Dibiarkan, tidak dihiraukan, dimakzulkan. Hal itulah yang terjadi dalam kehidupan Keira yang seharusnya Ratu di kerajaan Galespire.
Dan setelah menjalani setengah hidupnya di penjara bawah tanah. Keira akhirnya menghadapi maut di depan matanya. Tubuh dan pikirannya tak sanggup lagi menanggung kesedihan. Membuat tubuh renta dan lemahnya menyerah.
Sebelum menghembuskan napas terakhir, Keira berjanji. Kalau bisa menjalani kehidupannya sekali lagi, dia tidak akan pernah mengabdikan diri untuk siapapun lagi. Apalagi untuk suaminya, Raja yang sama sekali tidak pernah mempedulikan dan menyentuhnya. Yang selalu menyiksanya dengan kesepian dan pengkhianatan. Dia akan menjadi Ratu yang menikmati hidup.
Setelah meninggal, Keira membuka mata. Ternyata dia kembali ke saat malam pernikahannya. Dia mengubah air mata yang menetes menjadi senyum. Dan mulai merencanakan kehidupan bahagianya. Menjadi seorang Ratu yang disukai banyak pria. Sehingga dia tidak akan pernah kesepian lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elena Prasetyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
"Kalau saja aku bisa menjahit mulutku sendiri!!!" kata Mary.
"Ada apa Nona?" tanya pelayan bodohnya lalu melihat Raja dan Ratu sedang makan pagi bersama. Juga membuat mimik wajah terkejut yang menyebalkan.
Mary menyesal telah mengusulkan Raja dan wanita asing itu makan tanpanya. Membuat pagi ini bagaikan neraka untuknya. Belum selesai sampai disitu, Raja juga membuat para pelayan mengantarkan gaun dan perhiasan. Lalu, datang ke kamar Ratu dan mengubah semua isi kamar wanita asing itu.
Sepertinya Raja mulai berpaling darinya.
"Tidak. Tidak boleh!!" teriaknya kencang.
"Nona, ada apa? Anda mengejutkan saya"
"Rias aku! Beri tubuhku sesuatu yang harum! Malam ini, aku akan menyerahkan diriku pada Raja"
"Wah, Nona. Anda sangat berani. Saya akan membuat Anda tidak kalah cantik dari Ratu"
"Kau pikir wanita itu cantik?!" tanya Mary siap marah lagi pada pelayan bodohnya.
"Tidak. Tidak Nona. Tentu saja tidak. Raja hanya mencintai wanita paling cantik di kerajaan. Anda"
Untung saja pelayan bodohnya tidak membuat masalah dengannya sekarang. Atau dia tidak akan segan menghukum. Disaat kamar Ratu diperbaiki, Mary sibuk mempersiapkan diri untuk malam hari.
"Kau cantik sekali malam ini" puji Raja saat melihatnya.
"Saya pikir Raja sibuk" jawab Mary dengan mengurangi volume suaranya.
"Tidak. Aku tidak sibuk"
"Tapi kamar Ratu" ucap Mary lalu berpose seakan kesal pada Raja. Pria yang tidak pernah mau melihatnya marah itu segera mendekatinya.
"Itu hanya sebuah keharusan. Tidak ada perasaan yang terlibat sama sekali"
"Hari ini, saya merasa sedih karena Raja hanya memperhatikan Ratu saja"
"Apa yang kau inginkan?" tanya Raja.
Mary berjalan mendekat, melepaskan mantel yang menutupi tubuhnya. Membuat tatapan Raja terpaku padanya. Mary naik ke pangkuan Raja, dan mulai bergoyang pelan. Malam ini, dia akan memastikan pria itu benar-benar menjadi miliknya.
Keduanya mulai bertukar kehangatan lewat ciuman. Dia merasa berada di atas awan saat pria itu mulai menurunkan gaun tidur yang bahkan tidak dapat menutupi semua bagian tubuh Mary. Dan tiba-tiba pria itu mendorongnya keras. Menghentikan kegiatan panas mereka.
"Ada apa Raja?" protes Mary.
Pria itu hanya berjalan ke dekat pintu, mendengar sesuatu lalu melihat ke arahnya lagi.
"Malam ini kembalilah ke kamar!" perintah Raja. Apa sebenarnya yang terjadi? Siapa yang berada di depan pintu? Mary sama sekali tidak mendengar apapun tadi.
"Tapi Raja ... "
"Tidak malam ini" ucap Raja lalu mengambil mantel dan menutupi tubuh Mary lagi.
Saat dia harus kembali ke kamar, semua menjadi sasaran kemarahannya. Cangkir dan teko teh di atas meja, perabotan antik yang disukainya. Bahkan gelang giok pemberian Raja tidak luput dari kehancuran.
"Nona ... Hentikan!!" teriak pelayan mencoba menghentikannya. Pelayan bodoh itu memasuki arena perang dengan kesadarannya sendiri. Maka Mary akan membuatnya tampak seperti korban perang.
Suara teriakan pelayan bodoh itu menggema di seluruh sayap kiri istana. Membuat Keira dan Jane yang ada di dalam kamar merasa sedikit takut.
"Apa di istana ini ada hantu, Jane?" tanya Keira penasaran lalu mengintip keluar pintu kamar.
"Saya pikir tidak Ratu, tapi kenapa suara itu sangat mengerikan?" keluh Jane mendekatkan diri ke Keira.
