurit untuk mewujudkan keinginan sang junjungannya.
Grand Duke Riyu, menyimpan surat itu di dalam saku pakaiannya. Berjalan keluar dari dalam ruangan kerjanya dan melangkah lebar menuju rumah kaca, dimana istrinya tengah berada di sana.
Sedangkan di Istana kerajaan,Magthur. Baginda Raja Esterick menatap wajah Earl Baseneri Jadko Leon dengan pandangan tenang.
"Seorang perempuan mampu menguak misteri dari penjahat yang tidak terlihat keberadaannya selama ini? Dia bukan perempuan sembarangan, bukan perempuan lemah lembut seperti yang aku lihat." Baginda Raja Esterick, manggut-manggut. Ada rasa bangga di hatinya.
Merasa turut bahagia mendengar, bahwa putri dari Tabib istana yang mengabdi selama puluhan tahun,kini berhasil menjadi seorang gadis yang berjasa untuk negaranya,dan nyawa banyak orang.
"Benar Baginda Raja Esterick,Nona Raeba, yang kita lihat seperti gadis kecil yang lucu. Ternyata menyimpan seribu pemikat dalam dirinya. Tangannya yang lembut adalah sebuah pedang dan cambuk bagi kita." Tidak hanya Baginda Raja Esterick yang ikut turut bahagia, Earl Baseneri Jadko Leon lebih dari pada itu.
"Hem. Bawa semua orang-orang yang berkaitan dengan kelompok ilmu hitam itu. Pindahkan ke dalam sel tahanan istana!" Ucap Baginda Raja Esterick, setelah lama mereka saling diam.
"Baik, Baginda Raja Esterick. Saya pastikan semuanya berjalan dengan baik." Sahut Earl Baseneri Jadko Leon.
Kembali ke kediaman keluarga besar Riyu. Grand Duke Riyu,telah sampai di rumah kaca dan memberikan informasi baik itu kepada Istrinya. Awalnya Grand Duchess Gilia tersentak kaget,namun dengan cepat ia bisa mengendalikan ekspresinya.