NovelToon NovelToon
QUEEN MAFIA : REVENGE

QUEEN MAFIA : REVENGE

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Balas Dendam
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Doni arda

seorang wanita tangguh, yang dikenal sebagai "Quenn," pemimpin sebuah organisasi mafia besar. Setelah kehilangan orang yang sangat ia cintai akibat pengkhianatan dalam kelompoknya, Quenn bersumpah untuk membalas dendam. Dia meluncurkan serangan tanpa ampun terhadap mereka yang bertanggung jawab, berhadapan dengan dunia kejahatan yang penuh dengan pengkhianatan, konflik antar-geng, dan pertempuran sengit.

Dengan kecerdikan, kekuatan, dan keterampilan tempur yang tak tertandingi, Quenn berusaha menggulingkan musuh-musuhnya satu per satu, sambil mempertanyakan batasan moral dan loyalitas dalam hidupnya. Setiap langkahnya dipenuhi dengan intrik dan ketegangan, tetapi ia bertekad untuk membawa kehormatan dan keadilan bagi orang yang telah ia hilangkan. Namun, dalam perjalanan tersebut, Quenn harus berhadapan dengan kenyataan bahwa dunia yang ia kenal bisa berubah, dan balas dendam terkadang memiliki harga yang lebih mahal dari yang ia bayangkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Doni arda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18: Titik Balik

Pintu terowongan itu terdengar berderak, seolah-olah mendesak mereka untuk membuat keputusan yang tak bisa dihindari. Langkah-langkah pasukan Marco semakin mendekat, bergaung dalam kegelapan yang semakin mencekam. Quenn berdiri di depan, tangan kanannya menggenggam senjata dengan erat, sementara tangan kirinya menyentuh dinding yang dingin dan basah. Setiap detik yang berlalu seakan mempersempit ruang geraknya.

"Jangan berhenti!" teriak Quenn, matanya menyapu sekitar dengan cermat, meskipun keringat mengucur deras dari pelipisnya. "Kita harus mencari cara keluar dari sini!"

Vincent dan Erik berada di belakang, menjaga posisi mereka. Rina, yang tampak pucat dan lelah, menggenggam erat tas yang berisi data yang mereka ambil, wajahnya cemas. “Quenn, mereka sudah dekat. Kalau kita tidak bergerak sekarang, kita akan terperangkap di sini.”

Quenn mengangguk. Rasa takut semakin mendera, namun dia tahu bahwa mereka tak bisa mundur. Setiap gerakan mereka harus terkoordinasi dengan sempurna, jika tidak, ini akan menjadi akhir dari segalanya. Pasukan Marco yang dikepalai oleh Marco sendiri sudah begitu dekat, hanya beberapa langkah lagi dari tempat mereka berdiri.

“Ke sana!” seru Quenn dengan tegas, menunjuk ke lorong sempit yang mengarah ke kegelapan yang lebih dalam.

Mereka berlari secepat mungkin, langkah kaki mereka terasa berat oleh beban yang harus mereka pikul. Terowongan semakin sempit, dan udara semakin terasa sesak. Namun, mereka tidak punya pilihan selain terus berlari. Di belakang, tembakan-tembakan mulai terdengar, memecah keheningan gelap yang menyelimuti mereka. Suara ledakan yang datang dari jauh semakin menambah ketegangan. Pasukan Marco telah memutuskan untuk tidak memberi ampun lagi.

"Jangan berhenti!" teriak Vincent, suaranya menegaskan bahwa mereka masih punya kesempatan jika terus bertahan. "Kita tidak bisa terjebak di sini!"

Di depan mereka, sebuah pintu besi besar terlihat di ujung terowongan, temboknya tampak lebih tua dan berkarat. Rina, yang berada di samping Quenn, berhenti sejenak untuk memeriksa pintu itu. "Ini... mungkin jalan keluar," katanya dengan napas terengah-engah.

“Buka!” seru Quenn. “Cepat!”

Rina mendekati pintu, mencoba mencari kunci atau mekanisme yang dapat membuka pintu tersebut. “Tunggu, ada tombol pengaman di sini…” Rina berusaha menekan tombol yang tersembunyi di samping pintu, namun tak ada respons. Waktu semakin sempit, pasukan Marco semakin dekat, dan Quenn bisa mendengar suara langkah berat mereka.

“Tidak ada waktu! Kita harus memaksa pintu ini terbuka!” teriak Quenn, menatap ke belakang sejenak, memastikan bahwa mereka tidak diburu oleh musuh.