"Besok, pastikan mencari tahu ke pelayan istana yang sudah lama bekerja disini. Menakutkan kalau setiap malam kita harus mendengar suara ini"
"Hantu itu ada di kamar Ratu" kata seorang pria yang tiba-tiba muncul di dekat keduanya. Membuat Keira dan Jane teriak bersamaan.
"AAAAAAAAA!!!"
"Hahaha, kalian sangat menggemaskan" komentar pria itu sembari tertawa.
"Simon, apa kau gila? Kenapa kau mengejutkan kami?" tanya Keira kesal.
"Istana ini sangat bersih. Tidak ada hantu atau semacamnya. Tapi suara yang penuh penderitaan itu cukup menakutkan untuk didengar. Berasal dari kamar Nona Mary. Apa ada yang terjadi?" tanya Simon mencoba melihat kamar yang ada di ujung lorong.
"Tidak tahu. Tapi ... Ada apa kau kemari?" tanya Keira penasaran.
"Aku ingin mengajakmu makan pagi besok. Apa kau mau?"
"Makan pagi? Tentu saja"
"Benarkah? Tapi ... Apa Raja tidak akan keberatan?"
Raja keberatan? Malam ini Raja menghabiskan waktu dengan wanita yang dicintainya. Tidak akan mungkin teringat pada Keira, sama sekali.
"Tidak mungkin. Aku harus pergi kemana besok pagi?"
"Aku akan menunggumu di dekat kandang kuda. Aku akan mengajakmu makan di pasar. Kau pasti belum pernah melakukannya sejak datang ke kerajaan"
Pasar? Tentu saja Keira ingin melihatnya. Di kehidupan yang lalu, dia mendamba ingin pergi ke pasar. Tapi selalu tidak diperbolehkan oleh Raja. Hanya wanita licik itu yang boleh menemani Raja pergi ke pasar. Mendekatkan wanita yang dicintainya dengan rakyat. Sedangkan Keira dibuat menjadi hantu perawan penunggu istana.
"Aku mau!!" serunya senang.
"Kau boleh mengajak Jane. Kalian akan senang besok pagi. Tidurlah dengan nyenyak malam ini. Jangan pikirkan suara-suara yang tidak jelas itu" ucap Simon lalu pergi berjalan menjauhi kamar Keira.
Simon Woods, seorang putra dari pemimpin wilayah Migesta. Sebuah wilayah yang dipenuhi oleh gurun pasir kering. Keira bertemu Simon saat masih kecil. Mereka menjadi dekat sampai Simon harus pergi dari wilayahnya untuk menjadi kepala prajurit di istana.
Di kehidupan yang lalu, Keira tidak pernah sekalipun bertemu lagi dengan Simon. Karena Raja selalu mengirim teman masa kecilnya itu keluar dari istana. Kabar terakhir yang Keira dengar adalah Simon dipaksa kembali ke Migesta untuk menikah. Tidak pernah mengetahui bagaimana nasib Keira sampai mati.
"Ratu, Anda harus tidur sekarang" kata Jane mengingatkan.
"Benar. Besok kita akan pergi ke pasar kerajaan"
Keduanya merasa sangat senang dan dapat tidur nyenyak. Saat pagi menjelang, Keira dan Jane sudah siap di dekat kandang kuda. Simon datang tepat waktu, membawa dua kuda dan beberapa prajurit.
"Aku mengajak Ratu keluar istana. Tidak mungkin tanpa pengawalan prajurit istana" kata Simon yang ternyata menjaga martabat Keira sebagai Ratu.
Setelah berkuda selama setengah jam. Melewati hutan cemara yang wangi, akhirnya mereka sampai di pasar kerajaan.
Di Nemorosa ada pasar, tapi tidak sebesar ini. Sepertinya luas pasar di istana puluhan kali lipat dari kampung halaman Keira.
"Besar sekali" kata Keira kagum.
"Kita akan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki sekarang. Anda tidak keberatan Ratu?" tanya Simon mengulurkan tangan untuk membantunya turun.
Keira menyambut tangan itu dan turun dengan penuh antusias. Dia tidak sabar untuk berkeliling, melihat pasar dari dekat. Juga mencicipi beberapa makanan di dalam pasar.
Ternyata, pasar kerajaan Galespire ini adalah pusat perdagangan semua wilayah. Keira dapat menemukan warga Nemorosa, Aetherlyn, Rimegate dan juga Migesta disana. Semuanya menjual sesuatu yang sangat menarik.
"Ini seperti persatuan semua wilayah" ujar Keira memuji pengaturan pasar.
"Awalnya pasar hanya dikuasai oleh orang kerajaan. Tapi sejak naik tahta, Raja baru mengijinkan orang dari keempat wilayah untuk berdagang disini. Walaupun tidak bisa mewakili semua komoditas di wilayah masing-masing, setidaknya mereka bisa menjadi lebih dekat. Sebagai rakyat dari kerajaan ini" jelas Simon membuat Keira kagum.
Ternyata pria jahat itu tidak buruk dalam mengatur kerajaan, pikir Keira lalu mengikuti langkah Simon kembali berkeliling. Mereka menghabiskan waktu panjang di pasar. Membuat seseorang yang paling berkuasa di Kerajaan kesal sekali. Karena harus menunggu Keira kembali ke istana.