Vincent maju dengan senyuman yang penuh keyakinan. “Aku akan coba.” Dia memeriksa pintu itu dengan cepat, menggunakan senjata besar di tangannya untuk mencoba merusak mekanismenya. Setiap detik berlalu semakin menambah ketegangan, sementara suara tembakan semakin keras. Ledakan yang terdengar dari belakang menggetarkan seluruh terowongan, dan Quenn bisa merasakan bumi di bawah mereka bergetar.

Namun, tiba-tiba, pintu itu bergerak sedikit. Sebuah celah terbuka, hanya cukup bagi mereka untuk merangkak masuk. “Ayo!” seru Quenn, menarik Rina dan Erik ke dalam celah tersebut.

Mereka masuk dengan cepat, namun tak sempat menutup pintu sepenuhnya. Quenn hanya berharap itu cukup untuk menghalangi pasukan Marco, meski tak lama. Mereka berlari ke dalam ruangan yang gelap, sebuah ruang bawah tanah yang tampaknya sudah lama terlupakan.

"Tutup pintunya!" perintah Quenn. Vincent segera berlari ke pintu, mencoba menutupnya dengan sekuat tenaga. Sebuah suara keras terdengar, saat pintu itu hampir tertutup sempurna. Mereka terdiam sejenak, hanya mendengar detak jantung masing-masing.

Tapi, meski pintu tertutup, Quenn tahu ini hanyalah jeda singkat. Mereka terjebak dalam ruang sempit yang gelap tanpa tahu apa yang ada di depan mereka. Semua yang mereka miliki hanya kepercayaan dan semangat untuk bertahan hidup. "Kita masih hidup, tapi kita harus bergerak cepat," kata Quenn dengan tegas.

Rina menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan dirinya. “Kita hanya punya sedikit waktu. Pasukan Marco pasti sudah tahu kita ada di sini.”

“Mereka tidak tahu tentang ruangan ini,” jawab Quenn. “Dan aku akan pastikan mereka tidak akan menemukan kita.”

Namun, seiring berjalannya waktu, Quenn mulai merasakan ada sesuatu yang aneh. Suara langkah pasukan Marco mulai berhenti. Keheningan menyelimuti seluruh ruangan. Hanya suara napas mereka yang terdengar. Quenn merasa bahwa musuhnya sedang melakukan sesuatu yang lebih besar dari yang mereka duga.

"Kenapa mereka berhenti?" tanya Erik, mencoba melihat melalui celah kecil di pintu. "Apa mereka sudah tahu kita ada di sini?"

“Tidak... Tidak mungkin,” jawab Quenn, merasa tidak tenang. “Tapi kalau mereka berhenti begitu saja, berarti ada yang salah. Mereka sedang merencanakan sesuatu.”

Quenn mengambil keputusan cepat. “Kita harus keluar dari sini, sekarang juga. Mereka tidak akan memberi kita kesempatan lebih lama lagi.”

Ketika mereka berlari menuju lorong yang lebih jauh, Quenn merasa ada yang aneh. Sesuatu yang besar sedang mendekat. Rasanya seperti sebuah jebakan, tetapi ini tidak seperti biasanya. Tidak ada suara tembakan, tidak ada langkah kaki yang terdengar. Semua terlalu tenang, terlalu sunyi.

"Sesuatu tidak beres," kata Quenn, berhenti sejenak. “Rina, coba periksa data yang kita ambil. Ada sesuatu yang menggangguku.”

Rina mengangguk, dan dengan cepat memeriksa tablet yang ada di tangannya. "Ini... ada kode yang tidak terdeteksi sebelumnya. Seperti sebuah instruksi yang tidak dikenal."

"Tapi kita sudah mengeceknya!" ujar Vincent. “Ini adalah data yang kita cari.”

Namun, Quenn merasa bahwa ada sesuatu yang lebih besar sedang terjadi. Sesuatu yang mereka tidak pahami sepenuhnya. "Kita terjebak dalam permainan yang lebih rumit daripada yang kita kira," kata Quenn, wajahnya serius. “Kita tidak hanya melawan Marco. Ada seseorang di belakangnya.”

Saat itu, sebuah suara dari kejauhan terdengar—suara yang tak asing lagi. "Kalian berpikir kalian bisa melarikan diri?"

Quenn membeku. Itu suara Marco.

Dia tersenyum sinis. “Selamat datang di perangkap terakhirmu, Quenn.”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!